91. Siapa Kekuatan Terhebat?

551 6 0
                                    

Thay Lok yang mendapat bantuan tentara Hwee-kie kehilangan pegangan, mengetahui hal ini. Cepat Khong-khong Jie lompat ke arah istrinya, mereka berhasil menggabungkan diri.

Khong-khong Jie dan Sin Cie Kow menggabungkan diri dengan massa rakyat dan tentara Su-tho itu. Dari rombongan mereka tampak seorang berwajah hitam yang seperti pantat kuali. Orang ini adalah salah satu dari empat pengawalnya Ratu U-bun Hong-nie yang bernama O-hok.

Khong-khong Jie segera mengenali pemimpin pasukan gerilya, dan yang lebih menggirangkannya ialah di belakang O-hok tampak seorang pemuda, itulah Can Pek Sin yang ingin ditemuinya.

"Hei, Pek Sin kecil," berkata Khong-khong Jie. "Di mana Tiat Leng kau tinggalkan? Dari mana kau dapat mengumpulkan demikian banyak orang?"

"Mereka adalah kaum veteran yang O-hok kumpulkan. Dan Tiat Leng masuk ke dalam keraton untuk menolong bibi U-bun Hong-nie." Can Pek Sin memberi keterangan singkat.

Pertempuran masih terjadi kalut, di kedua sisinya masih terdapat banyak musuh yang mengancam keselamatan jiwa.

"Mengapa kau membiarkannya seorang diri masuk ke dalam keraton?" berteriak Sin Cie Kow kaget.

"Bukan seorang diri. Tapi ada kawan yang menemaninya," Can Pek Sin memberi keterangan.

Sebelum Sin Cie Kow sempat bertanya siapa yang mengawani Tiat Leng masuk ke dalam keraton, Soat-san Lo-koay Su-khong Tho dan Thay Lok telah mengejar datang.

Khong-khong Jie dan Sin Cie Kow boleh tidak takut kepada keadaan kalut, mereka dapat memukul musuh sambil bicara. Tetapi untuk menghadapi Soat-san Lo-koay Su-khong Tho dan Thay Lok, tentu tidak mungkin sama sekali. Mereka sangat berhati-hati menghadapi dua lawan tangguh ini.

Tentara Hwee-kie berpengalaman tempur, senjata mereka serba ada, tetapi rakyat Su-tho hanya bersenjata pisau dan golok, di antaranya terdapat juga pentung kayu biasa. Mereka kurang berpengalaman, hanya semangat tempur mereka yang menyala-nyala. Beberapa di antaranya telah naik ke atas genting, dengan genting-genting itulah mereka melempari musuh-musuhnya.

Hanya tentara veteran yang O-hok pimpin itu mendapat kemenangan. Mereka adalah veteran-veteran yang tidak puas terhadap raja boneka Gi-na dan tunduk kepada Ratu lama U-bun Hong-nie sebagai pengawal tentara kerajaan Su-tho. O-hok dapat mengetahui hal ini dan mengumpulkannya. Pasukan inilah yang dijadikan pasukan inti untuk mengusir para pasukan penjajah Hwee-kie.

Sayang jumlah pasukan inti ini terlalu kecil, tidak mudah mendapat kemenangan segera, pasukan Hwee-kie berjumlah besar dan sukar terkalahkan.

Jumlah pasukan Hwee-kie cukup besar, tapi rakyat Su-tho-kok lebih besar beberapa kali dari jumlah pasukan penjajah tadi. Rakyat jelata telah lama menantikan saat ini, mereka marah kepada raja Gi-na yang selalu tunduk kepada perintah Hwee-kie, tidak ubahnya negara Su-tho menjadi negara jajahan.

Rakyat yang bergerak, semakin lama semakin banyak.

Seluruh lorong dan jalan penuh sesak. Semakin lama, semakin sukar pula tentara Hwee-kie itu untuk menerjang keluar dari kepungan rakyat itu.

Soat-san Lo-koay Su-khong Tho dan Thay Lok harus menempur Khong-khong Jie dan Sin Cie Kow di dalam keadaan perang kalut. Tidak ada orang yang dapat mendekati empat orang ini, dan mereka pun harus siap waspada terhadap datangnya panah nyasar.

Gerakan rakyat semakin bergelora. Mereka melempar apa yang ada, mereka menggunakan papan pintu untuk mengadakan perlawanan terhadap tentara Hwee-kie, maka sebagian besar tentara Hwee-kie terbasmi.

"Usir tentara Hwee-kie!" sorak beberapa orang.

"Usir tentara Hwee-kie!" sambut rakyat terbanyak.

Jiwa KsatriaWhere stories live. Discover now