„Memang serba sulit!" menggumam Phang Kui In kemudian dengan suara yang perlahan, seperti juga dia tengah berkata kepada dirinya sendiri.
„Ya dalam hal ini kita seperti juga terjepit dalam dua pilihan. Pertama, kita membiarkan berdiam diri saja ditawan oleh orang she Ciong itu dan kita lihat apa yang dikehendakinya nanti..... atau kita menempuh bahaya mengadu untung menjebolkan dinding perahu ini dan kemudian berenang keluar.....!" Setelah berkata begitu, Kwee Siang menghela napas berulang kali.
Phang Kui In bertiga jadi bingung juga dan mereka serba salah dalam menentukan sikap dan langkah-langkah bagaimana yang harus mereka ambil.
Waktu itu tampak Yo Him telah berkata dengan suara yang ragu-ragu
„Bagaimana jika kita mengadu nasib dengan menjebolkan dinding kapal dan berenang keluar? Bukankah dengan langkah demikian kita masih memiliki harapan kalau-kalau sekarang ini kapal tengah berlayar dan berada tidak jauh dengan daratan?"
Phang Kui In dau Kwee Siang tidak segera menyahutinya, mereka telah saling pandang sejenak kemudian terdengar Kwee Siang berkata:
„Ya, itupun memang cukup baik. Lebih baik kita binasa di lautan dari pada kelak kita akan diperhina terus menerus oleh Ciong Lam Cie, si cebol itu!"
Phang Kui In melihat Kwee Siang telah menyetujui untuk mengambil jalan merusak dinding kapal dan menerobos keluar berenang di lautan, diapun mengangguk.
„Ya, aku pun lebih condong mengambil langkah yang seperti itu!" katanya.
Phang Kui In kemudian berunding dengan Kwee Siang, tindakan apa yang pertama-tama harus mereka lakukan. Dan siapa yang harus memecahkan dinding kapal itu.
„Yang jelas, kita harus merusak dinding kapal tanpa bersuara. Jika kita menghajarnya dengan kekerasan dan suara gaduh itu terdengar oleh anak buah Ciong Lam Cie, kemungkinan besar rencana kita akan gagal sama sekali.....!"
Phang Kui In mengangkat tangan kanannya memperlihatkan ibu jari tangannya, memuji akan kecerdasan dan ketelitian dari jago wanita she Kwee ini.
„Aku akan memukul dengan serangan pukulan kapas, sehingga pukulan itu waktu tiba di kayu dinding kapal ini, tidak menimbulkan suara yang berisik, tetapi kayu dinding kapal akan rusak hancur karenanya!"
Phang Kui In hanya mengangguk saja, karena dia menyadari walaupun usia Kwee Siang masih muda, tetapi dia memiliki kekuatan yang boleh diandalkan dan kecerdikan yang bisa dipuji tinggi.
Kwee Siang duduk menghadapi dinding kapal, dia duduk dengan sikap yang tegak, kedua tangannya diangkat perlahan-lahan sambil menarik napas dalam-dalam. Kemudian dengan perlahan dia memukul ke depan, seperti juga mengusap dinding kapal itu karena perlahannya pukulan tersebut. Lalu dia mengeluarkan suara siulan yang nyaring, disertai suara „krekk!" pecahnya dinding kapal dalam lingkaran yang besar, setombak lebih. Air juga telah berhamburan menerobos masuk, mengejutkan Phang Kui In dan Yo Him, tubuh Kwee Siang sendiri telah terdorong oleh serbuan air itu, sampai terguling. Tetapi pendekar wanita ini memiliki kegesitan, cepat sekali dia telah berhasil untuk menguasai diri.
„Biarkan air itu masuk dulu sampai memenuhi ruangan ini, sehingga kita menyelam dan berenang keluar tanpa perlu menghadapi terjangan air.....!" kata Kwee Siang.
Phang Kui In mendengar itu memuji akan kecerdikan si gadis, karena memang jika mereka berusaha keluar di saat itu juga, berarti mereka harus melawan terjangan air yang menerobos masuk ke dalam ruangan, tenaga air sangat kuat dan mereka tidak mungkin berhasil menerobos keluar. Tetapi jika air mulai menggenangi kamar itu dan tinggi air di dalam ruang bawah kapal itu telah melewati tepian lobang di dinding kapal, mereka bisa berenang keluar tanpa perlu diterjang oleh air pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali Sakti dari Langit Selatan (Sin Tiauw Thian Lam)
General FictionLanjutan Kembalinya Pendekar Rajawali Yo Ko. Setelah Pendekar Pemanah Rajawali (Sia Tiauw Eng Hiong), lalu Kembalinya Pendekar Rajawali (Sin Tiauw Hiap Lu) maka kisah jago-jago luar biasa seperti Yo Ko dan yang lain-lain tertunda karena pembuatan Ki...