Beauty

6K 450 17
                                    

"Yoongi-hyung keluar jam berapa?"

Jimin melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sepuluh menit lagi mungkin, pembukaan galeri pukul tujuh." Ia kemudian tersenyum lebar. Menepuk bahu sahabatnya dengan ceria, "terima kasih, aku berhutang banyak padamu omong-omong."

Taehyung membutar bola matanya jengah. "Aku bahkan rela meninggalkan kelas malamku, sial. Kau harus bertanggung jawab jika aku praktikum sendirian."

Jimin tertawa. "Tentu, dude."

Taehyung melengos. Kembali menatap jejeran lukisan karya tangan dingin seniman muda Min Yoongi. Taehyung tidak berhenti berdecak menyatakan kekagumannya melihat jejeran lukisan masterpiece yang diperlihatkan malam ini, semuanya benar-benar penuh perhitungan dan kental akan seni. Kekasih kawannya itu benar-benar tidak bisa dianggap remeh dengan kemampuan melukisnya di usianya yang masih begitu muda.

Ia berjalan di sepanjang lorong. Hingga berhenti sejenak untuk menatap satu lukisan klasik yang dipajang di ujung lorong dengan figura yang cukup besar. Lukisan Yunani kuno yang indah. Benar-benar memiliki imajinasi tingkat tinggi dengan menuangkan keadaan olympus di zamannya. Taehyung tersenyum tipis. Lukisan itu benar-benar indah.

.

.

.

Beauty

(Because ur beauty more than anyone)

.

.

.

Jeon Jungkook mengamit paper glass kopi instan yang dibelinya di minimarket dekat gedung tempat galeri ini digelar sambil kedua tangannya sibuk memegang kamera canon DSLRnya untuk mengambil beberapa foto ekslusif, well, sebenarnya galeri ini bersifat privasi dengan tamu undangan saja yang bisa masuk. Larangan mengambil gambar jelas terpampang di sepanjang lorong, tetapi persetan, kakak bawelnya itu bisa ia urus nanti.

Mengecek beberapa hasil gambar miliknya yang memuaskan, ia memutuskan untuk berhenti memotret. Tamu undangan akan memenuhi galeri ini sebentar lagi, ia tidak mungkin mengambil foto secara terang-terangan di depan para tamu. Ia meraih paper glassnya yang masih tersangkut di bibirnya untuk dipegangnya dengan benar kemudian berjalan menyusuri sepanjang lorong.

Sampai kedua matanya mendapati seorang pemuda yang tengah berdiri mengamati sebuah lukisan. Jungkook tidak tahu sejak kapan ia tertegun sejenak dan mengamati pemuda bersurai kukis itu, mengenakan kemeja pink pastel yang terlihat sedikit kebesaran di postur tubuhnya yang ramping, celana jins hitam panjang membalut kaki jenjangnya dengan perpaduan sepatu nike putih yang membuatnya tampak begitu kasual dan menawan.

Jungkook mengerjap, diam-diam mundur selangkah untuk menyembunyikan dirinya di balik tembok (tolong jangan tanyakan Jungkook untuk apa ia melakukan ini). Bibirnya menggumamkan rentetan umpatan tentang perasaan anehnya yang tiba-tiba mendominasinya. Ia terdiam di sana untuk beberapa menit, mengintip lagi sebelum dengan langkah ragu mendekat ke arah pemuda itu.

"Kau suka?"

Pemuda itu berjengit. Reflek menoleh padanya, mengamatinya sekilas kemudian tersenyum kecil dan mengangguk. "Indah sekali."

Jungkook tersenyum. Jantungnya berdegup aneh melihat pemuda itu tampak begitu lugu dan menggemaskan di hampir bersamaan. Pemuda itu bahkan jauh lebih terlihat cantik jika dilihat dari dekat, Jungkook berani bersumpah.

"Penggemar classicsm art?"

Pemuda itu tertawa sambil menggeleng. "Tidak--maksudku, belum sampai setaraf itu, aku menyukainya, just it."

Dumb and Dumber 》 jjk+kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang