Delapan

3.7K 447 2
                                    

Jangan lupa vote + comments!

Bahkan sampe sekarang kita masih pacaran, Ja. Lo belom bilang putus.

Ingin sekali Sarah berteriak di depan muka Raja mengatakan bahwa mereka pernah dan masih pacaran. Ingin sekali Sarah menjawab 'ya' saat Raja bertanya apakah mereka pernah pacaran. Ingin sekali Sarah bercerita panjang tentang apa yang pernah mereka alami berdua dulu. Ingin sekali Sarah berkeluh kesah tentang hidupnya seperti dahulu kala.

Sarah ingin melakukan banyak hal. Tapi gadis itu tau, ia tidak mungkin melakukannya. Itu hanyalah sebuah khayalan belaka yang tidak mungkin terjadi. Hanyalah sebuah angan kosong tanpa isi.

Sarah senang saat Raja menanyakan hal itu. Dia sangat senang, berarti Raja mulai kembali mengingat mereka. Tapi, sungguh menyakitkan saat dirinya harus berbohong kepada Raja. Terlebih berbohong tentang hubungannya dan juga perasaannya.

Mungkin ia bisa saja berpura-pura tertawa. Tapi tak bisa ia pungkiri, jauh di dalam sana, percakapannya dengan Raja kemarin mampu menambah sesak di dadanya, memperbesar luka yang berusaha ia tutup.

Sarah ingin sekali memeluk Raja lalu berbisik bahwa ia sungguh merindukan Raja.

"Bengong aja, mbak," celetuk Raja lalu meletakkan tasnya di lantai.

Lelaki itu duduk di sebelah Sarah dan langsung menyembunyikkan wajahnya di antara lipatan tangannya yang ia letakkanndi atas meja, "Gue baru tidur dua jam, Sar," curhatnya lemas.

"Kenapa?" tanya Sarah menoleh.

"Kepikiran lo," jawab Raja menyerupai bisikkan. Namun masih dapat Sarah dengar.

Kini, Sarah berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukanlah mimpi. Ini nyata bahwa Raja benar-benar memikirkannya.

"Maksud lo?" tanya Sarah berpura-pura tenang.

"Nggak tau. Gue tiba-tiba keinget lo aja," jawab Raja polos.

"Mikirin apa?" tanya Sarah bertambah penasaran.

Plis, Ja, bilang kalo lo inget tentang kita.

Tiba-tiba Raja mengangkat kepalanya. Lelaki itu menatap lekat wajah Sarah, "Gue mikirin lo," jawabnya serius.

Mata elang milik Raja mampu membuat Sarah membeku.

Apa ini? Raja udah inget semuanya?

"Gue selalu nanya dalam hati gue. Bahkan gue sampe nanya Rico dan Gama. Tapi mereka malah bilang gue bego," lanjut Raja, "jadi karena selama lebih dari dua tahun gue nggak dapet jawaban. Gue mau langsung tanya ke lo."

"Apa, Raja?" Sarah mulai gemas.

Raja mengerjapkan matanya, "Lo makan apa sih? Kok bisa sampe pinter banget?"

Sarah terdiam.

"Plis, kasih tau gue, Sar. Lo di rumah dikasih makan apa sama orangtua lo, sampe lo bisa sepinter ini?" desak Raja.

"Atau lo ke dukun ya, Sar?" lanjut Raja saat Sarah tak kunjung menjawab.

Raja...

Sarah terdiam menatap wajah lelaki itu. Harapan yang tadi melambung tinggi kini sepenuhnya jatuh ke lubang terdalam.

"Sar, jawab dong," desak Raja.

Sarah memalingkan wajahnya.

Raja, sakit.

Segera Sarah bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas, meninggalkan Raja dengan segala kebingungan yang melanda.

"Bu, saya boleh istirahat? Kayaknya migran saya kambuh, Bu," ujar Sarah begitu sampai di UKS.

Penjaga UKS itu menyambut Sarah dan menanyakan keadaannya hingga Sarah menjawab, "Saya cuman butuh istirahat, Bu. Nanti juga sembuh."

"Yaudah, kamu tidur dulu di sana ya. Nanti Ibu kabarin wali kelas kamu," balas penjaga UKS itu.

Sarah mengangguk. Gadis itu masuk ke dalam bilik dan menutup tirai. Kakinya bergerak naik ke atas kasur. Perlahan, Sarah merebahkan tubuhnya.

Pikirannya kembali memutarkan semua kenangan bersama Raja. Hingga kenangan itu diakhiri dengan kejadian yang baru saja terjadi --saat Raja menanyakan apa yang gadis itu makan.

Air mata berhasil keluar dari matanya yang terpejam. Gadis itu menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan sebuah isakkan. Tangannya terkepal berusaha menyalurkan energi.

Raja, kapan gue harus berhenti perjuangin lo dalam hati ini?

CahayaWhere stories live. Discover now