Chapter 6

7 2 0
                                    

Sudah seminggu lebih waktu berlalu. Vio mulai terbiasa dengan rutinitas barunya sebagai asisten artis meski masih tidak terbiasa dengan sifat menyebalkan Jang Minho yang ternyata tidak sesuai dengan sifatnya yang selalu ia tampilkan di depan para penggemarnya. Irene, Felie dan Na Young, ketiganya kini membuka sebuah usaha kecil-kecilan dengan menggunakan uang yang didapatkan Vio dari hasil kesepakatan waktu itu. Mereka membuka sebuah kedai kecil yang menjual jajanan khas Korea dan Indonesia.

Vio sendiri tidak mengerti mengapa ketiganya bisa kepikiran untuk membuka usaha bersama semacam itu. Meskipun masih terbilang baru, kedai kecil mereka yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal Na Young itu sangat ramai pengunjung. Mungkin pengunjungnya penasaran dengan jajanan Indonesia yang mereka jajakan. Mereka menjual berbagai macam jenis jajanan seperti, tteokpokki, odeng, kue lambang sari, lapis legit, gorengan, dan masih banyak lagi jenisnya. Yang lagi-lagi Vio tidak ketahui asal muasal bahannya dari mana gerangan sampai mereka bisa menciptakan aneka macam panganan seperti itu. Vio terlalu sibuk dengan pekerjaan barunya sehingga rasanya wajar jika ia tidak terlalu paham dengan kegiatan ketiganya.

Dan selama seminggu ini pula Bomin si hantu yang selalu mengekori Minho kemanapun beralih menjadi pengekor bagi Vio. Dimanapun ia berada, maka disitu pula Bomin berada. Keduanya menjadi semakin akrab. Vio yang biasanya sering bermasalah dengan agenda tidurnya dimalam hari sekarang jadi tidak memusingkan perkara tidurnya karena Bomin akan dengan senang hati menjaganya di malam hari. Sehingga tak ada satupun hantu yang bisa mengganggu tidurnya, jadi keesokan harinya ia bisa beraktivitas dengan baik dengan peran barunya sebagai asisten Jang Minho.

Vio juga jadi semakin akrab dengan member Eternity lainnya. Ia bergaul baik dengan mereka terutama dengan Rei dan Dong Wook dalam hal menggosipi Minho tanpa sepengetahuan pria itu.

"Sudah seminggu ini dan kau masih tidak bertemu dengan eomma ku?" tanya Minho yang baru saja kembali dari ruang ganti tepat saat Vio tengah membenahi kostum panggung mereka ketempatnya semula.

"Yah begitulah" jawab Vio masih sibuk dengan pekerjaannya.

Minho yang sudah duduk di sofa yang ada di ruangan itu tengah berpikir sejenak sebeluh ahirnya kembali berujar, "Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kau kan hanya berada di dekatku saat tengah bekerja saja. Saat kita bertemu di kantor agensi".

"Lalu?" tanya Vio tak mengerti.

"Bukankah tidak menutup kemungkinan bahwa eomma ku akan muncul saat aku sedang berada di rumah" balas Minho seolah mendapat pencerahan.

"Lalu?" tanya Vio lagi dan kini ikut duduk berhadapan dengan Minho setelah menyelesaikan pekerjaan barusan. Berniat untuk menghabiskan sisa air mineral di botolnya.

"Lalu?" tanya Minho tidak habis pikir dengan gadis yang tidak mengerti arah pembicaraannya dan justru dengan santainya menenggak minum dari botol ditangannya. "Ya seharusnya kau ikut tinggal di rumahku" lanjutnya yang sukses membuat Vio menyemburkan air minum itu ke wajahnya.

"Kau benar-benar sudah gila ya" pekik Vio dengan terbatuk-batuk karena sempat tersedak.

"Kau ini jorok ya. Harusnya kau telan dulu minumanmu itu" protes Minho dongkol karena terkena hujan lokal.

"Salahmu sendiri kenapa bisa-bisanya asal bicara seperti itu dan mengejutkanku" balas Vio tidak mau kalah.

Sedangkan hantu Bomin sudah mulai bergerak mengusapi wajah Minho dengan sesekali mendelik kesal kearah Vio yang menyebabkan idolanya basah kuyup, meskipun tindakannya tidak berefek apapun terhadap pria itu.

"Kau dengar ya, menjadi asisten pribadimu saja sudah termasuk kedalam suatu kegilaan yang seharusnya tidak kulakukan. Kau mau menambahkannya dengan mengajakku tinggal bersama di rumahmu? Oh... Sebaiknya kau periksaan kejiwaanmu sekarang sebelum terlambat" ucap Vio sembari menyodorkan sekotak tissue padanya.

Two the WorldWo Geschichten leben. Entdecke jetzt