28

676 78 2
                                    

Taehyung berusaha percaya bahwa Seokjin orang yang baik.

Teriakan Seokjin tak akan berarti, karena ia terlalu percaya hingga menerima uluran tangan tegas di hadapannya itu tanpa ragu; bertaut rapat, tergenggam erat, nihil untuk terlepas.

Lantas Jimin menariknya menjauh, tepat sebelum dua ujung runcing gunting rumput menembus lehernya dalam sekali tebas. Sebelum lehernya benar-benar terpenggal.

Ia sempat melihat bagaimana Jimin mendorong bahu Seokjin dengan kakinya yang usil, sang korban yang terjatuh dalam suara debuman keras, dan seniman boneka itu menarik nampan besar yang terletak tidak jauh darinya; tersimpan bisu di atas meja lebar di mana perkakas-perkakas tajam berkumpul; yang detik kemudian melemparnya ke arah Jimin.

Taehyung berusaha untuk tidak mengingat. Ia juga tidak ingin menyadari.

Bahwa isi nampan yang dilempar Seokjin sesaat sebelumnya berisi cairan timah panas, beberapa detik baru saja mendidih.

Bagaimana pekat kimia itu tumpah, mengenai setiap sel epidermis Seokjin.

Suara teriakan. Jeritan, lagi, lagi, dan lagi.

Kulit melepuh dan merah anyir yang menguar.

Perut Taehyung bergejolak. Terlebih ketika Jimin mengeratkan genggaman di kelima jarinya, tersenyum sangat—amat sangat—manis, memandangnya dengan sorot mata yang begitu lembut, namun kosong dan penuh akan nafsu mengerikan di dalamnya.

"Kau mau membantuku membuat sebuah boneka ventrilokuis yang bagus?"

.

End.

Epilog ada di HALAMAN 29.

Ending(s)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα