Dua Puluh Satu

2.8K 351 16
                                    

jangan lupa menghargai karya orang lain dengan vote dan comment ketimbang menjadi siders. oh ya, jangan lupa bahagia juga.

Cewe itu penuh teka-teki. Sulit dimengerti.

Sungguh, Raja tak mengerti mengapa Sarah tiba-tiba berpelukkan dengan Nolan setelah berbicara dengannya. Apa Nolan menyatakan perasaannya kepada Sarah dan gadis itu menerimanya? Ataukah Sarah yang menyatakan perasaannya? Tapi, mengapa hal itu membuat Raja kesal bukan main, ya?

Raja berjalan kembali ke basecamp dengan pikiran yang sibuk. Apa kata Sarah tadi? Foto mereka bersama? Memangnya kapan mereka pernah foto bersama? Bukankah mereka adalah rival? Lalu apa katanya tadi? Dirinya amnesia? Ia memang pernah kecelakaan tapi bukan berarti dia amnesia 'kan? Buktinya dia masih ingat dengn sahabat-sahabatnya.

Apa Sarah berbohong? Tapi, untuk apa gadis itu berbohong?

Sarah berhasil membuatnya gila.

"Mana regu lo, Ja?" tanya Rico begitu melihat Raja yang masuk ke dalam tenda.

"Tau," jawab Raja asal.

"Pinjem hp lo dong," sebuah ide muncul dalam benak Raja.

Ide untuk mengetahui segalanya. Juga tentang Sarah.

"Buat apa?" Rico memincingkan matanya.

"Mau main game. Hp gue batrenya habis," jawab Raja.

"Tidur aja kek," balas Rico namun tak ayal lelaki itu memberikan ponselnya kepada Raja.

"Gue keluar dulu. Kayaknya regu gue mau kumpul dulu," lanjut Rico lalu keluar tenda.

Dan hal itu membuat Raja menghela napas lega.

Ibu jari lelaki itu bergerak membuka galeri foto hp Rico. Lelaki itu mulai mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan di hp Rico dan benar saja apa yang Raja pikirkan.

Segala pertanyaan Raja terjawab sudah.

Dalam galeri foto Rico, ada sebuah foto yang memperlihatkan Gama, Rico sedang berangkulan dan di sebelahnya Sarah dan dirinya juga sedang berangkulan.

Merasa penasaran, Raja berusaha mengingatnya, berusaha menjelajah masa lalunya yang samar. Hingga kepalanya terasa begitu pusing dan seketika pandangannya menggelap.

***

Mata Raja perlahan terbuka dan lelaki itu mengerjap berkali-kali saat sinar matahari menyilaukan matanya. Sudah beradaptasi, matanya melirik kiri kana untuk mengetahui di mana dia dan apa yang telah terjadi kepadanya.

"Raja udah bangun nih, Bi," teriak Reza saat melihat Raja sudah bangun.

Dan terdengarlah sebuah suara larian dari arah luar masuk ke dalam tenda, "Masih sakit nggak, Ja? Apanya yang sakit? Kepala lo sakit? Tangan lo sakit? Atau ap--"

"Pelan-pelan, Bianca sayang," potong Reza.

"Gue 'kan panik," bela Bianca.

Gadis itu lalu mendekati Raja dan meletakkan punggung tangannya pada dahi Raja, "Anget," gumam Bianca lalu memberi Raja minum, "ini minum dulu."

"Makasih, Kak," ujar Raja.

"Masih ada yang sakit nggak?" tanya Bianca.

"Engga kok. Udah sehat," jawab Raja.

"Yaudah lo istirahat dulu aja bentar. Nanti baru balik ke tenda sehabis acara ini selesai," ujar Bianca, "gue keluar dulu ya."

Dan tak lama setelah Bianca keluar, Rico masuk ke dalam basecamp.

"Maaf," gumamnya begitu ia duduk di sebelah Raja yang terbaring.

"Buat?"

"Foto itu. Harusnya gue hapus," jawab Rico menyesal.

Dan jawaban itu membuat Raja teringat akan apa yang membuatnya pingsan. Apa benar dia mengalami annesia? Tapi mengapa kedua orangtuanya tak pernah memberi taunya?

"Foto itu, maksudnya apa?" tanya Raja.

Rico bungkam. Lelaki itu tak tau harus membeberkan rahasia yang selama ini mereka jaga atau berbohong kepada Raja. Tapi kalo berbohong, alasan apa yang masuk akal?

"Lo sahabat gue 'kan, Ric? Lo nggak mungkin bohong ke gue 'kan?" tanya Raja, "cuman lo yang bisa kasih gue penjelasan, Ric."

"Penjelasan lo nggak bakal ngerubah apapun. Semua 'kan udah lewat juga. Gue sama Sarah juga udah balik jadi rival lagi. Jadi, penjelasan lo nggak bakal memengaruhi ataupun merubah apapun," lanjut Raja saat Rico tetap terdiam.

"It won't change anything, right?" Rico memastikan dan Raja pun mengangguk mantap.

Rico menghela napas kasar, "Lo pernah pacaran sama Sarah dulu. Sampe akhirnya lo amnesia dan lo lupa sama Sarah yang statusnya adalah pacar lo. Setelah amnesia, lo cuman ingat Sarah sebagai rival lo," jelas Rico.

"Penjelasan gue jelas 'kan?" tanya Rico saat Raja terdiam kaku.

Raja masih asyik terdiam. Lelaki itu menatap kosong langit-langit tenda.

"Kok nggak pernah ada yang kasih tau gue, kalo gue sama Sarah pernah pacaran?" tanya Raja masih tidak percaya.

"Kita udah cukup kasih lo kode. Tapi lo nggak pernah peka. Dan lagipula, bayangin lo ada di posisi Sarah. Lo juga pasti nggak mau kasih tau. Siapa sih yang nggak sakit hati kalo pacarnya cuman lupa sama dirinya? Belom lagi, pacarnya malah inget dia sebagai rival. Udah sakit hati harus nahan malu pula," jawab Rico santai.

"Ja, kalo lo mau tau, dulu, lo itu sayang banget sama Sarah. Lo cinta bukan sekedar cinta monyet, Ja. Tapi lebih. Lo lupa gimana dulu lo begitu memperjuangkan Sarah," lanjut Rico.

"Gue keluar dulu. Pengap di sini," pamit Rico saat Raja tak kunjung membalas.

Pantes aja, Sarah nggak asing.

Tak lama setelah Rico keluar, Raja pun ikut keluar tenda. Mengapa udara di dalam tenda begitu pengap?

"Sarah!"

Panggilan itu menyapanya begitu ia keluar. Dan matanya bergerak mencari sumber suara.

"Iya entar gue nyusul," jawab Sarah tenang.

Tanpa Raja sendiri sadari, ia sudah berdiri tepat di hadapan Sarah. Membuat Sarah mengangkat kepalanya dan menatap Raja bingung. Namun, gadis itu tak berniat bertanya ataupun memulai percakapan. Ia lebih memilih untuk diam dan menatap Raja dalam.

"Mau gue bantuin?" tanya Raja melihat Sarah yang sedang mengumpulkan ranting-ranting pohon.

Sarah terdiam dan tatapannya tak dapat Raja mengerti.

"Masih sakit?" tanya Sarah bangkit berdiri. Matanya masih setia menatap Raja dalam.

"Udah sembuh kok," jawab Raja dengan senyum kikuknya.

Sarah mengangguk kecil tanpa berniat melepaskan pandangannya. Setelah beberapa detik saling bertatapan, Sarah pun memutuskan kontak mata mereka. Tanpa pamit, gadis itu berjalan pergi menjauhi Raja. Meninggalkan Raja dengan segala kejanggalannya.

Mungkin hubungannya dengan Sarah memang tidak berubah, tapi apa perasaannya mulai berubah?

CahayaWhere stories live. Discover now