Empat Puluh Empat

1.3K 26 1
                                    

"Gila!!! Davin emang bener bener gila!!" Fano memukul stir mobil yang terparkir dengan rapi disebuah pinggiran jalan.

Raut wajahnya terkesan agak cemas dan takut bercanpur aduk.

"Kenapa sih dia gak pernah mikirin resiko buat dirinya sendiri, kalo kaya gini kan gue bingung harus buat apa" umpat Fano lagi.

Davin telah melenceng dari strategi sebelumnya yang telah mereka persiapkan, mencoba melakukan nya seorang diri, tanpa Fano atau seorang bodyguard pun. Apakah Davin tak tahu bahwa yang ia akan temui seorang diri bukan hanya Dominic, namun ada beberapa musuh Andalusia juga.

"Lagi lagi gue jadi tolol gini kalo lagi cemas, apa gue samperin aja kali ya? Ahhhh tapi kan dia nyuruh gue tunggu sini" tak seperti biasanya, Fano yang selalu tenang menghadapi apapun kini berubah menjadi sangat culun, bukan karna apa apa, yang ia fikirkan adalah Daging segar yang sedang masuk kedalam kandang yang dipenuhi oleh berbagai macam binatang buas.

Fano mengotak ngatik Dashboard mobil milik Davin yang sedang ia tempati, mencari sesuatu ntah itu permen karet atau lain nya yang bisa membuat ia tenang sebentar saja.

Namun, bukan permen karet atau semacam nya yang ia temui, melainkan ada beberapa lembar foto Davin bersama Deandra, ternyata Davin menyimpan nya dengan baik, Fano memeperhatikan betul betul setiap lembar foto itu, ia terus tersenyum memandang foto foto konyol itu.

"Kayanya mereka lebih cocok jadi abang ade deh"

"Kasian Davin, nyari cewe yang kaya gini dimana lagi dia"

Fano terus tersenyum memandang silih berganti lembar demi lembar foto foto tersebut.

'Brak brak brak'

Tanpa sadar kaca mobil itu ada yang memukulnya dengan cukup kencang membuat Fano terkaget.

"Woii Fan buka!!" Teriak sang pemukul kaca mobil.

Setelah melihat siapa pelakunya, Fano segera membuka pintu sebelah kiri mobil.

"Dav!! Dada lo kena tembak?!!" Seru Fano dengan panik.

Davin kemudian duduk di jok samping pengemudi sembari memegang dada sebelah kanan yang sudah berlumuran darah.

"Cepet!!! Gue bisa mati nih lama lama" Teriak Davin.

"Kita kerumah sakit sekarang"
Ucap Fano yang kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata.

Mobil itu menelusuri ruas jalan raya dengan kecepatan penuh, tak peduli dengan kendaraan lain yang selalu mengklaksoni nya, toh jalan raya tak begitu ramai.

"Gue gak papa Fan, lo bawa mobilnya biasa aja" seru Davin.

"Gapapa apanya hah? Lo kena tembak!! Tadi minta cepet cepet!!" Maki Fano .

"Masih lebih sakit nerima kenyataan kalo Deandra sebentar lagi bakal nikah Fan" oceh Davin, gila disaat luka serius yang tengah ia alamai ia masih saja bisa berkata seperti itu.

"Ya  ya ya.. gue tau, tapi luka lo saat ini bukan soal hati Dav"

"Ahhh sakit" ringis Davin sembari memejamkan mata.

》》》

"Lo harus dirawat selama beberapa hari dulu Dav, sampe luka lo pulih dulu kata Dokter" Fano duduk di kursi samping ranjang Davin, ia tak menyangka baru kali ini ia melihat seorang Davin dengan tubuh lemasnya terbaring di sebuah tempat tidur Rumah Sakit.

"Gabisa, besok gue harus ke Perth"

"Lo gila? Pending dulu rencana lo, lo gak sadar, luka lo bukan luka ringan yang di kasih plester langsung beres" omel Fano.

Deandra dan WaktuWhere stories live. Discover now