Bagian Lima

1.5K 52 2
                                    

Nafas Deandra terengah engah, ia sudah menemukan tempat yang aman untuk beristirahat, Deandra mulai mengatur nafasnya sembari memejamkan mata dengan tenang, tubuhnya ia sandarkan pada sebuah dinding, peluh mengucur sekitar pelipis dan keningnya. 'Tuhannn' guman Deandra pelan nyaris tak bersuara. Dada nya naik turun diikuti nafasnya yang hampir teratur.

"Kenapa lari?"

'Deg!' Tanpa komando apapun jantung Deandra kembali memacu dengan cepat. 'Sialan!' Deandra tersentak akibat kedatangan suara itu dengan tiba tiba, untuk kedua kalinya Deandra lebih tersentak lagi ketika ia membuka matanya, tepat dihadapan nya dengan jarak yang sangat dekat Davin tiba tiba muncul begitu saja, tubuh Deandra bertambah lemas seketika, Davin menatap kedua mata Deandra dengan sangat dingin, Deandra memandang siluet bola Davin dengan ngeri, sebelah tangan Davin di letakan ditembok sebelah kepala Deandra, Davin mengurung tubuh Deandra, Deandra hanya memandang Davin dengan pasrah, bisa saja Davin dapat berbuat macam macam padanya ditempat sesepi ini, tak ada satu orang pun yang lewat.

"Kenapa lari Dean?" Ucap Davin pelan, namun terkesan mengerikan. Deandra hanya menggeleng dengan wajah pucatnya, apakah Davin tak tau kalau Deandra sudah benar benar ketakutan saat ini?

"Lo takut sama gue?"

Deandra menelan ludah dengan susah payah, Davin benar benar memasang wajah brengsek nya kali ini. Ini yang Davin sukai, ketika melihat seorang wanita ketakutan seperti ini, especialy Deandra yang sedang merasakan hal itu.

"2 kali tamparan dipipi gue harus lo bayar" Davin mendekati telinga Deandra dengan sangat dekat, berbisik tepat ditelinga Deandra membuat Deandra berusaha menghindar.

"Atau hidup lo gak tenang!" Davin senyum memincing, Deandra tak mampu berkata kata, ia hanya merasakan kecampur adukan perasaan yang sedang ia alami sekarang.

Davin pergi dengan subuah peringatan untuk Deandra, mimpi apa ia? Sampai harus berurusan dengan laki laki seperti Davin, tubuh Davin sudah melangkah menjauh darinya, Deandra hanya dapat memandang punggung si brengsek itu dengan tatapan kosong, tubuh lemasnya melesot kebawah, kini , Deandra terduduk dengan lemas bersandar pada dinding yang telah berjasa menompang nya dari beberapa menit silam. Deandra menjatuhnya kepalanya dilipatan kedua tangan yang ia letakan di lututnya.

》》》

Deandra berjalan dengan gusar melangkahnya kaki berbalut hells diatas paving tratoar jalan, langit senja menemani langkahnya yang beraturan, sial! Erina selalu meninggalkan nya dengan alasan harus mengawasi Arga, benar benar wanita yang agresif!
Bella? Gadis itu tak bisa diharapkan, ia selalu sibuk dengan dunia nya.

"De! Mau pulang?" Mobil Fortuner hitam menadadak berhenti dipinggiran jalan tepat disisi trotoar tempa Deandra berjalan, kaca mobil sebelah kiri dibuka oleh sang pemilik, Deandra menoleh dan melihat bahwa itu adalah Fano.

"Eh fan?"

"Bareng gue aja de, mau hujan juga"

Deandra hanya bergeming tak menjawab.

"Gue gak nyulik lo kok" Deandra kemudian tersenyum dan melangkah untuk masuk ke dalam mobil Fano.

Deandra hanya terdiam seribu bahasa, pandangan nya hanya tertuju pada jalan raya dihadapan nya.

"Masih ada yang lo pikirin ya?" Suara Fano memecah keheningan, Deandra menoleh dan tersenyum hambar.

"Mau gue temenin clubing lagi?"

Deandra menggeleng pelan. "Boleh nanya?" Tanya Deandra membuka suara.

Fano tersenyum "pasti gue jawab" .

"Tentang Davin" Deandra menggigit bibir bawahnya untuk menahan ragu.

"Davin emang gak pernah mau ngehargain wanita" Deandra sempat kaget atas ucapan Fano, bagaimana bisa Fano menjawab pertanyaan nya begitu saja padahal Deandra belum memberikan pertanyaan, anehnya, jawaban Fano mengarah tepat pada pertanyaan Deandra yang akan Deandra tanyakan.

Deandra dan Waktuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن