Rahasia Rara

2.4K 78 10
                                    

Bryan menatap Kanaya pengertian. Sore itu dia kembali berkunjung sekaligus membawakan makan malam untuk mereka berdua.
"I wanna tell you sonething about my past." Kanaya mempersiapkan diri membuka kembali luka lamanya.
"Okay. I won't interupt." Janji Bryan serius.
"Dulu aku pernah hampir menikah. Tapi aku lari dari pernikahanku beberapa hari sebelumnya. Aku belum siap. Aku pergi ke kota lain dan setahun kemudian lelaki itu menemukanku tanpa sengaja. Dia jadi klien ku yang menyewa resort tempat aku kerja. Dia akan menikah. Menikahi seorang perempuan cantik yang pestanya harus kupersiapkan. Kamu tahu Bryan, detik itu aku baru sadar. Betapa bahagianya bila aku yang jadi pengantinnya. Berapa bodohnya aku yang meninggalkannya. Aku menyesal. Dan lebih bodoh lagi karena sampai detik ini, aku masih mencintainya. Aku tidak bisa menerima kamu. Hatiku tidak cukup untuk 2 pria sekaligus. Kamu baik dan kamu berhak mendapatkan seseorang yang mencintaimu. Maaf." Kristal bening kembali berjatuhan dari matanya. Bryan mengangguk paham. Walau kecewa tapi dia tidak memaksakan perasaannya.
"It's okay. Aku mengerti. Thank you Naya sudah jujur." Bryan mendekat, memeluk Naya erat. Dia mencintai gadis ini entah sejak kapan. Mungkin sejak gadis itu masuk dalam kelas bahasa Indonesianya.
                          🌷🌷🌷

Kanaya menjalani harinya seperti biasa sejak penolakannya pada Bryan. Dia masih berteman dengan lelaki itu. Seolah tidak ada yang berubah dalam hubungan mereka. Bryan tetap sering menyapa dan menemani seperti biasa. Hanya saja kini dia tahu bahwa tidak boleh berharap lebih pada Kanaya.
"Naya, kamu ada acara Jumat malam nanti?" Bryan terengah setelah berlari menyusul Naya ke halte terdekat.
"Free. Kenapa?"
"Temani aku ke pesta pernikahan. Aku jemput jam 7. Dandan yang cantik! Oh ya, pakai ini kalau kamu suka." Bryan menyerahkan sebuah kotak berpita putih ke tangannya.
"For me?" Kanaya membuka kotak itu dan menemukan sebuah gaun kembang-kembang tanpa lengan yang sangat cantik.
"Suka?"
"Suka banget!" Kanaya menjawab dengan polos yang membuat Bryan terkikik senang. Begitu mudahnya membuat gadis itu bahagia. Betapa beruntung menjadi lelaki yang dicintainya.
🌷🌷🌷

"Wow! Kamu cantik sekali!" Bryan berseru kagum saat Kanaya membukakan pintu. Semburat merah jambu merona di kedua pipinya.
"Jadi pesta siapa yang akan kita hadiri?" Tanya Kanaya setelah sampai di mobil. Malam itu Bryan menyetir sendiri mobilnya. Sangat jarang pria itu menggunakan mobil karena lebih suka naik bus dan kereta. Jadi kalau sekarang dia menggunakan mobil, bisa jadi undangan kali ini cukup spesial.
"Well, my ex-girlfriend." Jawab Bryan santai. Kanaya memutar mata ke arahnya, meyakini bahwa dia jadi tumbal yang sebagai pacar pura-pura Bryan. Menyadari wajah Kanaya yang ditekuk, Bryan menenangkannya.
"She's different Kanaya." Katanya.
"What makes her different?" Kanaya mencoba menggali lebih dalam tapi senyum jahil Bryan membuatnya terdiam.
"You will know later. Jangan kaget."
Mobil mereka memasuki sebuah pelataran restoran yang terlihat semarak dengan lampu hias. Kanaya menelusupkan tangannya pada lengan Bryan dan mereka berjalan ke halaman belakang tempat dilaksanakannya garden party.
Bryan menyalami teman-teman yang dilewatinya sambil memperkenalkan Kanaya sebagai teman. Beberapa kali mereka ngobrol sebelum akhirnya Bryan menemukan pengantin yang akan diberinya ucapan selamat. Cukup sulit memang menemukan pengantin yang tidak dipajang pada panggung pelaminan seperti halnya di Indonesia. Beberapa kali menghadiri undangan pernikahan di aana, Kanaya menemukan bahwa pengantin selalu berbaur dengan tamunya. Menghilangkan jarak dan membangun kekeluargaan dengan para tamu lebih erat lagi.
"That's the bride!" Bryan menarik tangan Kanaya dan enggan melepasnya. Diam-diam dia menikmati jemari gadis itu dalam genggamannya.
Kanaya terpaku menatap pengantin bahagia di depannya. Kanaya membatu dan pusaran waktu seolah berhenti berputar. Matanya seolah tak percaya dengan pemandangan di depannya.
"Are you okay?" Bryan menatap khawatir ke arah Kanaya yang mendadak diam.
"Itu mbak Rara kan?" Kanaya bertanya pucat.
"Yes, she is Rara. Kamu kenal?"
"Hei Bryan!" Sebuah tepukan di bahu membuat Bryan berpaling. Di depannya Rara berdiri sambil memamerkan senyum bahagianya. Bryan melupakan Kanaya sejenak lalu memeluk Rara.
"You look so gorgeous!" Bryan mengagumi gadis yang sempat jadi kekasihnya selama beberapa bulan itu.
"Thank you. Siapa gadis yang malam ini kamu bawa? Tentunya dia cukup spesial ya kan?" Rara mengerling sambil melihat seseorang di belakang punggung Bryan.
Sesaat Rara terperangah cukup kaget, namun segera menguasai diri dan tersenyum ke arah Kanaya.
"Kanaya... Nggak nyangka kita bakal ketemu di sini!" Rara menarik Kanaya yang masih syok ke salam pelukannya.
"We need to talk." Bisik Rara tepat di telinga Kanaya.
Kanaya mengerjap sambil mengangguk, menyetujui Rara bahwa memang ada yang harus diluruskan. Rara segera menghilang lagi deni menyalami teman-temannya yang lain. Beyan terlibat pembicaraan asyik dengan rekannya sesama dosen. Kanaya pamit mau mengambil makan duluan karena gadis itu lapar dan mendadak kehilangan tenaga.
                          🌷🌷🌷
Kanaya sedang duduk menyepi dan menyesap minumannya sambil makan cake saat Rara duduk di sebelahnya.
"Mbak Rara..." Kanaya meletakkan pirihg kuenya.
"Akhirnya aku menemukanmu Kanaya. Jadi kamu menetap di sini?" Tanga Rara dijawab anggukan Kanaya.
"Aku kuliah sambil kerja di sini Mbak."
"Ah I see. Kamu pacaran sama Bryan?"
"Kami cuma temen. Dia salah satu dosen aku."
"Well, baguslah kalau kamu belum punya pacar. Karena pasti ada yang bakalan patah hati lagi." Kanaya menatap tidak mengerti.
"Abi mencintai kamu Naya!" Ungkap Rara sambil tersenyum. Kanaya merasa bahagia sekaligus tidak enak hati.
"Bukan Naya, kami berpisah bukan karena itu. Kamu tenang saja." Rara menjelaskan tanpa diminta.
"Maksudnya Mbak?"
"Okay jadi aku akan jelaskan bagianku saja. Kami bertemu saat sedang sama-sama patah hati. Dia bilang perempuan yang akan dinikahinya meninggalkannya begitu saja. Sedangkan aku, aku terpaksa meninggalkan kekasihku karena Papaku nggak setuju. Parahnya aku akan dikawinkan paksa sama seorang duda kenalan Papa, berharap dengan begitu aku akan menjadi normal lagi. Ya Naya, kekasihku waktu itu adalah Leo, wanita yang kini menikah denganku." Kanaya melebarkan matanya kaget. Namun tidak berkomentar demi menjaga perasaan Rara.
"Abi menawarkan pernikahan padaku. Kami akhirnya menikah karena itu adalah solusi terbaik saat itu. Aku bersuami tapi tidak harus melupakan Leo. Abi bahkan mendukung kami. Setahun kemudian Papa meninggal dan Mama menyadari kalau aku masih menjalin hubungan dengan Leo. Kami bercerai atas saran Mama. Lagipula aku juga tidak mau menahan Abi lebih lama lagi. Akhirnya Mama merestui aku dan Leo. Sedangkan Abi, dia masih terus mencari kamu." Rara mengakhiri ceritanya, menatap sayang pada Kanaya. Gadis itu menjatuhkan kristal bening dari sudut matanya.

                        🌷🌷🌷

Kanaya's WeddingWhere stories live. Discover now