Friendship

5K 367 85
                                    

Author Pov.

"Mas Edo dipanggil"

"Sama siapa?" tanya Edo sambil mencukur kumis.

"Ci Steffi"

"Oh si bocah. Iya-iya bentar lagi" jawab Edo masih dengan alat cukur ditangannya.

Setelah benar-benar bersih kumisnya. Edo pergi keruangan Steffi tanpa menggedor pintu terlebih dahulu. Itu hal yang sudah biasa dilakukan Edo setiap Steffi datang ke klinik, karena dia menganggap Steffi bukan bos melainkan adik sendiri.

"Kenapa manggil gue? Kangen?"

"Handphone gue kebanting" ucap Steffi cemas.

"Kemarin mau gue beli gak boleh, sekarang malah dibanting"

"Kebanting bego! Bukan dibanting!" Steffi menekan ucapannya. Ini yang terkadang membuat dia kesal. Disaat sedang serius, Edo malah bercanda.

"Terus?" tanya Edo singkat dan padat.

"Baikin"

"Lo lupa ya. Gue itu lulusan SMA bukan SMK atau STM. Jadi mana tau soal elektronik" tukas Edo. Steffi memandang handphonenya yang sudah mati sejak sepuluh menit lalu.

"Terus gimana dong?"

"Lo kan calon dokter. Kenapa gak lo aja yang baikin? Orang sakit aja bisa sembuh, berarti handphone mati bisa hidup" Steffi melotot ke Edo. Ini beda lah! Orang ya orang, barang ya barang.

"Kayaknya yang harus gue perbaikin bukan handphonenya deh, tapi otak lo!" jelas Steffi.

"Habisnya lo aneh. Handphone rusak ngomongnya ke gue, lo kira gue pernah kerja di konter hp?"

"Siapa tau pernah. Ntah jadi tukang sapu konternya atau jual cangcimen di depan konter" ucap Steffi enteng. Bersamaan dengan itu sebuah jitakan mendarat ke kepala Steffi.

"Aw...sakit" rintihnya.

"Kapan gue pernah mengajarkan adik gue gak sopan sama abangnya?" ucap Edo dan dibalas cengiran dari Steffi.

"Habisnya lo sih"

"Gue kenapa hah?" tantang Edo.

"Gak jadi deh. Emosi banget kayak bapak tiri"

Edo sedikit terkikik dengan wajah Steffi yang menggemaskan. Baru kali ini Edo bisa berteman sekaligus berkeluarga dengan teman perempuannya. Setelah kepergian ibunya saat dia lahir, Edo memang besar dengan lingkungan yang tidak baik. Ayahnya hanya memberikan biaya sekolah, kalau biaya sehari-hari ia dapatkan dari uang adik kelasnya dulu. Sampai suatu hari, Edo pernah di keluarkan dari sekolah. Bukannya berubah saat dipindahkan, dia malah semakin nakal dan tidak naik kelas. Untung saja pertemanan Edo di kelas 3 SMA nya yang baru tidak begitu buruk. Dia sedikit berubah walaupun suka menggoda wanita.

Cinta pertama Edo itu Shilla.

"Maaf gue gak bisa. Gue lebih nyaman jadi temen lo, Do"

Ucapan itu keluar ketika Edo menyatakan perasaannya ke Shilla beberapa bulan lalu. Sampai beberapa hari setelah kejadian penolakan itu, ia mendengar kalau Shilla jadian dengan Bayu. Dia benar-benar kesal dan marah. Kenapa harus Bayu; sahabatnya sendiri. Kalau saja Shilla berpacaran dengan orang lain. Mungkin Edo tidak akan sakit hati seperti ini.

Lambat hari, Pikiran Edo mulai terbuka setelah nasehat yang diberi Steffi. Agar tidak terus-terusan membenci Bayu.

"Percuma lo marah dan balik nakal kayak dulu. Kalau ujung-ujungnya Shilla gak akan jadi pacar lo! Itu cuma menghancurkan masa depan lo aja"

Times (Pending)Where stories live. Discover now