Anggi menggosokan kedua tangannya dan meniupnya sebentar berharap dinginnya mereda. Hari ke hari ia lewati sendirian, dan sekarang sudah masuk musim gugur. Dimana dulu menjadi musim gugur kesukaannya karena ia selalu menyempatkan waktu dengan mantan kekasihnya. Ya, mantan kekasihnya… namun, itu dulu.
Ia tidak ingin pulang keapartemennya, Anggi ingin menikmati musim gugur disaat siang hari begini. Ia mendudukan dirinya disalah satu bangku taman. Sepi, tidak ada siapapun sampai-sampai ia mendengar deru nafasnya sendiri.
Ponselnya berdering nyaring, Anggipun merogoh saku mantelnya lalu mengangkat teleponnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Ia gadis yang cekatan dan juga ceria sampai sekarangpun ia masih gadis tipikal seperti itu meskipun lebih banyak diam.
“Hallo? Ya, saya sendiri…. Rachel? Kau disana? …. Astaga, aku juga merindukanmu… sekarang? Boleh juga. ….Oke, aku kesana… Beritahu alamat rumah barumu ya… Sampai jumpa..”
Anggi memasukkan kembali ponselnya kedalam saku. Ia pandai berakting, diluar ia terlihat ceria padahal ia sendiri sedang sakit. Sakit hati. Rasanya seperti berkecamuk dan aku sendiri tidak bisa menjelaskan detilnya. Tangan wanita itu gemetar hebat, ia menggigit bibirnya, lalu berusaha bangkit dari tempatnya dan melangkah ketempat yang dijanjikan Rachel.
Langkahnya cepat, padahal ia hanya ingin bertemu dengan Rachel, temannya sekaligus….Astaga! ia baru ingat, bagaimana kalau Anggi bertemu dengan laki-laki itu lagi? Bagaimana?
Ia memberhentikan langkahnya. Tidak, jangan sekarang. Aku tidak ingin menemuinya sekarang! Batin Anggi.
Iapun memilih untuk pergi ke apartemen sahabatnya, Louis. Ia memutar badannya dan melangkah cepat. Sungguh, apa artinya ini? Ia sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba Rachel kembali menghubunginya setelah sekian lama ia memutuskan hubungan dengan keluarga Rachel, yang juga keluarga mantan kekasihnya itu.
Biar kujelaskan, Rachel adalah adik dari mantan kekasihnya Anggi. Anggipun masih ingat dengan jelas sampai sekarang. Dulu, ia memang sempat bertemu dengan keluarga Styles dan bersahabat dengan Rachel serta Harry. Sampai akhirnya, Anggi mengatakan kalau dirinya mencintai Harry namun, Harry merasakan hal yang sama sampai akhirnya mereka berdua menjadi sepasang kekasih.
Tapi, tidak lama. Mereka bertengkar hebat dan keluarga Anggi harus pindah ke Paris. Sejak itulah, mereka tidak bertemu lagi dan saling kehilangan kontak. Mungkin, ini yang terbaik untuk Anggi dan Harry, mereka sama-sama saling melupakan walau butuh waktu, walau harus ada hati yang tersakiti, mereka melakukan itu karena mereka saling mencintai.
Ya, Anggi pernah berpikir apakah ia bisa bertemu dengan Harry lagi. Namun, ia tahu ia pasti akan bertemu dengan Harry lagi, entah kapan. Tapi, gadis itu percaya. Ia akan bertemu Harry meskipun dalam keadaan yang berbeda, ia harus menerimannya.
Anggi sudah berada didepan pintu apartemen Louis lalu mengetuk pintunya kencang-kencang. Tidak tahu kenapa Anggi merasa takut, ia berkeringat dingin. Louispun membuka pintu dan sedikit terperanjat saat Anggi tiba-tiba memeluknya. Gadis itu menangis, Louis tidak tega dan membelai rambut panjang Anggi pelan.
“Anggi. Ayo, masuk dulu. Kita bicarakan didalam, tidak enak dilihat tetangga.” Kata Louis, Anggipun melonggarkan pelukannya, menatap Louis singkat, lalu melangkah masuk kedalam apartemen Louis.
Bau lavender langsung menyeruak dihidung Anggi. Ia merasa lebih tenang. Ia berjalan kepantry dan mengambil segelas air. Louis sendiri bingung dengan kelakuan sahabatnya, tadi gadis itu menangis dan sekarang semuanya terlihat normal kembali.
“Kau berhutang cerita padaku. Apa yang terjadi denganmu Anggi Anggarita?” Tanya Louis seraya mengerutkan kening pada sahabatnya itu. Anggi mengambil duduk disebelah Louis masih berkelut dengan gelas kaca yang dipegangnya, ternyata itu bir bukan air.
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
