68. Kejutan Untuk Musuh Besar

499 9 0
                                    

Tentu saja perkataan tajam itu membuat gusar Su-khong Beng, sambil berjingkrak-jingkrak ia membentak dengan suara keras:

"Hem, kau perempuan busuk, jikalau kau bisa melukai diriku, aku nanti akan berlutut di mukamu!"

Setelah berkata demikian, Su-khong Beng pentang kedua tangannya menerkam lawannya.

Sin Cie Kow dengan suatu gerak tipu yang luar biasa, pedangnya menyambar lengan tangan Su-khong Beng.

Serangan pedang itu dilakukan pada waktu yang sangat tepat selagi lima jari tangan Su-khong Beng hendak mencengkram dadanya. Su-khong Beng semula masih tidak menghiraukan serangan itu, ia ingin menggunakan kekuatan jari tangannya untuk menyentil jatuh pedang Sin Cie Kow, bersamaan dengan itu tangan kirinya bergerak menyengkram tulang pi-pe-kut di pundak kanan Sin Cie Kow,

Apabila serangan pedang Sin Cie Kow tadi dilanjutkan menurut gerak tipu yang semula maka kekuatan dari jari tangan Su-khong Beng itu, memang benar bisa membuat terlepas pedang dari tangannya itu. Akan tetapi ilmu pedang Sin Cie Kow sangat luar biasa anehnya, bahkan kadang-kadang tidak menurut peraturan tertentu. Iapun agaknya sudah menduga lawannya itu hendak menghadapi serangannya dengan cara demikian dengan secara mendadak ia merobah gerak tipu serangannya.

Pedang itu digunakan untuk menyerang ke bahagian yang tidak terduga oleh lawannya. Serangan itu sekaligus mengarah dua bagian, satu ditujukan ke arah pinggang dan yang lain ditujukan kepada sepasang matanya.

Su-khong Beng terkejut, ia sudah tidak keburu merobah gerak tipunya, dalam keadaan demikian, ia terpaksa berlaku nekat. Dengan cepat ia menundukkan kepalanya, sepasang tangannya digunakan sebagai tinju untuk menggempur lawannya. Dengan serangannya itu ia telah bersedia menerima luka dari serangan pedang lawannya, tetapi ia hendak menggunakan tenaganya yang jauh lebih besar dari pada Sin Cie Kow untuk melebihinya.

Sambil berkelit dan meludah Sin Cie Kow berkata:

"Pui, siapa sudi berkelahi secara rendah ini?"

Pedangnya terpaksa ditarik kembali dan digunakan untuk menikam samping pinggang Su-khong Beng.

Sin Cie Kow mengira bahwa dengan cara nekad Su-khong Beng itu, pasti membuat Su-khong Beng sulit untuk mempertahankan kedudukan dirinya, maka pedangnya itu yang menyerang selagi lawannya masih belum dapat mengimbangi kedudukannya, pasti akan berhasil.

Di luar dugaannya kepandaian Su-khong Beng ternyata demikian tingginya. Dalam keadaan sangat sulit baginya, masih berhasil mempertahankan kedudukannya. Dengan jalan memutar ia dapat mengelakkan serangan Sin Cie Kow tadi, bahkan menggunakan kekuatan tenaga dalam tangannya menyampok pedang Sin Cie Kow.

Pertempuran itu dilakukan sangat cepat, orang lain hampir tidak tahu dengan cara bagaimana mereka bergerak. Namun demikian kedua pihak sama-sama sudah mengerahkan tenaga dan kepandaian sepenuhnya.

Pertempuran dalam babak pertama itu telah mengejutkan kedua pihak, Su-khong Beng sangat kagum melihat ilmu pedang Sin Cie Kow yang luar biasa, dan Sin Cie Kow sendiri juga kagum pada kemahiran Su-khong Beng.

Setelah kedua pihak mengetahui kepandaian masing-masing, maka waktu bertempur lagi sama-sama menggunakan seluruh kepandaiannya. Su-khong Beng hanya menggunakan sepasang tangan kosong dengan mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna. Ia menggunakan kepalan tangan dan jari untuk menghadapi senjata pedang lawannya. Setiap serangan merupakan serangan yang mematikan, karena serangan yang diberikuti dengan kekuatan tenaga dalam, sehingga menyebabkan Sin Cie Kow merasa seperti terkurung oleh kekuatan tenaga dari berbagai penjuru.

Tetapi Sin Cie Kow juga bukan seorang lemah. Beberapa jurus kemudian, ia segera melakukan serangan pembalasan. Satu tangan memegang pedang, tangan yang lain memegang senjata kebutan, dengan dua rupa senjata yang berlainan sifatnya itu ia gunakan mau melawan musuhnya.

Jiwa KsatriaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora