Perawalan

2.2K 67 0
                                    

Deandra sedang sibuk mencari ponsel di dalam tasnya, sialnya ia lupa menyimpan ponsel itu, padahal ia sangat yakin bahwa ia telah memasukan ponsel itu kedalam tas. Langkahnya terburu buru mengejar waktu, sudah terlambat 30 menit dari jam mata kuliah pertama yang seharusnya. Mata kuliah bahasa inggris Pak Hutabarat, Dosen yang terkenal killer dan keras, dengan gaya berbicara bernada tinggi dan berlogat batak, berkulit coklat berperawakan tinggi besar, matanya selalu memincing tajam dan tak pernah senyum, memberi point pun sangatlah pelit dan ia lebih menyukai mahasiswa/i yang aktif menggunakan bahasa inggris jika dalam mata kuliahnya. Ini sama saja Deandra mengantarkan dirinya pada sebuah musibah, ia tak dapat membayangkan bagaimana jadi nya jika ia sudah sampai kelas nanti dalam keadaan terlambat selama 30 menit. Deandra tak juga menemukan ponselnya, ia pasrah pasti tertinggal dikamarnya.

Deandra sudah hampir sampai di kelasnya, berkomat kamit tak jelas berdoa agar Pak Hutabarat sedang berbaik hati hari ini meski itu hanyalah imajinasi sematanya. Deandra melangkah maju untuk segera mendekati pintu dan mengetuknya, walau persiapan diri nya belum siap untuk mendapatkan makian dari pak Hutabarat di depan banyak teman teman nya, bodoh memang Deandra yang selalu memprioritaskan waktu namun kali ini ia sedang di siksa oleh waktu.

Deandra sudah mempersiapkan tangan nya untuk segera mengetuk pintu namun dia ragu dan menahan tangannya sembari menelan ludah, tak perlu ragu lagi ia lebih melilih nekat dari pada harus menambah menit keterlambatan nya, dan tiba tiba ada sebuah tangan yang menariknya untuk menjauh dari pintu itu, Deandra tersentak kaget dan hampir berteriak kalau saja orang yang menariknya tidak segera membungkam mulutnya. Deandra memplototkan matanya setelah melihat orang tersebut adalah Davin, ya Davin Nicholas Adiwijaya. Davin memberi isyarat agar Deandra tidak berisik ataupun mengeluarkan suara, Davin menariknya jauh dari tempat itu, kini Davin dan Deandra berada di koridor yang lumayan jauh dari kelasnya. Mereka hanya saling diam ditempat itu tak ada pembicaraan, Davin kemudian duduk dikursi yang tersedia, Deandra ikut duduk di sisi Davin dengan ragu. Deandra tak mengerti atas perlakuan Davin barusan.

"Kenapa?" Dengan ragu Deandra berhasil mengeluarkan suara untuk Davin. Davin menoleh ke arah nya.

"Kenapa gue ditarik kesini?" Lanjut Deandra dengan nada yang pelan.

Davin menarik nafas nya malas "lo mau bunuh diri tadi?" Ucap Davin.

"Bunuh diri? Enggak, gue kan cuma mau masuk kelas" ucap Deandra polos dengan tampang tak mengertinya. Davin memutar bola matanya, benar benar gadis yang bodoh. "Deandra lo udah cukup lama kan disini? Lo tau si Hutabarat itu kaya gimana? Lo masuk kelas dengan keadaan terlambat sama aja lo nyerahin tubuh lo sama harimau, beresiko, lebih baik gausah masuk sekalian"

"Tapi kalo gue gak masuk kelas itu sama aja buang buang waktu gue, buang buang biaya kuliah juga" ucap Deandra membela diri, Davin menatap Deandra dingin .

"Hey, lo cuma gak masuk 1 mata kuliah, lo orangnya gak mau rugi ya" Davin berkata jengkel pada Deandra. Deandra hanya diam memandang Davin penuh dengan kegelisahan dan ketakutan , bukan karna takut pada Davin, tapi takut pada keputusan nya saat ini.

"Gue cuma mau bantu lo, kalo lo mau masuk silahkan, gue harus cabut" Davin bangkit dari duduknya. Sudah tak peduli lagi pada wanita itu, wanita yang tak tau berterima kasih. Deandra bimbang haruskah ia masuk dan menerima konsekuensi apa pun dari Pak Hutabarat atau lebih memilih tidak masuk pelajaran hanya untuk saat ini.

"Dav, tunggu!!" Davin menoleh kearah Deandra, Deandra segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Davin yang sudah berjarak 3 meter.

"Gue ikut lo aja ya?" ucap Deandra penuh harapan.

"Ikut gue? Gue mau nongkrong sama temen temen gue" Davin tersenyum tipis.

"Anak Teknik?" Tanya Deandra hati hati, Davin menganguk. Deandra kemudian diam, sudah tak ada harapan lagi baginya saat ini.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang