45. Kelihayan Manusia Berkerudung

594 10 0
                                    

Can Pek Sin yang mendengarkan cerita itu bulu romanya kembali berdiri, dalam hatinya berpikir: Perbuatan iblis itu sungguh kejam.

Karena tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya maka lalu berkata:

"Kurang ajar, ini benar benar terlalu menghina. Sekalipun kita harus korbankan jiwa, juga perlu melayani perbuatannya."

Li Hong Chun segera duduk dan berkata:

"Jangan, kalian harus pergi sebelum jam satu malam."

Tok-kow Ing berkata:

"Ya, kita sudah bertekad hendak mengadu jiwa dengan iblis itu. Kalau kalian turut menjadi korban, belum tentu ada faedahnya, sebaliknya tidak ada orang yang akan menyampaikan kabar kematian kita."

Li Hong Chun lalu berkata pula:

"Kepandaian iblis itu sesungguhnya memang tinggi sekali. Menurut penilaianku, untuk dewasa ini, barangkali hanya ayah Tiat Leng saja yang bisa menandingi. Justru karena takut iblis itu melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak berdosa, maka aku bubarkan semua orang-orangku.

"Bagaimana aku sekarang mengijinkan kalian terbawa-bawa? Aku cuma minta supaya nona Tiat sampaikan kabar kematian kita ini kepada Tiat cecu, minta kepadanya supaya suka menyelidiki siapa adanya iblis itu, lalu memberitahukan kepada adik menantuku, aku sudah merasa sangat bersyukur. Aku juga tidak berani minta Tiat cecu menuntut balas."

Can Pek Sin masih ingin berbicara, tetapi Tiat Leng diam-diam memberi isyarat dengan matanya, gadis itu lalu berkata:

"Kalan begitu semoga paman dan bibi dilindungi Tuhan, sehingga ada orang yang datang menolong. Sekarang kita meminta diri."

Tok-kow Ing mengantar mereka sampai di luar pintu, setelah menyaksikan mereka sudah naik di atas kudanya baru menutup pintu lagi.

Tiba di batas desa, Can Pek Sin menghentikan kudanya dan berkata,

"Adik Leng, aku tidak dapat membiarkan orang mati konyol tanpa memberi pertolongan. Sebaiknya kau pulang mengabarkan kepada ayahmu, dan aku hendak pergi memberi pertolongan kepada mereka suami isteri."

"Kalau mau pergi sudah tentu kita harus pergi bersama. Iblis itu meskipun lihai, tetapi dengan bergandengan tangan kita belum tentu tidak sanggup menghadapinya, ditambah lagi dengan bibi Ing, mungkin dapat memukul mundur iblis itu.

Can Pek Sin berpikir sejenak lalu berkata:

"Biar bagaimana lebih baik ada salah seorang yang tinggal."

Tiat Leng pura-pura marah dan berkata:

"Apa hanya kau seorang yang boleh menjadi orang gagah? Can Toako kau jangan takut kita berdua bergandengan tangan, aku yakin lebih menang dari pada Li Hong Chun, belum tentu kita pasti binasa."

Karena Tiat Leng berkeras hendak mengawaninya, Can Pek Sin tidak berdaya, maka terpaksa balik bersama-sama. Kuda tunggangan mereka dilepas di tempat pegunungan, lalu balik ke rumah keluarga Li, secara diam-diam mereka naik ke atas pohon besar untuk sembunyikan diri.

◄Y►

Malam itu, cuaca gelap. Can Pek Sin dan Tiat Leng yang sembunyi di atas pohon, entah berapa lama, masih belum melihat bayangan seorang pun juga. Selagi dalam keadaan cemas, Can Pek Sin yang bermata jeli, tiba-tiba dapat melihat di tempat yang sangat jauh ada setitik hitam. Ia lalu berkata dengan suara perlahan:

"Sudah datang! Lekas siap!"

Perasaan Tiat Leng menjadi tegang, dalam tangannya menggenggam segumpal jarum Bwee-hoa-ciam, ia tunggu kalau bayangan orang itu sudah dekat, segera akan diserang kedua matanya dengan jarum itu. Sekalipun tidak akan buta, tetapi juga cukup untuk membuat kuncup hatinya.

Jiwa KsatriaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora