Dua-Puluh

1.2K 42 0
                                    

"Uang itu pun bisa membeli harga diri anda juga!" Ucap Novia sakarstik, kemudia Novia pergi meninggalkan tempat itu dengan kesal, melangkahkan kaki dengan cepat dengan wajah yang tak bersahabat.

"Dia autis ya?" Bani berbicara sendiri, untuk kedua kali nya ia bertemu wanita itu dengan kelakukan yang aneh.

》》》

"Mau sampe kapan disini terus?" Fano masih setia menemani Seko, disebuah taman kota, sudah 5 jam mereka ada di taman tak ada kegiatan apapun yang mereka lakukan selain duduk dan diam, entah sudah berapa bungkus snack dan botol minuman yang mereka konsumsi untuk menghabiskan waktu yang sia sia ditempat itu, mereka hanya berbicara seperlu nya saja itupun jika Fano berbicara selalu dijawab tak mengenakan oleh Seko, Seko tak bercerita apa yang terjadi pada dirinya, Fano tau sekeras apapun ia memaksa Seko untuk bercerita dalam keadaan seperti ini yang ada ia hanya mendapat makian dari Seko.

"Udah malem, gue anter pulang yuk"

"Emangnya kalo lo nganter gue kerumah, lo mau ketemu mommy?bukan nya selalu ngehindar ya?" Seko tersenyum sinis.

"Takut ketauan ya kalo lo yang selalu meratiin setiap gerak gerik nya mommy atas perintah Bram" lanjut Seko. Fano hanya terdiam, ia selalu merasa tidak nyaman jika Seko mulai membicarakan mengenai ini.

Ini yang sebenarnya membuat hubungan mereka hancur dahulu, Seko mengetahui  yang sebenarnya, bahwa Fano bekerja menjadi seorang mata mata Bram, mata mata untuk memperhatikan setiap gerak gerik Klien Bram, yang membuat Seko menjadi marah ialah pada saat ia tau bahwa Fano juga memata matai Elisa.

"Kenapa diem?"

"Bahkan lo aja lebih milih pekerjaan lo itu dari pada hubungan kita kan?" Lanjut Seko semakin menekan Fano.

"Lo aja gak bisa buktiin kalo lo serius sama gue" Seko tersenyum sinis, mengalihkan pandangan nya kedepan.

"Gue bisa buktiin kalo gue serius sama lo, lo mau gue buktiin apa?" Fano memandang Seko serius, Seko membuang wajahnya asal.

"Okey berenti jadi seorang mata mata" Seko berbicara mantap.

Fano terdiam, pilihan yang terberat bagi nya, posisi seperti ini yang teramat ia tak suka, bahwa ia harus memilih pekerjaan menjadi seorang mata mata atau seorang wanita yang sangat ia cintai.

"Maaf, tapi gue gak bisa ngehianatin Om Bram" ucap Fano pelan dengan tertahan.

Seko tersenyum getir, bahkan laki laki itu memang teramat mencintai pekerjaan nya.

"Ngehianatin Bram gak bisa tapi kenapa ngehianatin gue bisa?" Tanya Seko, suaranya sudah sedikiy bergetar.

"Lo gak akan ngerti Sek" bantah Fano pelan.

Seko membuang wajahnya, mengusap mata untuk tak membiarkan air matanya keluar, ia benci menangis dihadapan laki laki.

Drrrtt Drtttt Drtttt

Ponsel Fano bergetar panjang, dengan malas Fano mengeluarkan ponsel itu dari saku celana.

"Hallo Om"  Sapa Fano lesu. Seko hanya melirik ke arah Fano, ia tau pasti itu Bram.

"..........."

"Tapi Om apa harus sekarang?besok kan bisa"

"............"

"Baik Om" ucapan Fano kali ini terdengar putus asa, Fano melepaskan ponsel itu dari tempelan telinga nya.

"Gue anter pulang sekarang yuk, udah malem" Seko hanya melirik sekilas.

"Lo pergi aja, bukan nya tadi Bram yang nelfon lo, Bram lagi butuh lo kan sekarang?"

"Gue gak akan ngebiarin lo sendirian disini, ayo gue anter lo pulang"

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang