Leo

2.7K 75 0
                                    

Abi tengah mengobrol bersama teman-temannya ketika Rara ikut bergabung. Mereka berdua memainkan peran dengan sangat sempurna sebagai pasangan yang berbahagia dan saling mencintai. Ketika dirasa Rara agak gelisah, Abi pun menanyakannya.
"Kenapa Sayang?" Tanyanya mesra.
"Leo ada di sini." Ucap Rara dekat sekali ke telinga Abi.
"Mana? Aku mau ketemu." Kata Abi penasaran sambil celingukan. Mencoba mencari tahu pria mana yang bernama Leo. Mungkin saja orang itu sedang mengawasinya kini.
"Kursi paling belakang yang lagi bawa gelas." Kata Rara sambil mengamati Abi.
"Mana?" Abi melihat ke arah yang dimaksud Rara. Lalu saat seseorang yang mereka bahas melihat kearah kedua pengantin sambil mengangkat gelasnya dan tersenyum, Abi tercenung dalam diam.
"Are you okay?" Rara menatap suaminya khawatir.
"Hahaha..." Abi tertawa membahana hingga membuat tamunya menatap ke arahnya. Abi tertawa begitu lepas hingga matanya berair. Rara terpaksa ikut tertawa meski tidak tahu dimana letak kelucuannya.
🌷🌷🌷
Rara mendesah lega saat hari mulai gelap dan para tamu pun lelah. Sebagian besar memilih pulang dengan penerbangan terakhir. Lalu sisanya memilih pergi jalan-jalan ke Semarang yang cukup dekat dengan resort. Rara memasuki kamar pengantinnya yang sudah disulap jadi penuh bunga.
"Huft, akhirnya selesai juga." Kata Rara lelah sambil melepas sepatu hak tinggi yang membuat kakinya pegal bukan main. Dilepasnya hiasan kepala yang terasa begitu berat. Make up nya disapu bersih dengan cairan pembersih make up yang tersedia di meja riasnya. Abi menyusul masuk lalu membuka jasnya.
"Kamu mau makan apa istriku?" Tanya Abi sambil membuka buku menu yang ada si atas meja. Sedari tadi perutnya minta diisi. Setiap kali akan makan di pesta pernikahannya tadi, ada saja teman yang ngajak ngobrol. Sampai-sampai dia hanya sempat makan beberapa kue. Benar-benar tersiksa!
"Aku nggak laper, Bi. Aku capek." Kata Rara sambil menatap suaminya yang mulai membuka kemeja itu. Abi yang mendapati Rara menatapnya sengaja menggoda gadis itu.
"Jadi kamu mulai tertarik?" Tanyanya bangga sambil memamerkan badannya yang bidang dan berotot itu.
"Not my type." Jawab Rara disambut siulan Abi.
"Oh really? Kamu yakin nggak bakal jatuh hati padaku, Sayang?" Goda Abi usil. Rara melempar kapas yang telah digunakan untuk membersihkan mukanya. Tepat sasaran! Kapas otu mendarat dengan manis tepat di hidung Abi yang mancung.
"Berhenti panggil sayang saat kita cuma berdua!"
"Duh galaknya! Padahal di depan tadi kamu mesra banget!"
"Itu akting tahu!" Balas Rara.
"Aku mau cari makan di luar. Di sini nggak ada yang bikin bernafsu." Kata Abi dengan ekspresi sebal.
"Haha.." Giliran Rara yang tertawa menyadari makna ganda dari ucapan Abi. Spontan kejahilannya bangkit.
"Kamu yakin nggak ada yang nafsuin?" Rara berdiri sengan pose menantang sambil melepas kancing gaun pengantinnya satu persatu.
"Stop! Setelah kamu nunjukin Leo aku malah makin ilfeel sama kamu." Kata Abi sambil menutupi matanya.
"Hahahaha... Bye suamiku. Jangan pulang malam-malam. Ini malam pertama kita! Hahaha." Rara tergelak sendiri mendengar leluconnya.
                          🌷🌷🌷
Abi memutuskan untuk berjalan di sekitar resort yang mulai sepi. Dia duduk di bangku gazebo yang menghadap ke arah taman. Abi memejamkan matanya dan membiarkan bayangan Kanaya memenuhi pikirannya.
"Kok malah di sini Pak Abi?"suara Yoga menghentikan lamunan Abi.
"Oh Pak Yoga. Ini saya kelaperan dan mendadak pengen banget makan sate. Anda tahu dimana bisa makan sate yang enak?" Tanya Abi kembali teringat rasa laparnya.
"Pas banget, saya juga sudah lama nggak makan sate. Tempatnya cukup jauh jadi naik mobil saya aja." Yoga berjalan beriringan menuju parkiran. Dua lelaki itu terhanyut dalam pikiran masing-masing. Sebenarnya ada kesamaan tentang objek yang mereka pikirkan. Ya keduanya tengah memikirkan Kanaya dengan cara yang berbeda.
"Pak Yoga sudah lama kenal sama Kanaya?" Tanya Abi memecah kebisuan diantara mereka.
"Wah gimana kalo kita hilangkan kata Pak di depan nama kita. Jadi berasa tua banget kedengarannya." Usul Yoga disambut anggukan Abi.
"Ya juga sih. Paling kita cuma selisih beberapa tahun."
"Nah gitu. Oh ya, Kanaya baru sekitar setahun kerja di resort. Awalnya dia jadi kasir tapi karena prestasinya baik, kariernya cepat meningkat hingga akhirnya jadi marketing." Abi manggut-manggut mendengar cerita Yoga. Jadi benar gadis itu meninggalkannya dan menetap di sini.
Mobil Yoga berhenti di jalan utama Solo-Semarang. Mereka berjalan ke arah salah satu warung sate yang paling ramai. Setelah memesan, mereka menunggu sambil melanjutkan ngobrol.
"Kamu kenal sama Kanaya sebelum ini?" Tanya Yoga meski sudah tau jawabannya.
"Ya begitulah. Dia mantan calon istri ku." Jawab Abi santai. Dia meraih sebatang rokok san mengisapnya nikmat.
"Setahun lalu aku hampir menikah dengannya. Sayangnya dia lebih memilih pergi."
"Kenapa?" Tanya Yoga penasaran. Dia memang sudah tahu bahwa Kanaya minggat tapi apa alasannya yang belum Yoga tahu.
"Dia tidak tahu apakah dia mencintaiku atau tidak. Ya mungkin salahku juga karena ingin menikahinya di saat dia belum siap."
Yoga agak terperanjat mendengar penuturan Abi. Tidak disangkanya alasan semacam itu yang menbuat Kanaya kabur dari pernikahannya.
Obrolan mereka terpotong saat sate pesanan datang. Masing-masing aangat menikmate sate nikmat di hampir tengah malam itu.
🌷🌷🌷
Leo mengguling-gulingkan tubuhnya di ranjang resort. Sedari tadi dia tidak tidur barang sedetik pun. Dia memikirkan Rara. Ini malam pertama Rara sebagai istri Abi. Akankah Abi menyentuh gadisnya itu? Akankah Abi mengambil hak nya sebagai seorang suami? Membayangkannya saja membuat Leo serasa mau muntah. Lamunannya terputus dering handphone yang melantunkan lagu favoritnya.
"Halo, Ra. Kamu belum tidur? Are you okay?" Cecar Leo begitu mengangkat telepon.
"Haha... I'm okay, Baby. Miss you so much."
"Me too." Sahut Leo parau. Jeda. Keduanya diam seolah saling menanti. Akhirnya Leo yang bertanya, memuaskan rasa keingintahuannya.
"Lelaki itu menyentuhmu sayang?" Tanya Leo akhirnya sambil mencoba menguatkan batin sebelum mendengar jawaban Rara.
"Ya, kami berakting di depan orang lain. And sometimes we need to touch each other. Tapi percayalah Baby, dia tidak menyentuhku sedikitpun saat kami bersama." Jelas Rara membaca nada cemburu dari pertanyaan Leo.
Leo mendesah lega sambil bertanya lagi, "Is he there?"
"Nggak sayang. Dia bahkan kabur di malam pertama kami. Hahaha ..." Kata Rara sambil mengingat lagi percakapannya dengan Abi. Leo bertambah lega.
"Aku pulang ke Jakarta besok sore. Lusa aku harus ke Belanda." Pamit Leo. Kini gantian Rara yang mengerang galau.
"Jam berapa pesawatnya?"
"Jam 4 sore. Kamu mau datang?" Leo berharap bisa memeluk Rara sebelum dia pergi.
"Aku usahain. Kita ketemu di bandara aja."
"Allright Sweetheart. Go to your bed and sleep."
"Love you Leo-ku."
"Love you too Rara-ku."
Klik. Sambungan di putus.
🌷🌷🌷
Leo memejamkan matanya dengan damai. Dia merasa lebih tenang sekarang. Rara baik-baik saja dan bahkan lelaki itu tidak menyentuhnya. Leo bisa berangkat untuk mengisi seminar di Belanda dengan hati ringan.
Ya, pekerjaan barunya sebagai pengamat seni memang membuatnya sibuk luar biasa akhir-akhir ini.
Namanya jadi cukup dikenal lantaran perannya dalam mempertahankan budaya nusantara dirasa cukup besar. Leo sering melakukan perjalanan guna meneliti asal muasal sebuah benda hasil seni ataupun kebudayaan tertentu. Dia menemukan Rara sebagai mahakarya Tuhan yang paling indah.
Awalnya mereka bertemu dalam pameran lukisan. Waktu itu Rara datang seorang diri. Terlihat begitu cantik namun rapuh. Rara adalah yang paling lama diam di depan lukisannya. Penasaran, Leo mencoba mengajaknya ngobrol. Dari lukisan lah mereka menemukan kecocokan dan menjadi akrab. Rara mulai terbuka dan menceritakan kisahnya satu persatu tentang hidupnya yang dikendalikan Papa. Leo menikmati cerita sedih Rara saat putus cinta. Bahkan dia bahagia bila Rara putus dari kekasihnya. Leo yang selalu memeluk Rara kala gadis itu patah hati dan terpaksa putus karena Papanya. Leo juga yang awalnya menyadari perasaannya pada Rara. Leo mencoba menutupi dan mengelak, namun dia akhirnya menyerah. Leo menyatakan cintanya pada Rara.
Gadis itu kemudian menjauh. Sebulan dia tidak datang menemui Leo. Sebulan dia tidak mengangkat telepon dari Leo. Bukan main menyesalnya Leo akibat pernyataan cintanya. Dia belum pernah merasa sehancur ini. Dia belum pernah merasakan betapa hampanya kehilangan, sebelum dia ditinggalkan Rara.
Sampai akhirnya di penghujung bulan, gadis itu mengejutkannya. Rara datang dengan senyum terbaiknya. Rara mencium kedua pipinya. Rara menceritakan bahwa sebulan ini sengaja menghindarinya demi mengetahui perasaannya pada Leo. Dan kini Rara datang dengan keputusan yang pasti. Rara mencintai Leo.

Kanaya's Weddingحيث تعيش القصص. اكتشف الآن