Dua belas

8.5K 1K 126
                                    

"Oh tidak"

Sasuke langsung terlonjak bangun. Matanya menatap liar pada sosok yang terbaring disebelahnya. Saat Sasuke meletakkan sebelah tangannya diatas dahi Naruto,  panasnya membuat Sasuke terlonjak.

"Naruto. Hei, bangun"

Kelopak Naruto bergerak membuka,  tapi pandangannya tak fokus.  Bola matanya bergulir kesegala arah.  Dia tidak sadar.

Sasuke merasakan nafasnya memberat.  Seketika dia langsung melompat dari ranjang. Tangannya bergerak liar saat menggeledah seluruh isi laci yang ada di dapur.  Tapi pondok ini sudah lama tidak dihuni manusia, Sasuke tak bisa mengharapkan banyak hal.  Hanya ada beberapa botol obat herbal yang berkumpul dalam sebuah mangkok besar.  Tanpa pikir panjang Sasuke langsung menyambarnya dan kembali ke sisi Naruto.

Tidak banyak yang tersisa disini.  Ibunya dari dulu selalu mengandalkan bahan herbal dalam urusan obat,  dan sekarang yang Sasuke punya hanya beberapa helai daun mint kering,  setengah botol buah cherry busuk,  dan-sekantong penuh kulit pohon willow!

Tanpa bicara Sasuke langsung meraih cangkir dan mengisinya dengan air.  Ibunya percaya kulit willow bisa menyembuhkan demam.  Agak primitif memang, tapi ibunya sudah pernah berhasil menyembuhkan kakaknya dulu sekali. 

Sasuke bisa dibilang hanya mengingat samar bagaimana ibunya meracik teh willow. Tiga potong kulit willow direndam dalam air dingin, jangan air panas.  Tunggu sekitar 20 menit dan siap untuk diminum. Sasuke melakukan semuanya,  dan sekarang dia hanya perlu menunggu.

Sialnya,  menunggu bukan hal yang mudah dilakukan. 

Naruto kembali bergerak gelisah diatas ranjang,  jadi Sasuke membawa cangkir teh itu kesisi Naruto.  Setelah meletakkan cangkir diatas meja,  Sasuke kembali meletakkan sebelah tangannya diatas dahi Naruto. 
Masih sangat panas.
Alis Naruto bertaut dan mulutnya meng komat-kamitkan kata-kata yang tidak bisa Sasuke tangkap.  Yang jelas,  saat ini dia sangat menyedihkan. 

Apa yang harus dilakukan saat seseorang demam? Kompres?  Air es?  Sial,  Sasuke benar-benar tidak tahu.  Agak ragu Sasuke melepas kaos yang dipakainya lalu berjalan kearah wastafel untuk mengguyurnya dengan air dingin. Dia tidak yakin, tapi kemudian meletakkan lipatan kain basah itu didahi Naruto. 

Naruto tampak tak terganggu,  jadi Sasuke melanjutkan mengompes menggunakan air yang baru. Lima menit kemudian Naruto sudah berhenti gelisah didalam tidurnya.  Sasuke menghela nafas. 

Setidaknya aku tahu dia baik-baik saja.

Sebelah kaki Naruto menyembul keluar dari dalam selimut.  Sasuke memperhatikan betapa berkeringat kaki itu.  Bau?  Yah mungkin memang sedikit beraroma, tapi bulu-bulu halus yang basah oleh keringat yang membuat Sasuke menelan ludah.  Saat berusaha memasang perban Naruto yang pertama kali, Naruto meronta kuat sehingga Sasuke terpaksa menggunakan celana jeans panjang Naruto untuk mengikat Naruto supaya tetap diam.  Singkatnya,  dibawah sana hanya ada celana dalam Naruto.

Buru-buru Sasuke menutup kaki itu dengan selimut.  Urat-urat dikepalanya berdenyut dan dengan susah payah dia berusaha mengendalikan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.  Apalagi kepada seorang pasien yang tidak berdaya. 

Sekali lagi Sasuke meraih ujung selimut didekat wajah Naruto.  Menariknya agak keatas dan menekan-

"Aarghhhh!"

Sasuke meloncat berdiri.  Matanya membelalak,  mulutnya terbuka dan nafasnya tertahan.

Naruto menggeliat liar diatas ranjang sambil menjerit-jerit kesakitan.  Sasuke menatap linglung, apa yang terjadi? Hingga kemudian Naruto membalikkan badan kearahnya, dada Sasuke langsung terasa mencelos. Perban dibahunya berwarna merah. 

ALPHA MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang