Chapter 10

3 0 0
                                    

Setibanya Vio dan juga Minho di basemant apartemant tempat keduanya tinggal atau yang lebih tepatnya lagi apartemant milik Minho, keduanya tetap saja saling bertengkar satu sama lain.

Keduanya sibuk meributkan hal yang bahkan sebenarnya tidak terlalu penting untuk diributkan. Vio dan Minho meributkan tentang bagaimana cara keduanya untuk menuju ke atas mengingat kondisi kaki Vio yang tengah terluka ringan akibat heels sialan pemberian Minho.

Pria itu sibuk menawarkan diri untuk membopong Vio, sedangkan gadis itu menolak dengan keras ide bodoh itu. Baginya cukup yang tadi saja saat mereka masih berada di hotel beberapa waktu lalu.

Tapi bukan Minho namanya kalau ia harus mendapat penolakan dari gadis itu. Tanpa babibu Minho langsung membopong Vio dengan entengnya. Tak perduli dengan tatapan dua orang security ketika mereka berpapasan di lobby.

Untungnya mereka sudah kenal betul dengan mereka berdua sebagai salah satu penghuni di apartemen tersebut. Apalagi saat dengan santainya Minho mengatakan alasan ia menggendong Vio. Padahal tidak ada satupun dari kedua org ajussi security itu yang bertanya.

"Kakinya sedang terkilir"

Setelah itu hanya anggukkan yang ia dapatkan sebelum akhirnya mereka berlalu memasuki lift yang langsung terbuka.

"Turunkan aku sekarang" titah Vio namun lagi dan lagi tak di dengarkan.

"Yakkk..."

"Jangan bergerak dan jangan berisik kalau tubuhmu tak ingin ku jatuhkan begitu saja" ancamnya tanpa menoleh pada Vio sedikitpun.

Hal itu lantas membuatku mendengus sebal. Lelaki itu memang keras kepala dan semaunya sendiri. Memangnya aku ini apa, pikir Vio.

Setibanya di apartemen, Minho langsung mendudukkan Vio di sofa ruang tengah.

"Tunggu disana dan jangan pergi kemana pun" titahnya.

Sedetik kemudian Minho sudah berlalu menuju dapur. Meninggalkan Vio yang sudah misuh-misuh sendiri karena perlakuan menyebalkan Minho. Lelaki itu sudah sibuk menyiapkan sebuah baskom yang di isi oleh air hangat. Dan sebuah handuk berukuran sedang yang masih bersih juga beberapa handuk kecil.

Tak lama setelahnya ia kembali ke ruang tengah dengan segala macam benda yang tadi ia persiapkan. Vio masih di sana dalam kondisi terlelap.

"Ckckck, merepotkan" decak sebal Minho.

Minho segera meletakkan baskom berisi air hangat tersebut di lantai. Dirinya sendiri sudah bersimpuh di lantai, di pinggir sofa tempat Vio jatuh tertidur.

Ia buru-buru menyingsingkan lengan kemejanya sampai sebatas siku. Mencelupkan salah satu handuk kecil ke dalam baskom lalu memerasnya.

Perlahan tapi pasti Minho mulai membasuh kaki Vio dengan handuk tersebut. Beruntungnya gadis itu sama sekali tak merasa terusik dengan segala perlakuannya. Minho melakukannya dengan sangat telaten. Bahkan luka lecet di kaki Vio pun ia tangani dengan sangat baik. Ia obati dan pasangkan plester.

Dalam hati ia berjanji tidak akan lagi memaksakan gadis itu untuk mengenakan sepatu yang tidak sesuai untuknya. Kecuali jika sepatu itu memang sepatu yang tepat. Membayangkan hal tersebut ternyata berhasil membuat hati Minho sedikit tergelitik karenanya.

"Astaga, apa yang sedang aku pikirkan" gerutunya sembari mengusak rambutnya sendiri.

"Kau sedang apa?"

Pertanyaan itu sontak membuat Minho kaget dan sedikit terjungkal. Hingga punggungnya membentur meja yang mang berada tepat di belakangnya.

"Awww..." ringisnya membuat Vio menegakkan tubuhnya dengan panik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two the WorldWhere stories live. Discover now