13 - How can emptiness be so heavy?

2.2K 422 24
                                    

How can emptiness be so heavy?

-Unknown

Rama

Rama lagi-lagi harus menundukkan kepala saat melintasi deretan rak-rak berisi peralatan pembersih rumah tangga.

Sama seperti orang-orang yang ia temui saat masuk ke dalam toko serba ada ini, seorang ibu dengan kereta belanja dorong yang baru saja melewatinya juga memberikan tatapan penuh selidik. Tanpa malu-malu, ia memandang Rama dari atas kepala hingga kaki seperti sedang menilai sebuah barang.

Rama kembali merutuki dirinya. Seharusnya ia berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk datang ke pusat perbelanjaan dengan sepatu bot berduri dan jaket hitam dengan aksen yang serupa.

Teleponnya berdering lagi. Kali ini nama Rony muncul yang muncul di sana.

"Kenapa?"

"Di mana kamu sekarang?"

Suara Rony terdengar nyaring berusaha mengalahkan suara dentuman musik yang menjadi latar suara pemuda itu.

"Di supermarket. Kenapa?"

"Kamu benar-benar meninggalkan perayaan kita demi pergi ke supermarket?"

Rama tersenyum kecut sambil meraih sebuah kemasan sabun pencuci piring dalam botol.

"Aku sibuk. Kita lanjutkan besok saja percakapan ini."

"Hey, Rama! Sejak kapan kamu terlalu sibuk untuk bersenang-senang? Malam ini banyak wanita cantik! Kamu pasti menyesal jika tidak kembali."

"Aku benar-benar sibuk."

"Pasti ada alasannya kamu mendadak sibuk. Kamu sendiri yang mengusulkan perayaan ini. Fian masih tidak percaya kamu meninggalkan kami begitu saja."

"Lain kali biar aku yang traktir," jawab Rama bergerak lebih cepat melalui rak yang dipenuhi dengan berbagai cairan pembersih ruangan.

"Jangan bilang ini gara-gara gadis itu ... siapa namanya ... Gita. Ya. Gita."

Bibir Rama kembali membentuk senyuman namun ia tidak berniat menanggapi.

"Jadi benar kamu pergi karena gadis itu? Wah. Wah. Gadis sastra itu ternyata sudah benar-benar berhasil menyihirmu."

Suara Rony mengecil kemudian berganti dengan suara berat Fian setelahnya.

"Let's party, Bro! Sehebat apa memangnya Gita-mu itu sampai kamu bersedia melewatkan semua pilihan yang ada di sini?"

Sepertinya Fian sudah mulai mabuk seperti biasanya. Rama tertawa saja sebagai tanggapan kemudian menekan tombol merah untuk mengakhiri sambungan di antara mereka.

Rama sedang merayakan berakhirnya masa ujian akhir semester dengan teman-temannya di sebuah kelab malam saat ponsel dalam sakunya berdering.

Pesan dari Gita tentang makan malam di tempat Rama membuat ia meraih kunci mobilnya tanpa pikir panjang dan kini berakhir di tempat yang dipenuhi oleh ibu-ibu rumah tangga.

Persetujuan Gita atas makan malam di tempatnya merupakan hal langka yang tidak bisa dilewatkan Rama. Berbeda dengan pesta bersama teman-temannya yang bisa ia lakukan kapan pun ia mau.

Dengan keranjang berisi pasta kering, bumbu bolognese, dan sebotol sabun cuci piring cair, Rama sudah siap meninggalkan tempat ini. Langkah kaki pemuda berjaket kulit itu terhenti saat ia melewati deretan alat-alat mandi.

Matanya meneliti display di hadapannya sejenak sebelum meraih sebuah sikat gigi berwarna pink dalam kemasan sambil tersenyum. Tidak butuh waktu lama hingga benda itu bergabung bersama dengan belanjaan yang segera dibayarkan Rama.

Side by Side [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang