21. Pertaruhan Sang Bengcu

1.9K 35 0
                                    

BARU saja Lie It ingin membuka suara untuk menghaturkan terima kasih, se-konyong2 terdengar suara tertawa yang nyaring bagaikan kelenengan perak.

Semua orang serentak berpaling ke arah suara itu. Mereka mendapat kenyataan, bahwa di antara ratusan Hud-teng, seorang wanita muda yang mengenakan pakaian warna putih sedang melayang turun dari sebuah tanjakan.

Selagi badannya melayang, dengan sekali mengebas dengan kedua tangan bajunya, Hud-teng itu buyar seperti ditiup taufan.

Semua orang terperanjat dan seluruh lapangan jadi sunyi-senyap.

Siangkoan Wan Jie terkejut, karena ia kenali bahwa wanita itu bukan lain daripada Bu Hian Song. Mengingat cara2 nona Bu dalam menghukum enam penjahat dalam gedungnya, hatinya ber-debar2.

Dengan sikap dan tindakan agung, Hian Song masuk ke lapangan perhimpunan dan sambil berjalan, ia tertawa tiga kali, yang satu lebih nyaring dari yang lain dan menusuk telinga para pendengar.

Kok Sin Ong kaget, "Bagaimana wanita yang masih begitu muda, sudah memiliki Lweekang yang begitu tinggi ?" katanya di dalam hati.

Setelah nona Bu datang cukup dekat, Lie It mengangkat kedua tangannya seraya bertanya, "Mengapa Siocia tertawa ?

"Aku tertawa karena segala kawanan tikus berani mengadakan apa yang dinamakan Enghiong Tay-hwee," jawabnya dengan angkuh.

Di antara jaga-jago itu Hiong Kie Tenglah yang beradat paling berangasan.

"Bocah kurang ajar !" bentaknya dengan gusar. "Kau berani tertawai para enghiong (orang gagah) !?"

"Benarkah?" menegas Hian Song dengan suara mengejek. "Kalau kamu semua dapat dinamakan eng-hiong, jumlah enghiong dalam dunia ini tak dapat dihitung lagi."

"Kurang ajar !" caci Hiong Kie Teng. "Kalau tak kasihan melihat badanmu yang begitu kecil lemah, dengan sekali gebrak kau pasti akan hancur luluh. Enyah !"

Nona Bu tidak menghiraukan ancaman raksasa itu. Dengan tindakan tenang dan perlahan, ia maju terus. Bukan main gusarnya Hiong Kie Teng. Sambil melompat dan menggeram, ia mementang sepuluh jarinya dan coba menyengkeram si-nona dengan ilmu Toalek Eng-jiauw-kang (ilmu Cengkeraman-kuku-garuda).

"Hiong Ceecu, jangan sembrono !" seru Kok Sin Ong.

Baru habis seruan itu, tubuh Hiong Kie Teng yang tinggi besar seperti pagoda sudah "terbang" ke atas dan jatuh ambruk di tanah, dengan melewati kepala beberapa orang.

Ternyata sebelum jari-jari si raksasa menyentuh tubuhnya, nona Bu sudah mendahului dengan kebasan tangan bajunya.

Lie It kaget tak kepalang, karena ia tahu, bahwa nona itu telah merobohkan lawannya dengan Ciam-ie Sip-pat-tiat, serupa ilmu yang dapat menjatuhkan musuh dengan mengebaskan tangan baju atau bagian lain pakaian.

Mendadak terdengar tertawa menyeramkan dari Tong Hong Pek, yang tahu-tahu sudah berada di belakang Hian Song.

"Kalau kami semua bukan eng-hiong, aku sekarang ingin meminta pelajaran dari seorang eng-hiong wanita !" bentaknya sambil mengangkat kipas yang, bagaikan kilat menyambar ke jalan darah Hong-ie-hiat, yang terletak kira-kira tiga dim di bawah leher.

Serangan itu diluar dugaan semua orang. Bahwa Tong Hong Pek, seorang yang berkedudukan cukup tinggi dalam kalangan Kang-ouw, sudah membokong seorang wanita remaja merupakan perbuatan yang memalukan.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now