Dua

19.3K 1.7K 170
                                    

Terimakasih sudah menunggu dan membaca cerita ini.  Penulis sangat senang mendapat apresisi penuh dari para SasuNaru shipper 😊

Terimakasih untuk semuanya!

Cerita ini adalah bagian kedua. Seperti biasa,  penulis akan sangat menghargai jika anda mau meninggalkan jejak dan memberi dukungan ataupun saran dalam tulisan ini. Selamat menikmati.

Kali ini ada lagi Mirai - ost orange.  Penulis yakin anda pasti setuju dengan ke klise an lagu ini
.
Chapter berikutnya akan penulis private,  jadi silahkan follow penulis untuk melanjutkan 😊
.

Naruto mendapati dirinya terbaring diatas padang rumput. Langit diatasnya terlihat sangat damai dan angin yang berhembus seperti membelai wajahnya. Dia tersenyum kecil lalu tiba-tiba mendengar suara tawa anak kecil. Naruto menajamkan pendengarannya, dan suara anak kecil itu terdengar semakin jelas. Biasanya dia akan langsung merinding saat bertemu hal berbau mistis macam begini, tapi entah kenapa kali ini Naruto merasa sangat nyaman, bukannya takut.

Saat berusaha mengangkat tubuhnya, Naruto mendapati tubuhnya seperti melengket pada padang rumput. Naruto mulai panik, dia bahkan tak bisa bergerak sedikitpun. Lalu tiba-tiba wajah anak kecil muncul tepat didepan wajahnya. Naruto membulatkan mata saat mendapati sosok itu berjongkok didekat kepalanya. Bocah laki-laki itu punya warna mata hitam kelam yang tajam, rambutnya sewarna cokelat terang nyaris pirang dengan beberapa helai gelap dipangkal rambut.

Naruto menatapi sosok itu lekat, lalu tiba-tiba sosok itu tersenyum. Senyum sehangat matahari yang juga berhasil membuat mata Naruto berubah hangat. Naruto mulai menangis, sebelum akhirnya ikut tersenyum lebar kearah bocah itu.

“Maafkan aku” dia berbisik, “Itu kau kan?”

Mendengarnya bocah itu kembali tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya lucu. Mata biru Naruto berkilat lalu dia kembali menangis. Kali ini dia menangis tersedu, dia bahkan tak bisa mendengar suara tangisannya sendiri. Bocah itu masih diam disana, menatapi sosok dewasa didepannya yang menangis seperti anak kecil.

“Aku sangat menyayangimu. Maafkan aku—“ Naruto berusaha bicara disela tangisnya. Bocah didepannya terdiam lalu tiba-tiba berdiri. Naruto memandangnya bingung. Bocah itu kembali tersenyum.

“Ameinaru”

“Eh?” Naruto terkesima saat bocah itu membuka mulutnya. Suara sejernih hembusan angin, dilain sisi sangat ringan. Terlalu indah untuk diungkapkan. Tapi setelah mengucapkan kata itu bocah tadi langsung berlari menjauh. Naruto langsung panik. Dia berusaha berdiri tapi badannya masih tidak bisa digerakkan. Saat dia berusaha berteriak suaranya tidak keluar. Naruto menatap horror, suaranya tak bisa keluar, padahal sebelumnya dia bahkan bisa bicara.

Telinganya masih dapat mendengar suara tawa anak kecil yang menjauh. Naruto terus berusaha bergerak. Dia memaksakan tenggorokannya untuk bersuara. Saat suara tawa itu menghilang, Naruto langsung terisak keras.

“TIDAK!!”

Dia berhasil berteriak. Dan detik saat dia berhasil menggerakkan tubuhnya, dia terbangun diatas ranjang. Naruto menatap sekeliling, air mata masih terus mengalir dari pelupuk matanya. Sepertinya dia berada di ruang kesehatan. Dadanya tiba-tiba terasa penuh. Naruto langsung menekankan telapak tangannya pada wajah lalu bahunya bergetar pelan karena terisak.

Ameinaru

“Ameinaru” Tanpa sadar dia berbisik pelan.

“Naruto?”

ALPHA MARKWhere stories live. Discover now