8

913 104 4
                                    

Rumah lilin ini asing bagi Taehyung. Maka ia meminta agar Seokjin menemaninya.

(Satu hal lagi, Taehyung sedikit ngeri dengan patung-patung lilin bersosok manusia yang ditemuinya itu).

"Tentu, kau boleh ikut denganku."

Lalu petualangan mereka dimulai.

Seokjin orang yang handal menjelaskan pada setiap detail-detail yang Taehyung tanyakan. Layaknya seorang pemandu wisata, ia dengan sabar menjawab pertanyaan Taehyung, memberitahunya dengan hati-hati, memberikan senyum apresiasi ketika Taehyung mengerti, dan tidak lelah mengajaknya berkeliling.

Dan ia tak sadar bahwa segalanya enggan berakhir dengan mudah.

Sampai di mana Taehyung mulai lelah, hanya untuk merengek berhenti namun Jimin mengiming-ngimingnya dengan sapuan senyum manis dan berkata bahwa ada satu tempat terakhir yang begitu menarik.

Bodoh, Taehyung mana mau meninggalkannya begitu saja. Menolak saja ia tak sudi.

Ada sebuah pintu yang terasingkan.

Nyaris tidak terlihat padahal Taehyung sudah mengelilingi tempat yang sama berulang kali.

"Aku sering bekerja di sini," Seokjin berbisik, nada suaranya tampak lebih dalam. Ia memberi isyarat Taehyung agar lebih mendekat ketika pintu mulai terbuka sepenuhnya.

Gelap.

Di dalam terlalu gelap.

Pintu terbuka dan sesuatu yang tidak bisa dilihat menanti di dalamnya.

"Aku tidak bisa melihat apapun, Seok—"

Dan sebelum kalimatnya selesai atau Taehyung berbalik untuk kembali, Seokjin mendorong bahunya lebih ke dalam; melewati batas ruang dan daun pintu.

Jauh. Jauh. Jauh.

Jatuh.

Dan gelap.

.

Lari ke HALAMAN 10.

Ending(s)Where stories live. Discover now