Balikan?

6.4K 542 259
                                    

Play music video.

Cerita mama tadi membuat aku tidak konsen menyetir mobil. Mama menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Antara percaya dan tidak, kalo Iqbaal berpacaran sama Lira itu hanya settingan yang dibuat oleh Iqbaal sendiri.

Alda bilang selama 3 bulan ini Iqbaal tidak pernah menyimpan rasa sama Lira. Chatingan pun hanya sekedarnya saja. Lira tahu kalo mereka tidak benar-benar berpacaran. Ia melakukan ini hanya karena ingin dekat dengan Iqbaal walau status mereka pacar bohongan. Tapi Iqbaal tidak sejahat itu, ia tetap berusaha untuk menyukai Lira tapi hati tetaplah hati. Tidak bisa dipaksakan karena emosi semata. Iqbaal sudah mencoba berbagai cara agar move-on dari Steffi. Mulai dari menghapus beberapa foto mereka, membungkus hadiah kenangan mereka, tidak ketemuan dalam jangka yang lama, dan selalu membuat Steffi cemburu. Tapi semuanya gagal. Tidak gampang menggantikan seseorang yang sudah 6 tahun berada disisi Iqbaal, seseorang yang sudah paham sifat luar dalam nya.

Hanya saja aku kasihan dengan Lira. Biarpun aku membencinya, tetap saja dia seorang wanita. Aku tahu rasanya dipermainkan, dan wanita sangat lemah kalo soal hati. Aku jadi kesal dengan Iqbaal, kenapa dia harus melakukan ini demi buat aku cemburu? Apa dia gak mikirin perasaan Lira setelah ini. Oh...Tuhan aku tidak tahu harus senang atau sedih ini terjadi. Aku memang menginginkan Iqbaal tapi tidak dengan menyakiti orang lain sebagai tumbal.

"Tidak pernah sedikit pun Iqbaal benci sama kamu. Dia bilang, kemarin Lira nangis karena dia menyatakan perasaannya ke Iqbaal. Dan dihari itu juga Iqbaal memutuskan untuk menyudahi kebohongan yang dia buat" ucap Alda sambil menepuk pundak anaknya.

Aku sudah sampai di depan rumah bercat putih. Suasananya sangat sepi, lampu pun hanya hidup di teras luar saja. Malam ini aku pergi ketempat Iqbaal. Tapi kayak nya kurang tepat, ini sudah pencetan bel yang ke tiga puluh kali tapi tidak ada yang keluar dari rumah ini.

Aku masuk lagi ke dalam mobil. Dan pergi dari sana, sebelum itu aku menulis surat yang aku taruh diatas pagar.

***

Rasa nya malas sekali bangun dari kasur. Diluar hujan dan membuat rasa kantuk semakin bertambah. Aku merendahkan suhu AC dan menarik selimut lagi. Ah dinginnya.

Semalaman aku tidak tidur karena menunggu telfon dari Iqbaal. Kalo saja Iqbaal menelfon, pasti aku akan memberi banyak pertanyaan ke dia. Sayangnya, tidak.

"Non Steffi...bangun non...non" itu suara mbak Yem. Pembantuku sejak kecil. Dia menggedor-gedor pintu yang memang aku kunci dari dalam.

Kenapa sih teriak-teriak? Mengganggu tidur nyenyakku saja.

"Ih iya-iya sebentar" aku membuka pintu dengan keadaan selimut masih di pundak. "Ada apa sih mbak, teriak-teriak?"

"Ada telefon buat non Steffi"

"Dari siapa?"

"Mas Iqbaal" selimut yang tadinya di pundak. Aku buang begitu saja. Dan berlari ke ruang tengah. Untung saja mbak Yem tidak jatuh karena aku tabrak.

Aku raih telefon di atas meja dan langsung berbicara halo halo. Namun tidak ada jawaban. Mbak Yem mendekatiku sambil mengatur nafas.

"Katanya ada telefon dari Iqbaal? Kok gak ada suara" kataku marah.

"Aduh non saya kan belum selesai ngomongnya"

"Selesain cepet"

"Ada telefon dari mas Iqbaal, katanya dia pindah rumah. Non Steffi disuruh nemuin dia di tempat mas Iqbaal latihan renang" ucap mbak Yem satu nafas.

Times (Pending)Where stories live. Discover now