Core 20 - [Sapaan]

1.2K 162 17
                                    

Aku menatap tajam lelaki di depanku. Berdiri dengan tenang tanpa sedikit pun menurunkan kewaspadaanku.

"Siapa kau ini? Apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku tidak menginginkan apapun. Aku hanya menyapamu saja, Pangeran." Jawabnya sambil tersenyum.

"Daritadi kau terus menyebut 'Pangeran', sebenarnya apa maksudmu?"

"Hoo~ Jadi Anda benar-benar tidak mengingatnya?" Dia kembali menunjukkan seringai iblisnya dan gerak-gerik tangannya seperti hendak mengambil sesuatu dari balik punggungnya yang tertutupi oleh jubah. "Kalau begitu, akan kubantu kau mengingat semuanya, Pangeran."

Tiba-tiba saja dia menghilang dari jarak pandangku. Aku masih merasakan hawa membunuh yang kuat berasal dari lelaki itu. Pasti dia tak jauh dariku.

Lalu, aku merasakan sesuatu di belakangku. Refleks, aku pun menoleh dengan cepat. Dan benar saja. Dia di belakangku, bersiap untuk menebaskan belati itu ke kepalaku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menghindar ke kiri. Hampir saja belati itu mengiris telinga kananku.

Jadi, dia berniat membunuhku, kah..

Tak membiarkan aku bernapas lega, dia kembali melancarkan serangan horizontal. Aku berjongkok dan memutar kaki kananku untuk menggempur kakinya. Tapi aku menjagal angin. Ternyata dia menghilang lagi.

Aku menoleh ke belakang dan mendapati kaki kanannya yang sudah mendekatiku.

Buk. Whuuss... Brakk!

Kakinya berhasil menghantam dadaku dan aku terlempar jauh sampai punggungku menabrak dinding dengan keras. Ah, aku bisa mendengar suara tulang yang retak.

"Akh!"

Sial! Aku tak cukup cepat menghindarinya. Dia cepat sekali dan sangat kuat.

Dinding di belakangku retak. Tulang punggungku sepertinya patah. Darah segar mengalir dari ujung bibirku.

Dengan susah payah aku mencoba berdiri. Punggungku terasa sangat sakit setiap kali aku menggerakkan tubuhku.

Dia berjalan pelan mendekat.

"Ne, Pangeran, ini sama seperti waktu itu. Aku menebasmu dan kau menghindar. Kau menghindari seranganku semudah membalik tangan meskipun kau sudah terluka parah. Pantas saja kau bisa mengalahkan Demon King bersama 3 teman konyolmu itu." Dia mulai bernostalgia.

Hah? Apa yang dia bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia ocehkan.

"Tapi tetap saja kau kalah dariku, seperti sekarang ini. Ya kan, Pangeran?" Lanjutnya.

Dia semakin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku.

Entah kenapa tubuhku tidak mau bergerak. Seolah membeku.

Tanpa kusadari, tangan kirinya sudah mencengkram leherku. Seiring waktu, cengkraman tangannya semakin menguat. Aku tidak bisa bernapas. Rasanya sesak dan sakit.

"Kkkhh... Le..paskan.. aku.."

"Hihihihi.... Ternyata kau masih sama seperti dulu. Pangeran yang lemah."

Dia semakin mengeraskan cengkramannya.

"Akh!" Erangku.

Aku berusaha untuk melepaskan tangannya. Tapi itu sia-sia saja. Tangannya tak bergeming. Leherku serasa mau patah dan sesak ini menyiksa paru-paruku.

Apa yang harus kulakukan untuk membebaskan leherku dari tangannya?

Aku yang terus berusaha lepas darinya, sementara dia seperti sedang berpikir keras.

Alfreiden Core [On Going]Where stories live. Discover now