The Song // Niall Horan

683 28 2
                                        

Novira. Gadis yang kukagumi dari dulu, ia yang selalu ceria, ia yang selalu berbaik hati pada semua orang. Tentu, aku lebih dari sekadar menyukainya.

Aku ini siapa? Niall Horan –anak baru, yang tidak terlihat olehnya. Lebih tepatnya, invisible. Yeah.

Memperhatikan gadis itu dari jauh, bisa dikatakan adalah hobiku. Aku stalker-nya, aku tahu semua tentang dia. Berbelanja pada hari minggu, pergi ke café setiap pulang sekolah, ke toko buku setiap sabtu sore. Semuanya, aku mengetahui semuanya. Tapi, aku hanya berharap kalau Vira melihatku dan menyadari segalanya.

“Niall. Kau disini juga?” tanya Vira yang tiba-tiba saja mengagetkanku. Dia terlihat kerepotan karena membawa banyak buku ditangannya.

Aku tersenyum singkat, “Ya. Hanya melihat-lihat.” Jawabku. Gadis itu menaikan sebelah alis kemudian pergi berlalu menuju kasir. Kuputuskan untuk pergi, baru sekarang dia menyadari kalau aku disini. Padahal, setiap sabtu sore aku sengaja datang untuk sekadar melihatnya.

Kuambil satu buku dari raknya dan melihat-lihat isi bukunya secara acak. Tetapi, pandanganku masih mengunci Vira agar tidak kelihangan jejaknya. Seorang pemuda yang sangat kukenali mencium kening Vira kemudian merangkulnya keluar toko buku setelah acara membayar selesai.

“Jadi, mengapa harus Louis?” gumamku sangat pelan. Pun aku menaruh bukunya kembali, tetapi malah buku itu miring sehingga menyebabkan buku-buku yang lainnya ikut jatuh. Shit, padahal aku ingin mengikuti Louis dan Vira. Alhasil, aku yang tadinya berniat ingin kabur malah diperhatikan oleh si pemilik toko dengan pandangan kesal.

Setelah membereskan buku-buku yang terjatuh tadi, aku segera keluar dari toko buku. Sedikit berlari, mataku masih saja mencari kedua pasangan yang sepertinya tampak bahagia itu. Woah, aku tidak rela kalau misalkan menuliskan “kedua pasangan yang bahagia itu’ terserah aku, ini kan ceritaku.

“Niall!” seseorang memanggil namaku, segera saja aku menoleh kearah asal suara tersebut. Louis dan Vira, berada didalam kedai ice cream yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Aku memicingkan mata. “Bro, come here!”

Pun aku memutuskan untuk melangkahkan kaki menuju mereka. Setelah sampai, aku hanya memberikan senyuman singkatku seperti biasa. Mereka mengetahui diriku sebagai iceman mungkin, tapi aku tidak peduli. Aku mengambil tempat dihadapan mereka berdua kemudian memesan ice cream rasa Vanilla.

“Well, kalian berkencan?” tanyaku sesudah memesan ice cream Vanilla milikku. Mendengar pertanyaanku, mereka tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan, Vira menyenderkan kepalanya pada bahu milik Louis. Oh, how I wish that was me.

“Kami memang sudah menjalin hubungan semenjak enam bulan yang lalu, Niall. Kau kan anak baru, jadi wajar kau baru tahu.” Jawab Vira seraya tersenyum. Cantiknya, jantungku berdesir melihat senyuman yang terpancar dari wajah cantik milik Vira.

“Oh, begitu. Padahal, aku jarang melihat kalian berdua disekolah.”

Louis meninju bahuku pelan, “Peraturan disekolah adalah dilarang pacaran pada nomor kedua.” Well, dasar si ketua osis.

“Oh.” Lagi-lagi mulutku sangat tidak bisa diajak berkompromi. Seharusnya, kami mengobrol banyak tapi aku sudah terlanjur muak oleh Louis. Aku hanya bisa berharap kalau bisa menjadi dirinya.

Setelah pesananku datang, ice cream rasa Vanilla yang sering dibeli oleh……hm, mantan kekasihku, dulu. Akupun langsung melahapnya, rasa dingin dimulutku membuat rasa kesalku ini sedikit mereda.

“Jadi mengapa kamu memilih eskul drama Niall?” tanya Vira. Louis mengangguk setuju. Aku tahu, biasanya yang mengambil eskul itu adalah kaum perempuan. Itu sama sekali tidak ada masalah denganku, mengingat aku mendapatkan peran yang bagus untuk dimainkan. Pertama, aku pernah menjadi pohon, lalu ksatria, sampai-sampai jadi pangerannya. Itu indah.

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now