17

600 75 0
                                    

"Oh, siapa kau?"

Lain lagi dengan Seokjin, laki-laki yang ditemuinya kini terlihat lebih berbeda. Seorang pemuda berambut gelap dengan sepasang mata yang terlihat unik. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak pendek. Hampir menyamai Taehyung.

Ia melihat—yack!

Too many dolls.

Jujur saja, Taehyung membenci boneka. Terlebih boneka kayu sejenis ventrilokuis; boneka yang sering digunakan oleh seorang seniman suara perut dalam pertunjukan teater seperti puppet atau teater boneka. Dan kini, benda-benda bermata besar, berpipi merah, dan bermulut terbuka tanpa gigi dengan senyum mengerikan itu terpajang di setiap sudut ruangan yang dipijaknya. Tersimpan manis di dalam lemari-lemari kaca.

"Maaf, aku tidak sengaja membuka pintunya. Aku tidak tahu ada sese—"

"Tenang saja, kemarilah," laki-laki itu menggerakan kepala, isyarat yang dilakukan agar Taehyung mendekat. "Jarang-jarang ada pengunjung datang, kau bisa menjadi tamu spesial di sini. Dan, oh, maaf belum memperkenalkan diri—" ia mengusap sejenak kelima jemari kananya yang bernoda merah—karena cat—lalu mengelurkannya dengan sopan ke hadapan Taehyung. "Aku Jimin, dan kau?"

Orang ini baik, batin Taehyung memperingati. Ia balas mengulurkan tangan, "Kau bisa memanggilku—"

"JANGAN!"

Taehyung tersentak.

Ia mendapati Seokjin berdiri di ambang pintu dengan mata melotot.

Lalu satu tangannya—

—astaga!

Taehyung tak pernah melihat gunting pemotong rumput sebesar itu!

.

Jika Taehyung langsung menarik tangan, bergegaslah ke HALAMAN 12

Jika Taehyung terlambat menarik tangan, pergilah ke HALAMAN 28

Ending(s)Where stories live. Discover now