(True) Love

5.6K 549 45
                                    

Dumb and Dumber's; (True) Love

.

.

.

.

Kim Taehyung mengusap kedua tangannya yang memerah karena cuaca dingin yang ekstrim.

Ia benci musim dingin karena itu menghambat seluruh pekerjaannya. Tubuhnya yang mudah sakit membuatnya mudah sekali terkena flu dan itu benar-benar membuat seluruh pekerjaannya terhambat. Deadline yang diberikan perusahaan padanya sudah dekat tetapi ia bahkan belum menyelsaikan separuhnya.

Tubuhnya kemarin ambruk saat ia memaksakan diri untuk menggarap webtoon-nya sejak siang hingga menjelang pagi dengan perut kosong. Lalu Park Jimin tiba-tiba datang dengan serentetan omelan khasnya yang panjang mengancamnya segera berbaring atau ia akan menghancurkan macbook miliknya saat mengecek suhu badan sahabatnya itu menyentuh angka tigapuluh sembilan derajat celcius.

Setelah mengirimkan text pada Jimin tentang ia yang menghabiskan bubur masakan sahabatnya itu dengan baik--padahal bubur itu masih utuh di atas meja, ia beranjak bangkit dari kasurnya setengah terhuyung dan nyaris terjembab di atas lantai kalau ia tidak segera berpegangan pada lemari di sampingnya.

Kepalanya berdenyut luar biasa tetapi ia masih memaksakan diri bangkit menuju dapur. Tenggorokannya kering setengah mati dan ia berusaha mencari apapun yang tersisa di dalam lemari esnya. Tersenyum saat menemukan satu kaleng soda rasa jeruk di barisan belakang tertutupi oleh botol-botol soju. Ia segera meraih kaleng soda terakhirnya itu dan meneguknya hingga kandas. Sensasi dingin menyeruak di tenggorokannya yang sebenarnya masih sakit dan kering membuat ia mengerutkan kening. Lalu melempar kaleng sodanya yang kosong ke tempat sampah di sudut ruangan.

Selesai dengan urusan hausnya, ia beranjak menuju meja kerjanya yang berantakan dipenuhi dengan macbook, puluhan kertas sketsa, drawing pen warna-warni, alat tulis yang ia letakkan menjadi satu di dalam sebuah loker kecil di sudut meja, mesin scanner, dan tentu saja drawing tablet. Ia duduk sejenak di atas kursinya untuk termenung beberapa saat sebelum bersin dengan keras dan ia segera menyambar kotak tissue untuk menyeka ingusnya. Mengumpat berkali-kali karena tubuhnya sama sekali tidak mau diajak bekerja sama.

Ia lalu menghela napas. Berusaha memfokuskan diri setelah menyumpal hidungnya dengan tissue yang digulung meruncing dan menatap layar macbook-nya yang tidak ia matikan. Mengenakan sarung tangan yang hanya menutup hingga telapak tangannya, lalu meraih drawing tablet-nya dan tenggelam dengan pekerjaannya.

Suara dering telepon tiba-tiba memecah konsentrasinya. Satu kali, ia hiraukan. Dua hingga empat kali, masih ia hiraukan. Lalu untuk yang kelima kalinya, ia beranjak berdiri dengan perasaan jengkel. Meraih kasar smartphonenya di atas ranjang.

Nama Jimin yang tertera di layar semakin membuatnya dongkol. Ia Menggeser notification itu ke kanan lalu berjalan kembali ke mejanya.

"Apa sih, Jimin?!" Sentaknya jengkel saat kembali duduk di kursinya. Mengamit benda persegi panjang itu di antara pundak dan telinganya saat kembali meraih drawing tablet-nya.

Jimin terkekeh di seberang sana. 'Apa aku mengganggumu?'

"Pertanyaan bodoh."

'Kenapa kau sudah kembali bekerja sih? Kau masih sakit.'

"Aku sudah sehat." ujarnya jengkel. "Sangat sehat untuk mengirimmu ke neraka." Tangannya bergerak menggambar sketsa di atas drawing tablet-nya dengan lihai.

Dumb and Dumber 》 jjk+kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang