A/N: Kalau Shasya ‘aku-kamu berarti itu dia ngomong pake bahasa inggris ya. Kalo ‘gue-lo’ itu bahasa indo. Wkwk, jadi ini teenfic-fanfic OH CMON JANGAN KETAWA HEHE.
ENJOY!
**
Sampai saat ini, Shasya tidak pernah menyangka kalau akan terus menyimpan perasaannya dari dia. Tuhan tahu, sudah dua tahun belakangan ini Shasya menyimpan rasa dengan seorang Niall Horan, yang notaben-nya adalah cowok popular seantareo kampusnya. Semua gadis ingin memilikinya, bahkan mengemis cintanya pada cowok itu.
Dari sini, Shasya mengibaskan kerah bajunya sebab melihat Niall Horan yang sedang dikerubungi oleh para gadis genit membuat Shasya gerah seakan ingin menikam seluruh gadis yang berdekatan dengan Niall. Tapi ia bisa apa? Pasti orang akan menyangka Shasya sebagai cewek gila yang sedang menjatuhkan harga dirinya sendiri.
“Hoy! Pasti mikirin dia kan? Hayo, ngaku!”
Shasya menoleh kearah sahabatnya, cewek berambut ikal itu sedang menyeruput es yang baru ia pesan tadi. “Ish, Camila kenapa tebakan lo selalu tepat sasaran gini sih?” Shasya balik bertanya dengan aksen asia-nya yang masih kental didalam diri Shasya, membuat Camila mengernyitkan dahi.
“Lo-Gue? Apa tuh?”
Ia menggigit buku jarinya, menahan tawa. Memang tipikalnya yang selalu kelepasan dalam berbicara masih belum hilang sampai sekarang, “Lo-Gue artinya Kamu dan Aku. Aduh, Cam, cerdas sedikit dong. Bye the way, yang lagi dekat sama Niall siapa nih? Lo enggak pernah ngasih kabar terbaru lagi.”
“Ah iya, ada Shas. Namanya Kayla kalau enggak salah. Dia anak jurusan seni, mana cantik lagi. Duh, saingan baru nih sepertinya.”
Shasya memukuli meja kantin dengan kepalan tangannya, “Sial, gue harus apa dong?”
“Ya, kamu bilang aja ke Niall yang sebenarnya, kalau kamu suka sama dia.”
“Gila lo nyet, kalau gue bilang dimana harga diri gue sebagai cewek coy!”
Camila memijit keningnya, “Nyet apalagi tuh? Yang bener-bener aja kalau berbicara bisa?”
“Insyaallah kalau bisa ya.”
**
Shasya membawa buku-buku tebalnya sambil menggerutu, “Kampret lah, Camila. Siapa lagi tuh Kayla, bule dari mana hah? Sialan banget, tau gini gue cepet-cepet bilang ke Niall. Argh.”
Ya, dirinya sangat kesal saat mengetahui kalau ada seseorang yang dekat dengan Niall. Ia selalu begitu, menggerutu tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Baginya, Niall adalah bulan, dan dirinya adalah bumi. Jadi, sampai kapanpun Shasya merasa tidak akan pernah memiliki kesampatan untuk menjadi pacar seorang Niall Horan. Keparat dengan itu semua!
“Hell yeah, itu bahasa apa lagi?”
Suaranya terdengar tidak asing lagi. Shasya semakin marah kalau ada seseorang yang bertanya, bahasa apa itu? Duh, mood-nya pasti akan berubah menjadi buruk. Kalau skala 1-10, mungkin 10 menjadi pilihannya,“Indonesia lah, bodoh banget sih lo.” Jawabnya dengan aksen Indonesia-nya yang kental.
“Hah? Apasih, dasar cewek enggak jelas.”
Cowok yang tadi dibelakang Shasya, meninggalkan Shasya sebab ia mengambil langkah cepat. Shasya membelalak, “Astaga, bego banget tadi gue. Gue kira si kutukupret kenapa jadi ngomong sama Niall? Ah tuhan, pasti dia ngira gue cewek jadi-jadian sekarang. Kampret sial bener gue..”
Tanpa basa-basi lagi, Shasya berlari menuju perpustakaan. Padahal bel pulang sekolah sudah berdenting satu jam yang lalu, tapi gadis itu masih harus membantu para guru untuk mengoreksi nilai teman-temannya dan juga mengembalikan buku ke perpustakaan yang dipinjam oleh dosennya. “Sial nih guru, bisa-bisanya nyuruh gue. Ah, mahasiswa hasil beasiswa gini nih, apes mulu apes.” Gerutu Shasya, lagi.
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
