XXXVII: "Begin Again"

4.9K 506 50
                                    

Ya, Tuhan!

Aku meremas gaun di depan dadaku dan merasakan jantungku menghentak kencang. Aku bersyukur karena tidak menjerit histeris di tengah suasana pesta.

Aku menoleh dengan sedikit kasar. Hampir menabrak tubuh orang yang mengejutkanku.

"Kau baik-baik saja?" Russell mencengkeram kedua pundakku. Kedua alisnya bertaut bingung.
"Kau mengejutkanku." aku kembali menyesap Malibu di tanganku.
"Kau sudah terlalu banyak minum." ia merenggut gelas di tanganku serta mengabaikan protesku. Russell meletakan gelas itu di nampan seorang pelayan yang kebetulan melintas.

"Memangnya kau tahu?" aku melipat tanganku dan mengacuhkannya.
"Aku melihatmu turun dari taksi kuning dengan nomor polisi LMO8ESO, kau melangkah kemari dengan ragu-ragu dan mengedarkan pandanganmu ke seluruh ruangan, aku menebak kau sedang mencariku." Hebat! Ia mengatakan itu dengan percaya diri tanpa ada unsur menggodaku.

Aku mendengus kesal. "Lalu kau sendiri bagaimana? Dimana pasanganmu?"
"Aku datang sendiri karena aku tahu kau tidak punya pasangan. Jadi dengan senang hati aku menawarkan tanganku padamu." Ia menyodorkan sikunya padaku dengan senang hati.

Aku tersenyum dan menggeleng pasrah. Aku menyambut uluran tangannya dan kami berjalan bersama mendekati podium. Ruth akan segera memberikan sambutan serta memamerkan rancangan terbarunya.

Russell melingkarkan lengannya di pinggulku. Suhu tangannya yang dingin menembus gaun satinku membuatku ingin bergelung dalam pelukannya yang hangat.

"Kau terlihat cantik dengan gaun ini." bisiknya di telingaku.
Aku tersenyum malu mendengar rayuan Russell. Rasanya seperti kembali ke masa itu.

Russell menghentikan langkah kami pada barisan paling belakang dan aku tidak cukup tinggi untuk melihat Ruth dan fashion show singkatnya.

"Aku tidak bisa melihat apapun dari sini, ayo kita kedepan!" aku meraih lengannya tapi ia justru menahanku.
"Disini saja, kau akan merasa canggung didepan sana."
Aku menatap Russell dengan penuh tanya. Mengapa aku harus canggung berdiri di depan sana? Apa aku tidak cukup pantas berada di antara para fashionista?

Tapi aku tidak protes dan berdiri disana bersamanya mendengarkan Ruth sedang memberikan sambutan yang terkesan angkuh. Wajar saja, siapa yang tidak menjadi angkuh karena keberhasilan.

Aku menarik nafas panjang ketika merasakan belaian tangan di punggung telanjangku. Gaun backless ini bukan untuk memudahkan seseorang menyentuh kulitku, aku hanya ingin tampil seksi. Mengertilah!

"Russell..."
"Ya?"
"Seseorang menyentuh punggungku."
"Itu tanganku."
"Kurang ajar, jauhkan tanganmu dari punggungku!" aku mendesis padanya.
"Baiklah." Russell menjauhkan tangannya dari punggungku. Tapi yang ia lakukan membuatku harus menahan nafas.

Tangan lancang Russell menyusup membelai kulit perutku. Mungkin ide membeli gaun ini adalah kesalahan fatal. Sekarang pria itu bahkan menangkup payudaraku. Aku ketakutan, mungkin saja ada yang sedang melihat perbuatan kami sekarang.

Aku meremas gaun di bagian pahaku agar tidak bergerak dan mengundang perhatian orang lain. Akhirnya aku sadar, Russell sengaja memilih tempat tersembunyi ini karena ingin merayuku.

"Aku sangat merindukan ini-" bisiknya.
"Kau tidak boleh melakukan ini." desisku tajam.
"Tapi putingmu menegang. Kau merasakannya?"
"Aku tidak bisa mencegah itu, Russell." gumamku kesal.

Kemudian musik pengiring fashion show minimalis menyita perhatian kami. Aku hanya dapat melihat gadis-gadis itu melalui layar raksasa.

"Russell, sudah. Please!" bisikku karena aku ingin menyaksikan gaun rancangan teman sekolah dasarku.

Naughty Dirty HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang