Kanaya's Wedding

5.2K 148 17
                                    

Kanaya menatap perempuan dalam balutan kebaya putih yang tampak cemerlang. Di sana tepat di depan cermin besarnya, Kanaya tersenyum bahagia. Hari ini akan menjadi hari paling bahagia baginya. Hari yang mengubah hidupnya dan mengukir sejarah bagi dirinya. Hari dimana dia akan melewati sisa hidup dengan satu-satunya pria selain Papa.
"Nay, keluarga Abi udah siap. Yuk keluar." Mama memanggil Kanaya yang masih berkaca. Kanaya segera bangkit dan berjalan pelan karena jariknya yang sempit.
Abi menanti dengan perasaan berdebar. Jenis debaran yang membuncahkan kebahagiaan. Lalu saat pengantinnya keluar kamar dan didudukkan tepat di sebelahnya, debaran itu makin menggila. Abi menatap Kanaya terpesona. Dia, wanita yang dicintainya sejak kecil, yang dikejarnya hingga bertahun-tahun terlihat jelita dalam keanggunan khas putri Jawa. Abi melebarkan senyum saat Kanaya meliriknya grogi.
Sesaat setelah Abi mengucap kabulnya, maka suara "Sahhh" terdengar dari seluruh tamu undangan yang tidak banyak itu. Kanaya meneteskan airmatanya bahagia.
"I love you." Bisik Abi sesaat setelah mengecup kening Kanaya mesra. Kanaya mencium tangan suaminya masih dengan sisa airmata kebahagiaan.

                            🌷🌷🌷

Kanaya menatap rumah itu takjub. Rumah yang disiapkan Abi beberapa tahun lalu jika mereka jadi menikah saat itu. Rumah dengan halaman luas seperti yang Kanaya inginkan.
"Ini kamar kita." Kata Abi sambil menbuka pintu kamar utama dan Kanaya terbelalak melihat kamarnya dipenuhi bunga mawar aneka warna.
"Bi, ini keren banget." Kanaya mengedarkan pandangannya menikmati ratusan mawar warna-warni yang menjadi kesukaannya.
"Kamu suka?" Abi memeluk Kanaya yang masih memakai kebaya putihnya.
"Banget." Kanaya merasakan debarannya meningkat saat Abi memeluknya demikian.
"Hm, aku mandi dulu ya Bi. Lengket banget rasanya." Kanaya mencoba melepas pelukan Abi lalu langsung melarikan diri ke kamar mandi. Abi cuma bisa tersenyum melihat kekakuan Kanaya.
                          🌷🌷🌷

Kanaya menghabiskan waktu hampir dua jam di kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuh sekaligus keramas berkali-kali. Kanaya sengaja berlama-lama di sana sambil berharap semoga Abi sudah tidur. Dia begitu cemas malam ini. Malam pertama dimana dia akan menyerahkan jiwa raganya pada sang suami. Pipinya merona kala menbayangkan apa aaja yang mungkin akan terjadi nanti. Tapi begitu membuka pintu dan tidak menemukan Abi di kamar, Kanaya jadi penasaran kemana perginya sang suami.
"Abi?" Kanaya memanggilnya dan mendengar jawaban Abi dari dapur. Kanaya tersenyum melihat suaminya di depan kompor.
"Masak apa?" Kanaya mendekat saat mencium bau sedap.
"Kesukaan kamu." Jawab Abi. Kanaya berbinar melihat nasi goreng udang kesukaannya.
"Cepetan Bi. Jadi laper banget!" Kanaya bersemangat sekali menyadari sudah lama sekali dia tidak menikmati makanan favoritnya itu. Kanaya membantu Abi membuat minuman untuk mereka berdua.
"Waaahhh enak banget!" Kanaya memuji suaminya pada suapan pertama. Abi tersenyum bahagia melihatnya. Mereka makan dengan lahap sambil berbincang. Selesai memberesi dapur, Abi memeluk Kanaya erat dan berbisik mesra.
"Ready for tonight?" Kanaya segera merinding mendengarnya.
"Hm apanya?" Kanaya pura-pura bego yang langsung disambut tawa Abi keras. Segera dia berlari saat menyadari tatapan sebal Kanaya. Mereka berkejaran hingga akhirnya Abi berhenti mendadak.
"Aw!" Kanaya menjerit saat tubuhnya menubruk Abi. Abi berbalik dan memagut gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Bentar." Kanaya mendorong dada bidang Abi. Mengambil nafas sebanyak mungkin karena ciuman Abi berhasil membuatnya megap-megap.
Abi hampir menciumnya lagi saat Kanaya mundur.
"Jelasin dulu ke aku tentang pernikahan kamu sama Mbak Rara." Kata Kanaya mantap.
"Ah, bukannya Rara sudah menjelaskan semuanya?" Abi mendesah kecewa karena terpaksa menahan diri untuk kembali mencium Kanaya.
"Udah sih. Tapi aku pengen denger versi kamu." Ucap Kanaya lagi.
"Okay Kay, tapi ceritanya di kamar aja ya." Abi mengerling nakal. Kanaya cuma mendelik namun menuruti kemauan suaminya itu.
Abi naik ke ranjang dan menarik tangan Kanaya saat dilihatnya gadis itu ragu. Abi duduk bersandar sambil memeluk Kanaya.
"Jadi aku ketemu Rara saat benar-benar kacau. Di awal kepergian kamu, aku masih bisa pura-pura kuat. Menenggelamkan diri dalam pekerjaan dan menutup seluruh akses bersosialisasi. Aku pura-pura baik-baik saja di depan semua orang. Dan kekuatan itu mulai runtuh saat Mama pergi." Abi sedikit bergetar saat menceritakannya. Kanaya berbalik dan memeluk suaminya erat. Mengelus kepala Abi penuh kasih.
"Maafin aku. Semuanya salahku, Bi."
"Nggak Kay." Abi menggeleng. "Mama pun mencintai kamu sampai akhir. Mama tetap berharap kita bisa nikah suatu hari nanti dan Alhamdulillah keinginan itu terwujud."
Abi menghirup rambut Kanaya yang wangi shampo. Wangi yang disukainya, wangi khas Kanaya.
"Selanjutnya gimana, Bi?" Kanaya membawa tangan Abi untuk memeluk tubuhnya.
"Ya jadi lama-lama Papa mulai khawatir karena aku terlalu memforsir diri. Beberapa kali Papa menanyakan apakah aku sudah bisa melupakan kamu." Abi menelan ludah mengingat kekecewaan dan luka masa lalu.
"Dan kamu menunjukkannya dengan menikahi Mbak Rara." Sambung Kanaya menghubungan cerita Abi. Abi mengangguk membenarkan ucapan Kanaya.
"Nay, sejak pertama ketemu Rara di diskotik, kami sama-sama tahu bahwa kami sudah memiliki orang lain untuk dicintai. Rara bilang dia akan dinikahkan dengan duda jika tidak segera mencari suami. Aku melamarnya karena tahu dia tidak akan menuntutku untuk mencintainya. Aku pun menyadari aku nggak akan memintanya memperlakukanku sebagai suami. Jadi akhirnya kami menikah."
"Kamu tahu Bi kalau Mbak Rara itu..." Kanaya berhenti karena memikirkan kosakata yang tepat untuk mendeskripsikan Kanaya.
"Berbeda?" Abi tersenyum membayangkan Rara. Kanaya mengangguk menyetujui deskripsi Abi.
"Aku tahu dia berbeda saat hari pernikahan kami. Dia bilang bahwa Leo hadir di sana. Dan itulah pertemuan pertama kami." Abi geli mengingat Leo yang melambaikan tangan padanya.
"Dan kalian bercerai karena Mamanya Mbak Rara tahu bahwa Mbak Rara masih jalan sama Leo?" Kanaya bertanya kepo.
"Ya. Dan setelah itu beliau merestui Rara sama Leo." Abi mengecup kepala Kanaya. Senang karena ceritanya selesai yang berarti bisa melanjutkan ke babak selanjutnya.
"Tunggu, Bi!" Kanaya berusaha mengulur waktu lagi.
"No more question, Kay." Abi menatap istrinya sayang.
"Kita sholat dulu." Kata Kanaya cepat sebelum Abi kembali menciumnya.
"Duh, lupa! Untung kamu ingetin, Kay!" Abi menepuk keningnya, mengajak istrinya mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat.

                         🌷🌷🌷

Kanaya's WeddingOù les histoires vivent. Découvrez maintenant