Chapter 2

18 3 0
                                    

Pagi ini mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka setelah sempat menginap semalam di kediaman nenek Shin, tentunya atas permintaan dari putrinya. Shin Min Kyung eonni. Lagi, entah untuk yang keberapa kalinya Vio membantu mereka yang tidak terlihat. Membantu menyelesaikan sesuatu yang mereka tinggalkan, persoalan yang belum sempat terselesaikan karena mereka telah lebih dulu berpulang meninggalkan dunia ini. Meskipun terasa berat, hari ini Vio merasa sangat lega karena sudah berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Oh ya, rencananya hari ini mereka bertiga berniat untuk menghabiskan waktu di Namsan-gu (gunung Namsan). Vio sendiri sudah tidak sabar ingin segera menyaksikan keindahan pemandangan kota Seoul dari puncaknya dan tentunya tidak sabar untuk melihat ribuan gembok yang terpasang disepanjang pagar pembatas tower. Tempat itu terlalu romantis untuk dilewatkan begitu saja.

Dari Incheon ketiganya memutuskan untuk menggunakan subway menuju Seoul dan berhenti di Seoul Station barulah setelah itu dilanjutkan dengan bus untuk sampai ke Namsan-gu. Memakan waktu cukup lama memang untuk sampai disana, tapi semuanya akan terbayarkan sudah jika berhasil menjejakkan kaki ditujuan.

Beruntungnya mereka datang di saat musim semi. Mereka yang memutuskan untuk sampai kepuncak dengan berjalan kaki ini, disepanjang perjalan sepasang mata ketiganya terus saja disuguhi keindahan dari bunga-bunga Cherry Blossom yang tengah bermekaran. Vio bahkan sudah berlarian menangkapi kelopak bunga yang berjatuhan tertiup angin semilir yang masih sedikit terasa dingin dan menggelitik dikulit wajahnya.

Duo noona sudah asik sendiri mengabadikan moment berharga mereka kedalam kamera DSLR yang mereka bawa dari Indonesia. Dan tidak jarang mereka akan dengan senang hati meminta Vio untuk mengambil gambar mereka dengan berbagai macam pose, hampir disetiap spot yang mereka anggap cukup bagus untuk mengambil gambar. Tak terhitung sudah berapa kalinya gadis itu menjadi fotografer dadakan bagi keduanya.

Tanpa terasa mereka sudah sampai didepan loket tiket untuk menuju kepuncak tower Namsan yang terkenal dengan ribuan 'Love Lock' atau gembok cinta yang terpasang disana. Vio tampak sudah tidak sabar ingin segera sampai dipuncak. Irene segera pergi mengantri untuk mendapatkan tiga lembar tiket untuk mereka.

Setibanya di puncak Vio sudah kembali berhambur kesana-kemari menuju hamparan gembok yang sudah menyerupai dinding pembatas karena terlalu banyak terpasang dipagar pembatas tower. Ada banyak sekali gembok dengan berbagai macam warna, jenis, bentuk, ukuran dengan nama pasangan serta kalimat-kalimat romantis yang tertulis di setiap gembok yang terpasang disana.

"Wow, romantisnya pasangan-pasangan ini" serunya saking terpesonanya sembari membaca tulisan-tulisan kecil yang tertulis di beberapa gembok dihadapannya kini.

"Dan tentunya bakalan lebih romantis lagi kalo lo bisa dapet pasangan, terus pasang gembok disini juga bukan Cuma sekedar merhatiin semua gembok satu persatu sambil ngiler mupeng begitu" celetuk Irene yang terbilang tidak pekaan itu segera membuyarkan segala kekaguman serta delusinya.

"Cih, kata-katanya sih dikit, tapi efeknya persis kayak dijatohin beban 1 ton di atas kepala" singut gadis itu yang langsung membuat Felie tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan percakapan mereka. "Nanti deh gue ajak bias16 gue buat pasang gembok disini" lanjutnya sebelum akhirnya melengos kearah yang berlawanan, membiarkan keduanya kembali asik dengan kameranya.

Dari kejauhan Vio tampak berminat dengan salah satu bangku berbentuk unik, seperti patah dibagian tengah sehingga tampak seperti mencuat dibagian kedua ujungnya yang berlawanan yang sepertinya sengaja diciptakan agar saat pengunjung yang duduk bersama pasangannya bisa saling berdekatan atau berhimpitan dibagian tengahnya. Penciptanya benar-benar kreatif, pikirnya.

Tepat saat ia hendah beranjak menuju bangku tersebut yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri sekarang, seorang bocah laki-laki dengan tinggi badan sekitar 80cm berlari dan menabraknya dengan kencang. Meninggalkan perasaan aneh dikulit bagian punggung tangan Vio yang bersentuhan dengan bocah tadi. Membuat kedua matanya tidak bisa beralih dari sosok bocah yang kini sudah membalikkan badannya ikut memperhatikannya. Bocah itu membungkuk dengan sopan padanya.

Two the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang