41. Penghuni Pulau Terpencil

2.6K 47 0
                                    

Karena heran dan tidak mengerti, Phang Kui In dan Kwee Siang hanya berdiam diri saja dengan sikap tertegun.

Waktu itu Kwee Siang telah meluruskan pernapasannya, dia telah berhasil memulihkan semangat dan tenaganya. Kemudian Kwee Siang telah berdiri dengan perlahan-lahan.

Phang Kui In telah bersiap-siap kalau-kalau Kwee Siang rubuh kembali, seperti yang dialami oleh orang she Phang itu tadi, tetapi Kwee Siang telah bisa berdiri tetap, dia menoleh kepada Phang Kui In sambil katanya: „Terima kasih atas pertolongan Phang lo-enghiong.....!!"

Phang Kui In cepat-cepat mengeluarkan kata-kata yang merendah!

Di saat itu Kwee Siang mengajak Phang Kui In untuk menyusuri pedalaman pulau itu untuk mencari Yo Him.

Ajakan itu disetujui oleh Phang Kui In, mereka telah memasuki hutan kecil dimana tadi mereka telah mendengar suara yang perlahan dari deheman seseorang.

Hutan itu walaupun tampaknya merupakan hutan kecil, namun cukup luas. Di luar hutan itu tampak jarang ditumbuhi pohon-pohon yang besar. Namun waktu Phang Kui In dan Kwee Siang menyusuri terus memasuki hutan itu mereka melihat pohon-pohon yang bertumbuhan disitu selain rapat dan besar-besar, juga tinggi sekali. Maka dari itu Kwee Siang telah menarik ujung jubah Phang Kui In, sambil katanya: „Kita harus hati-hati Phang lo-enghiong..... jika ada seseorang yang bersembunyi di tempat ini, tentu kita bisa saja diserang secara menggelap!"

Phang Kui In mengangguk. Dia membenarkan perkataan Kwee Siang, karena tadipun dia telah dipermainkan oleh seseorang yang tidak mau memperlihatkan dirinya. Keadaan di pedalaman hutan itu jadi agak gelap, karena cahaya matahari tidak bisa menerobos masuk sepenuhnya terhalang oleh daun-daun yang rimbun.

Waktu Phang Kui In dan Kwee Siang tengah melangkah hati-hati memasuki terus hutan itu, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki di belakang mereka. Cepat luar biasa Phang Kui In memutar tubuhnya, dia telah memandangnya dengan mata yang dibukanya lebar-lebar. Tetapi tidak ada seorang manusiapun juga.

„Aneh!" menggumam Kwee Siang dengan penasaran dan mendongkol, dia juga telah memutar tubuhnya untuk melihat, kenyataannya di sekitar tempat itu tidak terdapat orang lain selain mereka berdua saja.

„Wahai orang yang berjiwa pengecut, mengapa kau main kucing-kucingan seperti ini?" teriak Phang Kui In dengan suara mengandung kemendongkolan dan penasaran.

„Hemmm!" tiba-tiba terdengar suara orang mendehem kuat di belakang mereka. Dengan cepat sekali Phang Kui In dan Kwee Siang telah memutar tubuh mereka untuk melihat siapa orang yang mempermainkan mereka. Dan waktu itu, mereka telah memutar tubuh mereka cepat dan gesit sekali, karena belum lagi suara 'hemmm!' itu lenyap, mereka telah berhasil memandang keadaan di belakang mereka.

Tetapi tetap tidak terlihat seorang manusiapun juga. Diam-diam Kwee Siang jadi diliputi perasaan heran disamping juga perasaan takut, karena dia merasa ngeri ketika membayangkan bisa saja terjadi orang yang mempermainkan mereka itu bukan manusia melainkan hanya hantu yang tengah mempermainkan mereka.

Phang Kui In yang kecele waktu membalikkan tubuhnya dan tidak berhasil melihat orang yang mempermainkan mereka, telah memandang kepada Kwee Siang.

Begitu pula pendekar wanita ini telah memandang kepada Phang Kui In dengan sorot mata bertanya-tanya.

Tetapi sekarang Phang Kui In yakin, bahwa orang yang mempermainkan mereka itu tentunya memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, karena orang itu bisa bergerak begitu cepat dan gesit, sehingga tidak terlihat ujudnya, bahkan bayangannya pun tidak tampak! Segera Phang Kui In telah merangkapkan kedua tangannya, dia membungkukkan tubuhnya menjura sambil berkata ke arah gerombolan pohon-pohon dihadapannya.

Rajawali Sakti dari Langit Selatan (Sin Tiauw Thian Lam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang