Pencuri Hati

2.2K 78 0
                                    

Sejak Kanaya tahu bahwa klien Pak Yoga adalah Abi, dia mulai menata hatinya. Dia berlatih memamerkan senyum terbaiknya di depan cermin. Memperkirakan apa saja yang akan ditanyakan Abi, jadi Kanaya mulai merangkai jawabannya dari sekarang. Kanaya bingung dengan perjalanan hidupnya. Jika dulu dia merasa bahwa Abi bukanlah jodohnya, sekarang dia meragu. Apalagi pusaran takdir seolah membelit hingga mempertemukan mereka pada satu titik yang hampir mustahil. Kanaya membulatkan tekad bahwa dia harus mampu menghadapi Abi dan tamu undangan lainnya, termasuk papa Abi dan orang tuanya sendiri. Kanaya wajib bersikap profesional dan tidak mencampuradukkan permasalahan pribadi dengan pekerjaan. Hari ini, dua hari sebelum resepsi diadakan, rencananya dia akan bertemu Abi untuk meeting terakhir sebelum hari besarnya.
🌷🌷🌷
Bukan tanpa sebab Abi memutuskan untuk mengadakan resepsi di kota kecil dekat Semarang itu. Abi sudah pernah ke sana sebelumnya. Menikmati sejuknya udara berbau harum bunga kopi. Tapi alasan yang mendasar adalah karena dia tahu Kanaya berada di sana. Abi sudah hampir setahun mencarinya kesana kemari. Akhirnya menyerah setelah usahanya sia-sia dan memutuskan menyewa pihak kedua untuk mencari tahu keberadaan Kanaya. Ajaib, tak butuh waktu lama mereka menemukannya. Sebanding memang dengan mahalnya bayaran yang harus Abi keluarkan guna mendapatkan informasi tentang Kanaya.
"Halo Ra, ada apa?" Abi mengangkat teleponnya yang menampilkan nama calon istrinya pada layar.
"Leo boleh datang ke pernikahan kita, Bi?" Tanya suara di seberang sana. Abi tersenyum simpul.
"Tentu, Ra. Aku bahkan penasaran sama dia. Jangan lupa kenalin ke aku." Jawab Abi sebelum akhirnya mengakhiri pembicaraan. Taksi yang ditumpanginya berhenti tepat di depan pintu lobby. Abi turun sambil menenteng kopernya yang cuma sebiji. Kebutuhannya yang lain baru akan tiba bersama calon istri dan keluarganya.
Setelah berbasa-basi dan mengenalkan diri sebagai tamu VIP yang akan menyewa seluruh kamar selama beberapa hari, Abi langsung diantarkan menuju kamarnya.
"Jadi kapan saya bisa ketemu Pak Yoga?" Tanya Abi santai saat berada di lift.
"Beberapa hari ini Pak Yoga sedang tidak di tempat. Jadi mungkin nanti bagian marketing yang akan menemui Bapak. Bagaimana kalau kami siapkan makan malam untuk Bapak sekaligus membicarakan dengan bagian marketing?"
"Oke." Abi tidak bertanya lagi. Diam-diam dia bersyukur karena ketidakhadiran Yoga akan membuatnya berkesempatan menemui Kanaya tanpa seorangpun yang mengganggu.
🌷🌷🌷
Kanaya melirik jam yang melingkar di tangannya. Baru 2 menit dia duduk di gazebo restoran dan hatinya sudah kebat-kebit. Kanaya kembali menyibukkan diri dengan membaca file yang sudah disiapkan meskipun gadis itu tahu dia sudah hafal seluruh isinya di luar kepala.
Abi sengaja membiarkan Kanaya menunggu walau sebenarnya sangat merindukan mantan calon istrinya itu. Abi mengamati dari jauh sosok Kanaya. Gadis itu memanjangkan rambutnya sekarang. Tubuhnya terlihat makin kurus. Bahagiakah dia di sini? Abi harus memastikannya. Segera dia berjalan ke arah gazebo tempat Kanaya menunggunya.
"Selamat malam." Sebuah suara membelai pendengaran Kanaya. Membuat gadis itu untuk sesaat merasakan gelenyar aneh yang memenuhi hatinya.
"Malam." Kanaya menoleh pada lelaki yang kini duduk di sebelahnya.
Abi terperangah, atau lebih tepatnya pura-puta terkejut melihat Kanaya. Kanaya yang sudah tahu bahwa klien nya adalah Abi mencoba tersenyum dan bersikap profesional.
"Kay..." Abi membisikkan panggilan itu. Ya, panggilan kesayangannya pada Kanaya adalah Kay. Cuma Abi yang memanggilnya seperti itu karena lainnya memanggil Naya. Kanaya merasa jantungnya berdebar tak karuan. Rasanya dia bisa pingsan karena terserang jantung!
"Hai Bi. Aku kerja di sini sekarang." Curhat Kanaya membuka pembicaraan. Abi masih menatap lekat Kanaya. Membuat gadis itu jengah hingga menghadirkan rona merah di pipinya yang tirus.
"Kamu kurusan, Kay."
"Well ya, akhirnya tanpa diet pun aku bisa kurusan di sini, Bi." Kanaya mencoba mencairkan suasana namun humornya gagal membuat Abi tertawa.
"Kamu berutang penjelasan, Kay."
"Bi, aku ...." Kanaya tidak mampu meneruskan kalimatnya. Memang tidak ada alasan baginya meninggalkan Abi.
"Maafin aku." Ucap Kanaya akhirnya setelah mereka terpenjara dalam diam yang cukup lama.
"2 hari lagi aku nikah, Kay." Cerita Abi sambil memandang sendu Kanaya. Ah, tatapan itu begitu sedih. Seolah yang dikabarkan bukan tentang kabar pernikahan tapi pemakaman. Kanaya memalsukan senyumnya.
"Ya. Alhamdulillah akhirnya kamu menemukan gadis yang tepat. Kenapa nggak diajak sekalian, Bi?"
"Rara masih ada kesibukan." Jawab Abi singkat.
"Jadi konsepnya garden party kan? Aku punya beberapa foto saat klien juga booking garden party untuk acara pernikahan mereka. Ini kalo kamu mau lihat, Bi." Kanaya memamerkan deretan foto pelaminan yang menyatu dengan alam.
"Mana yang  kamu suka?" Tanya Abi.
"Aku? Bi, sebaiknya kamu diskusi dulu sama Rara mau konsep garden party yang seperti apa. Karena bisa aja pilihanku beda sama kamu ataupun calon istrimu." Kanaya menekankan kata-kata terakhirnya.
"Mana yang paling kamu suka Kay?" Kembali Abi bertanya padanya tanpa mempedulikan alasan Kanaya tadi. Sebal, Kanaya memutar bola matanya. Hal ini tak luput dari pengamatan Abi dan berhasil membuat lelaki itu tertawa. Tawa pertama yang menghangatkan relung hati Kanaya. Sebuah tawa yang melagukan melodi yang lama tak dinikmatinya.
"Ada yang lucu?" Tanya Kanaya polos setelah Abi berhasil menguasai dirinya lagi. Untuk sesaat tadi, dia serasa ingin memeluk Kanaya saat dilihatnya ekspresi menggemaskan itu.
"Kamu masih sama, Kay. Suka sebel sambil mainin mata." Jawab Abi kembali menatap Kanaya dalam-dalam. Semburat merah jambu segera terlihat bersemu di kedua pipi Kanaya. Abi makin rindu dan ingin sekali merengkuh tubuh kurus itu dalam pelukan yang hangat. Namun sekali lagi Abi harus menahan dirinya. Menipu hatinya yang sebenarnya masih berdebar-debar saat melihat Kanaya.
"Gimana kalau garden party nuansa putih? Pas banget karena ini lagi musim bunga kopinya mekar. Kebetulan warnanya juga putih dan harum banget."
"Okay, kalau kamu suka itu, aku ambil tema itu."

Kanaya's WeddingWhere stories live. Discover now