Empat

26.8K 1.6K 48
                                    

"Sial sial sial." Berly menghentak hentakan kakinya mengingat kejadian kemarin di rumah Zet.

Dia tak habis pikir kenapa Zet melakukan itu padanya.

"Dasar anak sundel cowok resek, gak tau diri,muka cemong, bau kentut reseeeeek." Berly menepuk-nepuk meja cafe yang sedang dia datangi itu.

Tanpa sadar orang disekitarnya memandangnya aneh. Untung saja hari ini weekend jadi dia tak akan bertemu dengan muka paling dia tak ingin temuin sekarang itu.

Kalau dia bisa memutar waktu dia tak ingin terlalu lama disekolah hingga bertabrakan dengan Zet. Tapi apa daya nasi sudah jadi bubur. Zet sudah melihat tubuh Berly meskipun hanya bagian atas. Tapi dia sudah merasa tak suci lagi.

Bagaimana kalau dia hamil? Itu lah yang ada dipikiranya semalaman.

"Aaaaaahhhh." berly mengacak rambutnya seperti orang kehilangan uang bermiliran rupiah.

Dia ingat pesan mamanya. Jangan pernah mau bergandengan tangan dengan sembarang cowok nanti bisa hamil.

Nah loh. Berly mencoba mengingat ingat berapa kali Zet memegang tangannya.

"1 disekolah. 2x di kamarnya. 1+2 huuuuaaaa" teriakan Berly semakin histeris hingga membuat sebagian orang yang duduk di meja dekatnya pindah mencari meja lain.

"Sayang pindah aja yuk aku takut."
"Iya cantik-cantik gila."
"Oh jadi dia cantik gitu."
"Gak sayang bukan itu maksud aku."
"Halah alesan semua cowok sama aja."

Berly tak menghirau kan pertengkaran sepasang kekasih disebelahnya itu.

"3... Huaaa... Di dalam perut gue sekarang ada 3 bayi. Mama maafin Berly ma."

Sontak pasangan itu menoleh kaget.

"Tuh kan dia hamil pasti dia sudah nikah sayang." rayu pria itu.
"Ooh jadi sekarang kamu mainnya sama istri orang gitu. Kamu sukanya sama yang udah pengalaman gitu.dasar cowok." gadis itu pergi keluar cafe lalu dikejar oleh pacarnya.

Gadis berkaos hitam polos kebesaran itu menangis sesegukan.

"Gue hamil... Gimana ini. Huaaaaaa."

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.

Badan Berly menegang.

Sebuah hembusan nafas hangat menempel ditelinganya.

"Tenang aja. Gue bakal tanggung jawab." kata seorang cowok.

Badan Berly bergetar. Dia ingat suara itu. Suara cowok yang telah memegang tangannya berulang ulang kali dan membuatnya hamil 3 bayi sekarang.

"Hai." terdengar suara cowok lebih banyak.

Berly mengangkat kepalanya.

Dia hampir saja melompat kaget.

Sekarang di depan dan sampingnya ada 4 cowok yang dia kerjain kemarin.

Mati lo berl mati loh.

Kaki Berly begetar membuat piring dan cangkir dimejanya ikut bergetar.

"Kalian mau apa?" tanya Berly pelan.

Sumpah dia belum pernah kehilangan. Keberaniannya seperti ini. Salahkan otaknya tadi menyuruh duduk di meja pojok dan sekarang dia tak bisa kemana-mana lagi.

Tangannya mengambil ponsel di saku hot pantsnya.

"Girl tolongin gue sekarang. Di cafe biasa. Send."

Dia mengirim di grup chatnya. Perutnya mual. Kepalanya pusing tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

"Ehem." sebuah deheman membuat Berly fokus pada 4 cowok itu.

"Lo hamil Berl?"tanya Marva.

"Eng...enggak kok. Kata siapa?"

"Kata lo lah. Siapa suruh teriak-teriak ngumumin." goda Cio.

Berly memukul mukul mulutnya.

Mulut sialan gak bisa jaga omongan. Nakal ya teriak-teriak bikin malu aja.

Zet menarik tangan Berl.

"Bibirnya jangan di pukulin ding kan kasian." katanya sambil menyentuh pelan bibir Berly.

"Gak usah sentuh gue." Berly menepis tangan Zet.

"Sst... Gak usah malu-malu sayang. Kamu lupa apa yang kita lakuin kemaren."Zet semakin menggoda Berly.

"Woow kalian ngapain aja kemaren?" cio penasaran.

"Kita kemaren itu..." belum Zet menceritakannya Berly sudah membungkam mulut Zet dengan roti yang ada di mejanya.

"Lo laper kan makan yang banyak ya."

"Cie perhatian.." azka yang dari tadi diam saja sengaja membuat Berly tambah malu.

"Berl, lo mikir gak. Kalau lo hamil orang tua lo bakal kecewa sama lo?" marva mulai menakut nakuti Berly.

"Belum lagi temen-temen lo disekolah bakal jauhin lo dan bully lo." cio melebih lebihkan.

"Karir cheers lo bakal hancur. Dan lo bakal dipecat jadi kapten cheers."kata Azka sambil menggorok lehernya dengan tangannya.

Badan Berly bergetar. Hidungnya mulai merah.

Zet sangat senang dengan pemandangan itu. Ekspresi muka Berly tang ketakutan membuat kepuasan tersendiri untuknya.

Balas dendam tak cukup sekali. Harus berulang ulang kali biar tak ada yang berani dengan dia dan teamnya.

"Babyyyyyy" teriak seorang cowok lebay memakai baju piyama pink bergambar kuda poni dari pintu masuk hingga meja mereka.

"Keindra..."secerca harapan terlihat di mata Berly.

"Minggir minggir minggir." keindra menepuk nepuk pantat Zet yang duduk di sebelah Berly.

"Kalian apain babe babe gue hah. Nakal ya." katanya sambil menjewer cio dan marva.

"Hayoo ngaku. Kalau gak gue cium kalian ampe ampun ampun."

Gak ada yang lebih menyeramkan dari dicium cowok melambai itu. Lebih baik zet,cio marva dan azka berkelahi dengan 10 preman sekaligus dari pada harus ciuman dengan kaum alay.

"Wooi kalian apain Berly hah." sekarang Geby dengan pakaian sobek-sobeknya itu berlari sambil membawa gunting rumput.

Ke empat cowok itu berdiri dan mundur seketika.

Bagaimana tidak Geby mengulurkan kedepan gunting rumput yang besar serta sudah berkarat itu.

Mereka tak bisa membayangkan jika kulit mulus mereka terkena barang berkarat terlaknat itu.

Tetanus, kuman-kuman dan bakteri jahat yang bisa merusak ketampanan mereka.

"Berly sayang kamu gak apa-apa kan?"tanya seorang gadis cantik memakai gaun pendek hitam tanpa lengan.

"Lo siapa?" tanya mereka kompak.

"Ini aku... fio. Kalian masa lupa?"

Mereka membuka mulutnya tak percaya. Bagaimana bisa Fio yang biasanya berdandan ala nerd sekarang bisa secantik dan sesekdi ini. Rambutnya yang biasanya dikepang dua sekarang digerai dan kerly.

Belum lagi dressnya yang menunjukan lekuku tubuhnya.

Clap...

Fio menepuk tangannya dan membuat mereka tersadar.

"Berly lo diapain sama monyet-monyet ini?" Geby penasaran sambil mengelus lengan Berly.

"Bawa gue pulang guys." mohon Berly.

Dengan kasar Geby menarik Zet dan cio yang sengaja menutupi jalan Berly.

"Awas kalian ya berani macem-macem lagi sama Berly. Gue sunat barang lo."ancam Geby sambil membyka gunting rumputnya dan mengarahkan ke arah benda keramat mereka.

Cheerleader Vs Basket (Completed 4)Where stories live. Discover now