14 - I lost somebody who wasn't even mine

2K 390 22
                                    

"I lost somebody who wasn't even mine"

-Unknown

Gita

"Memangnya perpanjangan buku hanya bisa dilakukan satu minggu sekali?"

Pertanyaan Rama membuat Gita mengernyit tidak mengerti. Ini merupakan kali ketiga pemuda ber-bot, datang mengantarnya untuk memperpanjang buku-buku yang dipinjam atas nama Rama.

Mereka tidak pernah berkenalan secara langsung. Gita menyebutkan namanya saat pemuda itu menodongnya empat minggu lalu, sementara ia mengetahui nama lawan bicaranya secara jelas saat ia mengintip nama yang tertera pada kartu mahasiswa yang diberikan Rama kepada pustakawan.

Dari awalan nomor induk, Gita juga mendapatkan informasi bahwa pemuda ini satu angkatan dengannya.

"Sebenarnya bisa diperpanjang lewat website untuk minggu pertama. Memangnya kamu tidak pernah meminjam buku?"

Pemuda yang ditanya Gita mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Aku jarang memiliki textbook. Jika dibutuhkan sekali, aku tinggal meminta versi fotokopi kepada teman sekelasku," jawab Rama sambil memandangi sepatu bot-nya yang mulai menginjaki rumput sebagai upaya agar tetap berjalan di sisi Gita.

Trotoar bagian samping hanya bisa dilalui satu orang sehingga normalnya mahasiswa akan membentuk satu barisan untuk menghidari rumput di sisi kanan dan mobil yang hilir mudik di sebelah kiri.

Gita menarik lengan kaus hitam Rama, membuat pemuda itu berdiri di belakangnya sekarang.

"Kenapa?" tanya Rama sambil menatap Gita tidak mengerti.

"Jalan di tempat yang semestinya. Aku tidak membayar biaya bangunan setiap tahun agar kamu bisa merusak rumput yang tidak berdosa itu," ucap Gita sambil kembali berbalik dan melanjutkan langkah.

"Tapi aku juga membayar biaya bangunan, jadi sebenarnya aku punya hak atas trotoar yang kamu pijaki atau rumput yang katamu tidak berdosa ini," ujar Rama lagi-lagi menyusul Gita dengan kembali menapaki dedaunan hijau.

"Jika aku mengorbankan diri untuk berjalan di tempat mobil lalu lalang agar tetap bisa berjalan bersisian denganmu, maka itu artinya aku merugi. Aku merugi telah membayar biaya bangunan yang sama mahalnya namun tidak mendapat kesempatan untuk berjalan dengan nyaman," argu Rama terlihat tidak mau mengalah kali ini.

"Apa segala sesuatu selalu harus ada hubungan untung dan ruginya?"

"Tentu saja. Efisiensi. Atau kamu bisa juga menyebutnya berpikir kritis," lanjut Rama tampak begitu puas dengan argumen yang baru saja ia ucapkan.

Gita kembali menarik Rama namun kali menggantikan posisinya di atas trotoar, sementara Gita turun dan berada pada jalanan yang dikhususkan untuk mobil.

"Kalau begitu biar aku yang merugi."

"Hey, Hey, awas ada mobil."

Rama menarik Gita untuk kembali naik ke atas trotoar. Mereka berdiri dalam jarak yang cukup dekat hingga bisa merasakan tarikan napas masing-masing. Tersadar dari kecanggungan yang menyentaknya, Gita bergerak cepat melepaskan diri dari Rama.

Pergerakan yang dilakukan Gita membuat tubuh Rama oleng dan mendarat di atas rumput.

Mata Gita mengerjap beberapa kali. Rasa khawatir menyergapnya melihat Rama terjatuh akibat dirinya. Namun rasa itu tidak bertahan lama. Saat ia melihat Rama justru tertawa kecil sambil menatapnya jail, yang tersisa hanya kekesalan atas tindakan konyol pemuda itu.

"Agar tidak merugi, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk tidur di atas rumput sekalian."

**

Dengan kepalan kedua tangan di sisi tubuh, Gita berusaha sekeras tenaga menahan luapan emosi yang dirasakannya. Ia menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan untuk menenangkan diri sambil berjalan cepat melalui lorong tempat apartemen Rama berada.

Pikirannya kacau bukan main setelah melihat foto Jessica di laptop Rama kurang dari lima menit yang lalu.

Kepala Gita secara perlahan mulai memainkan rekaman demi rekaman setiap interaksi antara dirinya dan Rama.

Pertemuan pertama mereka di kantin kampus Cendrawasih. Kemudian alasan mengantar ke kantor Gita, Rama masuk ke kelas untuk mengantar buku miliknya yang tertinggal, sampai pada Rama yang memaksa untuk datang ke pernikahan Lala.

Pada momen-momen itu, Gita baru menyadari bahwa bukan hanya dia dan Rama yang ada di dalam sana namun juga Jessica.

Alasan mengapa Jessica semakin ketus kepadanya belakangan ini juga akhirnya mendapatkan penjelasan. Ini semua karena Rama.

Semuanya menjadi jelas. Rama dan kehadirannya yang sulit untuk dijelaskan ternyata memiliki alasan yang dilewatkan oleh Gita. Jessica. Teman satu kelas yang menjadi alasan utama pemuda yang dunianya berbeda jauh dengan Gita berakhir menghabiskan hari-hari bersama dirinya.

Seharusnya Gita tahu Rama yang selalu memperhitungkan untung rugi tentu tidak akan menerima semua luapan emosinya dengan cuma-cuma.

Gita meniup-niup udara dari mulutnya secara cepat. Pelupuk matanya mulai berair saat ia menunggu pintu lift terbuka.

Ia harus cepat-cepat pergi dari tempat ini.

Pikirannya dipenuhi dengan semua hal buruk. Gita tidak yakin ia punya cukup tenaga untuk menahan semua gejolak yang tengah melandanya.

Saat Gita berhasil melangkah masuk ke lift yang kosong, tubuhnya langsung bersender pada salah satu tepi. Dadanya sesak bukan main.

Gita memukul-mukul lembut dadanya namun rasa terimpit itu tetap berada di sana. Linangan air turun dari kedua matanya.

Lima bulan bersama Rama, Gita mengalami patah hati untuk pertama kalinya.

**

Bunyi petir terdengar lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Gita bahkan lupa kapan ia terakhir kali makan, perutnya sama sekali tidak terasa lapar. Sama halnya dengan tubuh dan kepalanya yang bekerja sama untuk berhenti bekerja di saat yang sama.

Pintu kamarnya kembali diketuk secara berulang bersamaan dengan umpatan-umpatan Luna tentang betapa kurang ajarnya Gita karena tidak memedulikan kehadirannya. Hantaman demi hantaman itu membuat kepalanya semakin berdenyut.

Dengan enggan Gita menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

Rasanya ia ingin menghilang saja dari dunia ini.

**

[Catatan] 

Cerita ini sudah diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo dengan judul yang sama. Versi cetak dapat dibeli di Toko Buku Gramedia terdekat atau Gramedia.com



Side by Side [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now