Tiga-Dua

947 41 0
                                    

"Udahlah Nov, aku cape, aku cape kalo harus terus berpura pura didepan kamu"

Arga menjambak rambutnya frustasi, tubuhnya ia sandarkan pada tembok, Sedangkan Novia berdiri mematung dihadapan Arga, berpura pura apa? Novia tak mengerti.

"Pura pura di depan aku? Maksud kamu?"

Suara Novia terdengar lirih, tubuhnya mendadak lemas.

"Maaf" satu kata yang keluar dari mulut Arga dengan suara pelan sembari memejamkan mata.

"Maaf untuk apa?"

Arga hanya terdiam, tak mengeluarkan kalimat apapun lagi, Novia semakin tak mengerti, tak mengerti dengan apa maksud Arga barusan.

"Jawab ga! Kenapa kamu diem aja? Maaf untuk apa?" Novia memukul dada Arga dengan tak bertenaga.

"Maaf buat semuanya, selama ini aku bohongin kamu dan bohongin perasaan aku sendiri, aku udah gak cinta sama kamu, semuanya hampa, dan aku gak bisa ngelakuin semua itu lagi sekarang, aku mau ngejalanin hubungan sama orang yang aku cinta bukan karna terpaksa atau kasihan"

"Semoga kamu bisa nerima semuanya"

"Sekali lagi maaf"

Tubuh Novia terasa semakin lemas, seperti ada beton yang menghujam tubuhnya, air mata nya sudah banjir di setiap sudut mata, wajahnya tertunduk, tertunduk di hadapan laki laki itu, ia tak sanggup lagi bila harus menatap Arga, sesakit ini kah? Ditinggalkan oleh orang yang paling disayang, dengan cara halus namun sadis.

Jadi, semua ini ternyata hanya drama nya Arga? Ucapan ucapan yang seakan akan memberi harapan, sikap nya, bukan kah Novia sudah sering melakukan semua syarat yang Arga pinta agar hubungan mereka berjalan seperti dulu lagi.

"Aku harap kamu bisa profesional dan aku mohon jangan ganggu Erina, karna sebentar lagi aku mau nyatain perasaan ke dia"

Erina? Jadi semua itu karna Erina? Jadi benar kalau Arga juga mencintai Erina? Kenapa Arga menjadi sangat jahat seperti ini? Novia tidak bisa menerima semua kenyataan ini, sangat sakit, benar benar sakit, Novia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menumpahkan tangisan nya dibalik telapak tangan, Arga hanya terdiam melihat Novia yang tengah menagis dihadapan nya. Tangisan yang terdengar sangat miris.

"Lupain aku, keluarin semua tangisan kamu buat aku sekarang untuk terakhir kali nya"

Namun, Arga memeluk tubuh Novia dengan perlahan, entah mengapa Arga seperti ikut merasakan perasaan yang Novia sedang rasakan saat ini, Arga memeluk tubuh Novia dengan erat.

"Kamuu jahatt gaa jahatt hiksss"

Novia menangis sejadi jadinya, tak peduli erangan nya itu sekeras apapun, karna yang ia rasakan sekarang hanyalah kehancuran, orang yang ia amat cintai tiba tiba menyakitinya begitu saja, ini terlalu sakit dari pada ribuan anak panah yang menghujam tubuhnya secara tiba tiba.

》》》

Malam dengan semilir angin yang berhembus cukup membuat tubuh gadis yang hanya berbalutkan dress hitam tanpa lengan itu merasa kulitnya tertusuk tusuk angin malam yang dingin, gadis itu berjalan sempoyongan disisi trotoar jalan, hanya sendiri, tidak dengan siapa pun, wajahnya terlihat seperti habis menangis dengan hebat, matanya sayu dan bengap, wajahnya kusut walaupun masih ada make up yang terpoles, gadis itu berjalan sebari memegang kepala, dengan jalan yang tak beraturan tangan kirinya berpegangan pada sisi trotoar, ia mabuk.

Entah sudah berapa banyak alkohol yang ia konsumsi tadi di club, yang ia tau hanyalah untuk menghilangkan semua masalahnya, tidak dengan teman atau siapa pun ia mengunjungi club itu, ia hanya butuh waktu untuk menyendiri dan melakukan hal yang ia sukai.

Deandra dan WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora