Dua Puluh Sembilan

3K 317 7
                                    

Rasa penyesalan itu pasti ada. Dan datangnya pasti terlambat setelah kita melakukan kesalahan. Raja pun menyadari hal itu dengan baik. Rasa penyesalan menyeruak sempurna. Seharusnya ia tak mengatakan hal seperti itu kepada Sarah. Sejujurnya, Raja tak bermaksud untuk mengatakan Sarah adalah perempuan yang gemar mengenis cinta, hanya saja, ia kehabisan kata-kata sehingga mengiyakan pertanyaan gadis itu.

Betapa bodohnya Raja.

Sarah benar. Harusnya Raja berusaha keras untuk mengingat memori itu, harusnya Raja jujur kepada Sarah dari awal. Dan Sarah juga benar, seharusnya Raja membuka pintu hatinya kembali kepada Sarah. Raja yakin, hanya soal waktu ia akan kembali jatuh cinta kepada Sarah setelah mengingat kenangan-kenangannya bersama gadis itu dulu.

Dengan begitu, rasa penyesalan kembali melanda Raja.

Pagi ini, hari terakhir UAS, Raja datang setengah jam lebih pagi dari biasanya. Ia tau Sarah selalu datang pagi dan ia ingin berbicara dengan Sarah sebelum sekolah ramai. Tapi nyatanya, Sarah tidak datang sepagi itu. Dia datang satu menit sebelum UAS dimulai dan hal itu menimbulkan tanda tanya dalam diri Raja.

Di mana Sarah yang selalu datang pagi? Apa Sarah datang terlambat karena ia begitu sedih perihal perkataannya kemarin?

"Sar," Raja menghampiri meja Sarah bertepatan dengan bel yang berbunyi.

"Bel udah bunyi. Lo mendingan balik ke tempat lo sebelum pengawas datang," ujar Sarah.

Dan benar saja, tak lama pengawas datang meminta semua murid kembali ke tempat duduknya.

***

Bel istirahat berbunyi. Setelah mengumpulkan soal dan jawaban ujian, para murid pun berbondong-bondong keluar untuk membeli makan. Tak terkecuali, Raja.

Raja pun sama, ingin cepat-cepat keluar dari ruang ujian untuk makan. Tetapi ada satu hal yang harus ia lakukan. Satu hal yang sangat penting. Sarah.

"Sarah," Raja berlari mengejar Sarah yang sudah keluar ruangan ujian duluan.

"Sar," panggil Raja lalu menghalangi jalan Sarah agar gadis itu tak bisa berjalan lagi.

"Gue minta maaf soal kemarin. Gue tau kata-kata gue kasar. Tapi gue nggak bermaksud--"

"Belum cukup lo jatuhin harga diri gue?" potong Sarah menatap lekat Raja.

"Belum cukup, Ja?" ulangnya membuat Raja bungkam.

"Kalo emang belum cukup, jatuhin harga diri gue-nya bisa nanti aja nggak? Gue harus makan dulu. Karena menanggung harga diri yang jatuh itu butuh tenaga," lanjut Sarah lalu berjalan menghindari Raja.

"Oi Raja!" Gama datang merangkul Raja, diikuti Rico.

"Yuk makan, gue laper habis ngerjain biologi," lanjut Gama lalu menggiring Raja yang masih terpaku.

***

Mata Raja terpaku pada Sarah yang berada di sudut kantin dengan sahabatnya, Juni. Sarah tertawa seakan-akan gadis itu tak mempunyai beban. Dan hal itu menimbulkan gelenyar aneh dalam hati Raja.

Sarah cantik.

"Ja, lo nggak pesen makan?"

Dan dengan begitu, lamunan Raja berakhir. Lelaki itu menatap Rico dan menggeleng, "Gue masih kenyang."

CahayaWhere stories live. Discover now