75. Aksi Thian Ok Tojin dan He Houw Kian

1.3K 25 0
                                    

CHANG CHIN LHAMA DAN MAICAN ada orang di pihak Guru Budi, tidak dapat mereka menyambut tantangan itu. Kok Sin Ong dan Biat Touw Sin-Kun pun tidak, mereka merasa tidak dapat menandingi ilmu si guru itu.

Sedang Hu Put Gie, dia cuma tertawa saja, dia acuh tak acuh. Melainkan Thian Ok Tojin seorang, yang menjadi tidak puas. Dia biasanya cuma takluk terhadap Yu Tam Sin Nie, si bhikshuni tua, dan Pek Yu Siangjin berdua.

Tapi dia masih berpikir dulu ketika dia tersenyum dan tangannya menunjuk pada sebuah pohon besar di luar taman, untuk berkata: "Meskipun burung itu bertenaga besar luar biasa, tidak nanti dia dapat merusak pohon besar itu!"

Pohon yang ditunjuk itu sebuah pohon istimewa untuk negara Turki itu, orang menamakannya pohon "kuku naga." Besarnya pohon sepelukan dua orang. Bongkot dan akarnya tampak melilit bagaikan naga melingkar, maka itu didapatlah namanya itu.

"Totiang mengatakan demikian, tentunya totiang dapat merusaknya," kata Guru Budi. "Bagaimana caranya itu? Ingin sekali aku membuka mataku." 

Khan mengerutkan alisnya ketika ia mendengar perkataannya Thian Ok, akan tetapi karena Guru Budi sudah berkata demikian, ia diam saja, sedang sebenarnya ingin ia berbicara.

Thian Ok Tojin tertawa tawar.

"Nanti pinto mencoba," katanya. "Jikalau pinto gagal, harap tuan-tuan sekalian tidak mentertawakannya."

Lantas dia turun dari undakan tangga, untuk bertindak pergi kebawah pohon besar itu. Dia lantas menaruh kedua tangannya kepada pohon, untuk menekan.

Terlihatlah romannya yang sungguh2. Dari atasan embun-embunannya, lantas nampak keluarnya hawa bagaikan uap putih, menyusul mana, peluh keluar berketel-ketel dimukanya, menetes jatuh. Teranglah ia tengah mengerahkan tenaga dalamnya. Selama itu pohon tak bergerak, daunnya tidak ada yang rontok.

"Mensia-siakan tenaga begitu rupa, apakah perlunya?" kata Guru Budi, tertawa.

Kok Sin Ong, yang duduk dekat orang jumawa itu, tengah berpikir: "Rupanya Thian Ok Tojin hendak mempertunjukkan kepandaiannya yang istimewa ..."

Tengah ia berpikir itu, Guru Budi sambil tertawa berkata padanya: "Tuan Kok, aku dengar di Tiongkok ada kata2 'Lalat Ephemera menggoyangi pohon,' maka aku melihatnya, pemandangan hari ini mirip dengan pepatah itu!"

Guru Budi mengerti banyak tentang Tiongkok, maka itu dengan menggurai pepatah itu, ia menyindir Thian Ok tidak tahu akan tenaganya sendiri. Ephemera adalah kutu kecil berkepala seperti cecapung, badan kecil dan tirus, sayapnya empat, pada ekornya tumbuh tiga batang mirip bulu panjang - dan hidupnya cuma satu hari.

Kok Sin Ong benci Thian Ok tetapi mendengar ejekan itu, ia tertawa dingin dan kata: "inilah mungkin bukannya lalat ephemera menggoyang pohon. Kau lihatlah lagi biar terang!"

Belum berhenti suaranya Sin Ong, mendadak kesunyian mengarungi semua orang. Tidak lagi ada orang yang tertawa tertahan sebab mendengar ejekan Guru Budi barusan.

Semua mata diarahkan kepada pohon, yang ditempel tangannya Thian Ok Tojin. Sekian lama pohon itu, yang besar dan daunnya gompiok, berdiri tegak dan tenang, kepadanya tidak terlihat perubahan apa juga, tapi sekarang maka tampaklah cabang-cabangnya pada tunduk turun dan semua daunnya menjadi kuning dan layu. Pohon yang demikian besar menjadi kering dalam sekejaban !

Sebenarnya Thian Ok Tojin telah mengerahkan tenaga-dalamnya untuk menyerang pohon besar itu dengan Tok Ciang Sin-Kang, ilmu Tangan Beracun. Ia menggempur hati pohon, hawa beracun dari tangannya tersalurkan, terus hingga ke cabang-cabang dan daun.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now