65. Peninggalan Sang Guru

1.4K 23 0
                                    

HIAN SONG menyaksikan itu semua, ia tidak berani mengejar imam itu.

Ia menyangka orang masih tangguh sebab sudah terluka masih dapat melukai Siok Tow, hingga ia berpikir haruslah ia cepat menolong suheng itu.

Coba ia tahu hal yang benar dan ia mengejar Thian Ok, mungkin ia dapat menyandak dan membinasakannya.

Ia melepaskan keretanya, ia lari kepada Siok Tow, mukanya pucat-pasi dan dari mulut dan hidungnya keluar darah.

Untuk leganya hatinya, ia toh mendapatkan suheng itu tersenyum dan berkata : "Su-moay, bagus sekali akal kau...! Dengan mengandalkan pengaruh suhu, kau berhasil membikin iblis-iblis itu kabur...! Sungguh berbahaya keadaan kita!"

Suheng itu lantas mengetahui akal-muslihat adik seperguruannya itu.

Kereta yang dipakai pun kereta peranti mengangkut kayu bakar.

Hian Song mengeluarkan peluh dingin. Siok Touw dapat tertawa dan tersenyum akan tetapi suaranya parau, lalu kulit mukanya berubah semakin pucat.

Hian Song melihat itu, ia berkuatir, lantas ia mau memeriksa nadi sang suheng.

"Jangan!" suheng itu mencegah, menggeleng kepala. "Lekas kau keluarkan peles obat dari sakuku. Jangan kau bentur kulitku!"

Hian Song heran, tapi in, lantas mengawasi. Ia lihat kulit suheng itu menjadi hitam. Itulah tanda keracunan.

Pula dengan cepat sekali, tangan dan kaki suheng itu menjadi tidak dapat digeraki lagi.

Maka hebat sekali "Hu Kut Sin-ciang," ilmu Tangan Sakti Merusak Tulang dari Thian Ok Tojin.

Dilain pihak, ia pun mengagumi mahirnya tenaga-dalam suheng itu, yang sampai itu waktu masih dapat mempertahankan diri.

Dengan berhati-hati, dengan dua jari tangannya, si nona mengeluarkan peles obat yang disebut itu, sebuah peles kecil.

Di dalam situ ada beberapa butir pel warna hijau.

"Lebih dulu kau telan sebutir," Siok Touw berkata.

Suaranya sangat perlahan hingga hampir tak terdengar.

Hian Song tahu obat itu mesti obat pemunah racun, dan ia tahu juga, sang suheng menyuruh ia makan obat itu guna menjaga diri kalau-kalau ia, kena menyentuh tubuh suheng itu.

Ia menurut. Ia lantas merasakan hawa segar di dadanya, sedang baunya obat harum sekali, hingga bau amis di sekitar mereka lantas buyar lenyap.

Habis itu, ia mengasi makan obat itu kepada suheng itu, yang mulutnya ia mesti bentet karena lekas sekali Siok Touw merapatkan mulut dan matanya.

Ia memberikan tiga butir obat pulung itu. Tidak lama Hian Song menanti, Siok Tow lantas muntah.

Yang keluar adalah darah. Dengan lekas, kulit suheng itu mulai berubah, dari pucat menjadi hitam, lalu pucat pula dan menjadi merah. Pula kedua matanya segera dapat dibuka.

"Sungguh berbahaya!" Siok Touw membuka suaranya sembari menyeringai. "Tanpa Pek Leng Tan peninggalan suhu ini, pastilah telah hilang jiwaku."

Baru sekarang Hian Song kenal obat yang mujarab itu. Lantas ia bekerja.

Ia lari ke kereta, untuk menolak itu masuk ke dalam gua, guna memernahkan tubuh gurunya, kemudian ia mendorong pula kereta keluar guna menolong suhengnya, untuk membawa suheng itu ke dalam gua.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenWhere stories live. Discover now