33. Siapa Orang Pandai Itu?

642 13 0
                                    

"Tidak, kalian disini menunggu aku. Sekarang seluruh taman ini sudah penuh dengan musuh, orang banyak pergi malah kurang leluasa. Di sini tempatnya sangat sunyi, kalian diam saja, jangan ke mana-mana, jikalau tidak perlu jangan sembarangan bertindak."

Tiat Leng terpaksa menurut.

Saat itu beberapa tempat kebakaran itu sudah hampir dipadamkan apinya, tetapi keadaan di dalam taman makin kalut, terutama kamar kediamannya Tian Sin Cie, sudah penuh orang yang datang menanyakan kesehatannya.

Keadaan demikian itu ada baiknya bagi Pui Pek Hu. Dengan mengandalkan gerak badannya yang lincah dan gesit, dia lari di antara orang banyak tiada seorangpun yang tertarik perhatiannya.

Para pengawal Tian Sin Cie, setelah mengalami keributan itu, semua mengira musuh sudah kabur. Siapapun tak menduga bahwa Pui Pek Hu berkeberanian begitu besar, bukan saja masih berdiam di dalam taman, bahkan masih berani mundar mandir di dalam rombongan orang banyak.

Waktu ia sudah berada dekat kamar kediaman Tian Sin Cie. Ia tidak menemukan Tiat Ceng. Ia coba mencuri dengar pembicaraan para pengawal, juga tiada seorangpun yang mengatakan bahwa tempat itu pernah kedatangan orang. Karena penyelidikannya itu tidak mendapatkan hasil apa-apa, dalam hatinya merasa tak tenang.

Ia lalu berpikir: Mungkin ia telah tersesat jalan, taman ini sangat luas, entah dimana ia bersembunyi.

Selagi masih memikirkan tindakan selanjutnya, mendadak mendengar suara orang membentak: "Siapa?" Dari samping lalu muncul seorang perwira yang segera menepuk keras pundaknya.

Pui Pek Hu yang sudah banyak pengalaman sedikitpun tak merasa gugup ataupun gentar, dengan kedua tangannya ia mendorong hendak menjatuhkan orang itu. Di luar dugaan ketika tangan kedua pihak beradu, ia segera dapat merasakan suatu kekuatan hebat mendorong ke arahnya, sehingga menggagalkan gerakannya sendiri. Pui Pek Hu mundur sempoyongan hampir saja jatuh sedangkan lawannya itu juga mundur terhuyung-huyung sampai tiga langkah.

Pui Pek Hu baru merasa kaget, sementara dalam hatinya berpikir: Tian Sin Cie juga mempunyai pengawal yang berkepandaian demikian tinggi, semoga Tiat Ceng, tadi tidak berjumpa dengannya.

Selagi masih berpikir, orang itu menyerangnya dengan kedua tangannya.

Pui Pek Hu lalu berkata dengan suara gusar: "Apakah kau kira aku benar-benar takut kepadamu?"

Ia lalu mengeluarkan kepandaian untuk menyambut serangan orang itu. Ketika kekuatan kedua pihak saling beradu telah menimbulkan tiga kali suara nyaring, kekuatan kedua pihak ternyata se¬imbang, sehingga tiada seorangpun yang berani maju lagi.

Orang itu mengeluarkan suara kaget, ia agaknya juga merasa heran. Kiranya orang itu bukan lain dan pada Pak-kiong Hong.

Empat kali ia mengadu kekuatan dengan Pui Pek Hu, meskipun belum dirugikan, tetapi tangannya sudah merasa sakit.

Pui Pek Hu meskipun darahnya bergolak, tetapi ia dapat merasakan bahwa lawannya merasa agak jeri, maka ia segera menyerang dengan tangannya.

Pak-kiong Hong benar saja tidak berani menyambuti, ia melompat minggir ke samping dengan menggunakan kekuatan tenaga keras dan lunak hendak memunahkan kekuatan lawannya.

Serangan Pui Pek Hu tadi maksudnya memang hendak mendesak ia menyingkir, maka sebelum lawannya menyerang, ia sudah angkat kaki untuk lari.

Ia sudah tahu bahwa Pak-kiong Hong adalah seorang lawan kuat. Jika ia tidak melepaskan diri padanya, apabila musuh datang lebih banyak, semakin lebih banyak, semakin sulit baginya untuk meloloskan diri.

Ada beberapa pengawal yang tidak tahu diri, mencoba merintanginya, tetapi bagaikan menyambar ayam Pui Pek Hu menyambar dua di antaranya dan kemudian dilemparkan kepada Pak-kiong Hong. Waktu Pak-kiong Hong menyambut tubuh dua orang anak buahnya itu, Pui Pek Hu sudah kabur ke tempat gelap.

Jiwa KsatriaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt