Core 00 - [Prolog]

5.8K 525 423
                                    

Kekayaan, ketenaran, rumah besar, terkenal, semua itu hanya sebagai bayangan bagiku. Tak memiliki pengaruh besar sampai membuatku menjadi manusia yang lebih buruk dari monster.

Ayahku memiliki perusahaan besar, Ibuku adalah seorang model, dan aku ....

... Aku hanyalah siswa SMA normal seperti yang lain sampai beberapa saat lalu.

Waktu itu aku duduk di bangku kelas sambil membaca novel yang belum sempat kuselesaikan. Hari yang begitu tenang, sampai mereka datang ....

"Hei! Berikan semua uangmu pada kami."

Berhubung aku terlalu sibuk membaca sampai aku tak menyadari kedatangan mereka, karena kesal salah satu dari mereka menarik kerah bajuku sampai aku berdiri dengan paksa. Bukuku terjatuh ke atas meja.

"Hei! Kau tidak mendengarku? Kubilang, berikan semua uangmu!"

"Aku tidak mau."

"Hah?! Kau berani menentangku?! Akan kukatakan sekali lagi, berikan semua uangmu!"

"Tidak mau."

Aku mencuri pandang ke arah yang lain, kukira mereka akan menolongku atau melakukan sesuatu pada orang-orang ini, tapi ternyata mereka semua menjauhi kami dengan tubuh bergetar karena takut. Sepertinya aku tidak bisa berharap kepada mereka.

"Hahh ... Sepertinya tidak ada pilihan lain ...."

Dia bergumam dan kemudian mulai melepaskan tangannya dari bajuku. Tak kusangka dia melepasku begitu saja.

Tapi, pemikiran itu hanyalah kenaifan belaka.

Dua orang laki-laki di belakangnya berjalan mendekatiku dan mencengkeram tanganku, memindahkanku ke belakang bangku.

Ah, aku lupa mengatakannya, mereka adalah siswa dari kelas 3, tentu saja dengan SMA yang sama denganku. Mereka hanya bertiga. Meski begitu, mereka terlihat kuat. Mungkin sebentar lagi aku akan dibuat bonyok oleh mereka mengingat aku sekarang berada di area paling belakang kelasku tepat di belakang bangkuku sambil dipegang erat sampai kedua tanganku tidak bisa digerakkan sama sekali. Ketiga orang ini adalah tukang pemeras uang di sekolahku. Mereka kadang melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Tapi kebanyakan mereka melakukan secara terang-terangan. Aku sampai dibuat heran oleh mereka. Mengapa tidak terlihat guru sama sekali? Apakah mereka tidak peduli siswanya diperas (uang) begitu?

Dan sekaranglah giliranku. Menjadi korban selanjutnya ....

"Akan ku katakan sekali lagi, kali ini terakhir kalinya, BERIKAN SEMUA UANGMU PADAKU!"
.
.
.
.

"Tidak mau."

Tatapan dingin yang dia tujukan padaku membuat tubuhku membeku seketika. Keringat dingin mengucur di dahiku. Kakiku tidak henti-hentinya bergetar. Perasaanku yang terus mengatakan, "Aku akan mati!"

Yang kemudian akhirnya ....

Buakh!!

Sebuah tinju melayang ke perutku.

Seolah tidak membiarkanku untuk mengeluarkan suara karena kerasnya pukulan yang dia lontarkan, kepalan tangannya kembali melayang ke pipiku. Sekali lagi dia melayangkannya ke pipiku satunya dengan keras. Akibatnya, aku bisa merasakan darah mengalir keluar dari ujung bibirku.

Dia terus menerus melakukannya. Sampai titik dimana dia meluncurkan tendangan ke dadaku dengan keras. Dan itu memberikan efek yang membuatku hampir tidak bisa bernapas. Kesadaranku juga mulai hilang. Tapi, seakan tidak membiarkanku hilang kesadaran, dia melayangkan tinjunya lagi ke pelipis.

Itu membuat kepalaku sakit.

Kedua siswa yang memegangku, mulai melepasku. Mungkin mereka sudah lelah menghadapiku, atau mereka sudah merasa bosan menghajarku yang bahkan tidak bisa melawan.

Alfreiden Core [On Going]Where stories live. Discover now