Aku dan Camila melangkahkan kaki untuk meninggalkan kampus bersama-sama. Kami telah membuat janji akan mengerjakan tugas kami di cafe sekarang. Well, memang kami agak kesorean, karena jadwal kelas hari ini sangatlah padat, ditambah lagi Mr. Dave membutuhkan bantuanku untuk mengoreksi beberapa tugas mahasiswa yang diajarkannya. Pria setengah baya itu memang selalu memintaku untuk membantunya atau dia akan mengurangi satu skor ku jika aku menolaknya. Hft, aku sama sekali tidak berminat memikirkannya.
Setelah sampai, Camila memilih tempat dibagian outdoor, setelah itu kami mengeluarkan buku tulis dan beberapa alat tulis lalu mengerjakannya. Dan tidak lupa, kami memesan minuman, juga desserts untuk mengemil.
"Omong-omong, kau masih berpacaran dengan Liam?" tanya Camila membuka pembicaraan diantara kami. Aku berpikir sejenak lalu menggeleng sebagai jawaban. Well, Liam adalah mantanku, dia pemain basket sekaligus senior ku namun ada beberapa hal yang membuatku tidak suka dan akhirnya kami berakhir.
Itu tidak berlangsung lama, karena beberapa bulan kemudian aku bertemu dengan cowok yang berbeda dua tahun diatasku. Namanya Zayn. Well, kalau aku bisa memberitahukan padamu satu rahasia adalah; Zayn adalah buronan, dia buronan yang sekarang masih dikejar-kejar oleh polisi. Dia merampok bank, tapi dengan akses melalui komputer dan berarti dia juga hacker. Mengapa aku bisa mencintai pria seperti dia? Dia berbeda, karena menurutku, aku lebih suka pendosa daripada orang suci.
Katakanlah aku gila, tapi aku memang mencintainya.
Zayn sering berpindah-pindah tempat, agar polisi tidak mudah melacak keberadaannya. Senjata adalah teman yang dimiliki Zayn, dan aku adalah orang satu-satunya yang ada dikehidupannya dan mempercayainya begitu juga dengannya, dia mempercayai aku.
Sering kali, Zayn meminta bantuanku untuk membantunya agar tidak terlacak oleh polisi sialan itu. Dan keberuntungan dipihak kami, kami berhasil dan sekarang kami bisa lebih tenang. Aku bisa melanjutkan kuliahku, ya, sebelumnya aku memutuskan untuk tidak kuliah lagi karena aku ingin ikut Zayn kemanapun dia pergi. Aku mencintainya, jadi keputusan yang aku ambil tidak lah salah.
Aku memutar otakku untuk berhenti membicarakan Zayn didalam otakku, dan kembali mengerjakan tugas-tugas yang ada dihadapanku sambil sesekali meneguk jus jeruk sampai setengah gelas.
...
Tugasku dan Camila selesai, kami memutuskan untuk tidak pulang bersama. Dan oh, tentang Zayn aku memilih untuk tidak memberitahu teman-temanku karena aku punya pacar baru dan membiarkan mereka berpikir kalau aku masih berhubungan dengan Liam. Aku hanya ingin Zayn tidak terlihat, itu saja. Karena hanya itu yang bisa kubantu untuk melindunginya.
Kami terus bersembunyi, agar tidak terlihat. Dan aku sama sekali tidak lelah dengan semua ini. Aku tidak ingin Zayn masuk ke penjara dan menjalani sisa hidupnya disana. Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi, orang tua dan kakakku sudah meninggal. Jadi, aku tidak ingin kehilangan Zayn dan memilih untuk bersembunyi terus bersamanya.
Zayn sangat jenius, sampai-sampai polisi atau FBI sekalipun susah sekali melacak kami. Aku bersyukur, setidaknya kehidupan kami jauh lebih baik daripada dulu.
Aku menunggu bis dihalte, kemudian merogoh sakuku untuk mengambil handphone. Ya, tentu saja aku ingin mengabari Zayn.
One Missed Call
Begitulah tertera dilayar kaca ponselku. Ternyata Zayn menghubungiku saat aku mengerjakan tugas tadi. Dan aku tidak bisa mendengar karena suasanannya sangat bising. Tetapi, Zayn meninggalkan satu pesan singkat.
From: Zayn
Tolong aku... Mereka tahu aku dimana, mungkin sekarang kau melihat pesan ini aku sudah dibawa mereka. Selamat tinggal, Annisa. Aku mencintaimu.
Hatiku mencelos ketika membaca pesan singkat darinya. Sontak aku memilih untuk lari daripada menunggu bis yang tidak kunjung datang. Masih berlari, perasaan takut menggelayutiku. Tolong jangan tinggalkan aku, aku mohon Zayn, batinku.
Aku menyeka air mataku yang mulai turun. Aku menabrak semua orang yang berlalu lalang dan tetap berlari tanpa meminta maaf terlebih dahulu. Aku tidak perduli, semoga aku tidak terlambat untuk menolong Zayn. For god sake, i just want to see saved him.
Nafasku naik turun, aku berusaha untuk menenangkan diri ketika aku sudah sampai di frat milikku dan Zayn. Detik kemudian, aku masuk kedalam untuk memastikan dia masih ada disini. Aku mohon, aku ingin dia.
Seseorang dengan topeng muncul dihadapanku sambil membawa kue. "Happy Anniversary, Annisa." katanya sembari melepaskan topengnya.
Astaga, terima kasih tuhan.
"Kau membohongiku, Zayn! Aku kira kau ditangkap oleh polisi keparat itu." Kataku masih terengah-engah. Zayn maju selangkah lebih dekat dengan diriku. "Maafkan aku, ya. Aku ingin membuat kejutan untukmu, Annisa."
Aku mengerucutkan bibirku dan menatapnya. "Aku merasa hampir saja aku kehilanganmu Zayn. Aku tidak ingin itu terjadi."
"Hei, sekarang aku masih disini kan? Tenang saja."
Aku tersenyum tipis. "Thank you and Happy Anniversary for us."
........
Hei annisa. Elah maaf abal banget, tadinya mau bergaya gitu kayak di film genre action. Eh taunya jadi jelek gini. Maaf yaaa, Annisa. Maaf, kalo gak suka atau abal huhu masih amatiran ini.
fatma x
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Фанфикшн{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
