46. Membacakan Maklumat

1.6K 33 2
                                    

"SEKARANG coba kau bacakan maklumatnya Cie Kong itu."

Siangkoan Wan Jie ragu-ragu, "Lebih baik kalau tidak dibacakan," katanya.

Bu Cek Thian tertawa.

"Maklumat itu maklumat menghukum aku, pastilah bunyinya mendamprat habis-habisan padaku!" ia berkata. "Apakah kau takut aku mendengarnya? Jikalau aku takut dicaci, tidak nanti aku berani menjadi raja perempuan satu-satunya semenjak terbukanya dunia ini! Wan Jie, kau tetapkan hatimu. Maklumat itu buah-kalamnya Lok Pin Ong, pasti bunyinya tak buruk, maka aku justeru ingin mendengar, satu kali saja .........!"

Siangkoan Wan Jie terdesak, ia mengeluarkan maklumat itu dari sakunya, lantas ia membaca dengan perlahan :

"Si orang she Bu yang sekarang menjadi raja palsu, sifatnya luar biasa halus, tetapi dia sebenarnya orang rendah dan tidak mempunyakan pengaruh..."

"Bagus, karangan itu bagus dan tepat juga......!" kata Bu Cek Thian, memotong. "Memang aku turunan rendah. Ayahku seorang pedagang kayu dan pamanku orang tani. Memang tabiatku juga tidak halus."

Siangkoan Wan Jie membaca terus : 

"Dulu dia menjadi selirnya Seri Baginda Thay Cong, dia membikin kotor istana. Dia mempermainkan almarhum Sri Baginda, untuk menjadi si orang berkuasa. Dengan jalan menjilat dia mempengaruhi Junjungan..........."

"Tepat kata-kata itu......!" kata Bu Cek Thian. "Aku dikatakan menyesatkan Raja almarhum, aku dibilang busuk. Memang, semenjak ribuan tahun, demikian bangsa pria mencaci bangsa wanita.....! Walaupun iramanya irama kuno, toh tata bahasanya bagus ! Baca...., baca terus.........."

Mukanya Wan Jie menjadi merah sendirinya. Ia membaca perlahan. 

" ........ hingga permaisuri diilas-ilas dan Junjungan terjerumus bagaikan binatang."

Dengan itu diartikan Bo Cek Thian sudah bergantian bersuamikan kedua raja ayah dan anak (Thay Cong dan Kho Cong), hingga dia berbuat bagai binatang.

Cacian itu sangat hebat tetapi ratu itu tidak gusar, dia cuma tampaknya berduka.

"Apakah itu karena kehendakku?" dia bertanya sengit. "Baginda almarhum mengambil aku dari kuil, dia paksa aku menjadi selirnya. Apa yang bisa aku lakukan? Sebabnya kenapa aku tidak ingin mati yalah untuk menganjurkan wanita di kolong langit ini selanjutnya jangan kesudian dihina bangsa pria......! Aku telah dihina oleh ayah dan anak dua generasi......! Lok Pin Ong bukan mendamprat rajanya, dia justeru menimpakan kedosaan atas diriku, itulah tidak dapat dikatakan adil .........!"

"Maka itu baiklah jangan dibacakan terus..........." kata Wan Jie. "Dari mulut anjing toh tidak bakal muncul anak gajah."

"Bukan, dengan mencaci Lok Pin Ong secara demikian, kau pun berbuat tidak adil," kata Bu Cek Thian. "Seorang menteri ada sudut pandangannya sendiri. Di mata mereka, wanita itu sumber air kebencanaan, dan wanita yang menjadi ratu yalah siluman. Lok Pin Ong pasti menganggap dia benar dan di waktu mengarang maklumatnya ini, tentu dia puas sekali, sama sekali dia tidak merasa bahwa dia menghina orang secara tidak adil."

"Kalau begitu baiklah, mari dengar lagi," kata Wan Jie. "Hanya bukankah itu mengadakan yang tidak-tidak?"

Ia lalu menerkuskan membaca : 

"Dia berhati bagaikan ular berbisa, dia bersifat seperti serigala. Demikian dengan kejam dia menganiaya menteri-menteri setia, dia membunuh encie dan engkonya, dia membinasakan raja dan meracuni ibunya! Dia dibenci manusia dan malaikat, dia tak dapat diterima Langit dan Bumi !"

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now