11 - We look at the same moon but live in different worlds

2K 383 14
                                    

We look at the same moon but live in different worlds

-unknown

Rama

Rama sedang membuang kotak makanan siap saji ke dalam tong sampah sementara Gita duduk di ruang tengah apartemennya, berkutat dengan kisi-kisi ujian yang akan dihadapi Rama.

"Memangnya apa yang sulit dimengerti tentang what if?"

"Tenses-nya membingungkan."

"Bagian mana yang membingungkan?"

"Semuanya," seru Rama dari kejauhan.

"Kamu hanya malas berpikir."

"Jelaskan kepadaku kalau begitu."

Rama mendekat dengan sekantung makanan ringan yang diraihnya dari laci pantry.

"Sepertinya kamu punya banyak sekali simpanan makanan siap saji. Persiapan dalam menghadapi banjir?" ucap Gita sambil meliriknya sejenak.

Rama hanya terkekeh sebagai tanggapan. Gita tampak nyaman dengan sebuah laptop dalam pangkuannya. Perhatian gadis itu sesekali berganti dari layar monitor ke lembaran kertas berisi coretan tulisan tangan Rama di atas meja.

"Conditional if, terdiri dari tiga tipe. Yang pertama untuk hal yang mungkin terjadi di masa mendatang. Tipe kedua untuk hal yang tidak mungkin terjadi dan tipe terakhir untuk sesuatu yang disesalkan."

Gita mulai menjelaskan sambil sesekali mengarahkan tatapan ke arah Rama seolah memastikan Rama mendengar setiap penjelasan yang keluar dari mulutnya. 

Gita mulai menyebutkan tipe-tipe tenses yang harus digunakan. Sesekali gadis di hadapannya menyelipkan rambut yang menganggu penglihatan di belakang telinga.

Dengan kacamata yang berada di ujung hidung, Gita tampak seperti guru muda yang sedang mengajari anak kecil. Mengingat karakter Gita, dibanding menjadi guru anak TK, gadis ini lebih cocok menjadi guru SMA atau dosen yang galak. 

Rama tidak bisa menghentikan dirinya yang mulai tersenyum membayangkan bagaimana nasib murid-murid Gita nanti.

"Kamu mendengarkan penjelasanku tidak?"

Pertanyaan Gita membuat Rama mengerjap. Gita kini memandangnya tidak suka sambil membetulkan letak kacamatanya. 

Ekspresi yang diperlihatkan Gita sama persis seperti yang dibayangkan Rama dalam dunia imajinasinya barusan.

"Kamu tidak berminat menjadi guru atau dosen?"

Gita memandangnya tidak mengerti kemudian perlahan tersenyum kecut.

"Aku tidak berminat mengajar."

"Loh, bukannya semua anak sastra setelah lulus akan mengajar?"

Gita mengembuskan napas sambil memandang malas.

"Streotype yang kamu berikan kepada kami anak sastra terkadang terlewat konyol."

"Aku yakin bukan hanya aku yang berpikiran seperti itu," bela Rama.

Gita mengangguk kali ini sambil meletakkan laptop dan meraih buku textbook milik Rama. Ia tampak tidak mau menghiraukan Rama lagi dan siap kembali kepada topik bahasan yang mereka tinggalkan. 

Rama belum puas dengan jawaban Gita karena itu ia memutuskan untuk mencoba lagi.

"Memangnya kenapa kamu tidak mau mengajar? Maksudku melihat kemampuanmu mengajariku ... kamu cukup lumayan."

Gita tertawa hambar menanggapi apa yang baru saja Rama katakan.

"Aku tidak suka pekerjaan yang mengharuskanku tampil di depan orang banyak setiap saat. Aku lebih suka bekerja di belakang meja. Seharusnya kamu bisa menggunakan logikamu mengingat streaming business yang aku ambil sekarang," jelas Gita.

Side by Side [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now