45. Tugas Rahasia

1.6K 28 1
                                    

Walaupun curiga, Lie It tidak berani membantah. Maka ia tetap mengikuti pesuruh itu. 

Ketika ia mau pergi, Lam-kiong Siang melirik ia dan berkata sambil tertawa : "Saudara Thio, saat yang baik telah tiba, maka kau sambutlah itu baik-baik !"

Hati Lie It tercekat. Kata-kata itu seperti mengandung dua maksud.

Lie Beng Cie berdiam di pendopo samping Ngo Hong Lauw yaitu lauwteng Lima Ekor burung Hong, adalah batas di antara istana atau lweewan, dan istana luar gwa-kiong. Ia tengah menantikan Lie It tiba.

Lantas ia tertawa.

"Apakah kau belum bersantap malam ? Mari kita bersantap bersama ....!"

Lega sedikit hati Lie It karena ramah tamahnya orang itu.

Lie Beng Cie memuji kepandaian si orang she Thio, lalu dia menanyakan riwayat dan pengalamannya semasa belajar silat.

Itulah pertanyaan yang telah diduga Lie It sebelumnya, maka itu ia dapat menjawabnya dengan baik.

Tadinya, di samping meminta surat pujian Thio Cie Kie, ia juga sudah menanyakan asal-usulnya orang she Thio itu, hingga sekarang dapat ia memberikan jawaban seperlunya.

Ia merasa bahwa ia tidak sampai membuka rahasia sendiri.

Lie Beng Cie juga tidak bertanya dengan lebih dalam. Setelah itu mereka sama-sama mengeringkan sebuah cawan, baru Lie Beng Cie membahas soal membekuk calon pembunuh.

Katanya : "Tentang hari ujian itu, kau telah menangkap orang jahat aku sudah molaporkannya kepada Thian Houw, setelah diperiksa, ternyata orang itu adalah pesuruhnya Cie Keng. Sekarang aku hendak memberikan padamu sebuah tugas."

Hati Lie It melonjak.

"Silakan tayjin menitahkannya," katanya terpaksa.

Sebisa-bisa ia menunjuki roman tenang.

"Thian Houw menitahkan aku," berkata Lie Beng Cie, "supaya pembunuh itu diserahkan kepada Taylwee congkoan untuk diperiksa, maka kaulah yang harus mengantarkan dia. Setelah itu, untuk sementara kau harus berdiam bersama congkoan tayjin di sana. Ada kemungkinan Thian Houw nanti memanggil kau menghadap."

Kabar ini diterima Lie It dengan separuh girang dan separuh kuatir.

Ia girang karena dengan begitu datang waktunya untuk berada di dekat Bu Cek Thian.

Yang membuatnya kuatir adalah ia takut kalau-kalau si calon pembunuh nanti dihukum mati. Itu seperti juga ia yang mengambil jiwa orang itu.

"Inilah suatu tugas rahasia, tidak dapat orang luar mengetahuinya," berkata pula Lie Beng Cie. "Setelah cuaca gelap, baru kau membawa dia, supaya tidak sampai menyolok di mata orang banyak, oleh karena dikuatirkan baik di dalam terutama di luar istana masih bersembunyi konco2nya Pwee Yam. Umpama kata mereka mengetahui kau mengiringi penjahat itu, mungkin mereka akan mencegat dan menyerang di tengah jalan guna membungkam mulut orang itu. Maka kau harus berlaku hati-hati. Kau lebih gagah daripada dia, jika benar terjadi sesuatu, kau dapat menguasai dirinya."

Baru sekarang Lie It mengetahui kenapa ia dipanggil sore itu.

Sampai di situ Lie Beng Cie memberitahukan kepada Lie It tentang tanda-tanda di antara wiesu di dalam istana, juga caranya bagaimana seorang tawanan mesti diserahkan kepada taylwee congkoan, setelah baru dia menyuruh seorang wiesu membawa keluar orang tawanan tersebut.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now