#PROLOG 1

8.1K 477 10
                                    

Venice, Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Venice, Italy

Suasana Caffe Rosso di tengah Campo Santa Margherita ramai dipenuhi pengungunjung. Historical cafe yang telah berdiri sejak akhir tahun 1800-an itu memang selalu padat dipenuhi turis-turis mancanegara yang ingin mencicipi makanan dan minuman terkenal mereka spritz dan tramezzino. Tidak ketinggalan dengan Sahara, di mejanya sudah tersaji segelas spritz, minuman berwarna kemerahan dengan irisan lemon di dalamnya, dan potongan-potongan sandwich isi tuna yang orang lokal sebut tramezzino. Semakin sore, suasana di Caffe Rosso semakin padat, tidak hanya turis, beberapa pasangan mahasiswa pun berdatangan untuk bercengkrama.

Bagian dalam cafe yang sempit sudah sesak dipenuhi pelanggan, meja-meja di luar pun tidak kalah larisnya. Sahara memilih duduk di luar sambil menikmati semilir angin sore dengan sebuah buku bejudul, The Wisdom of Broken Heart di tangannya. Mencoba menikmati sore hari di Venice, Sahara mulai memasang earphone di telinga dan mulai menyusuri kata per kata kalimat dari buku yang Detha sisipkan tanpa sepengetahuannya di dalam koper. Mulut wanita itu bersenandung mendendangkan lagu Impossible milik James Arthur, tidak perduli pada beberapa tatapan mata pelanggan di meja sebelah.

And now

When all is done, there is nothing to say
You have gone and so effortlessly
You have won, you can go ahead tell them

Tell them all I know now
Shout it from the roof tops
Write it on the sky line
All we had is gone now

Tell them I was happy
And my heart is broken
All my scars are open
Tell them what I hoped would be impossible

"JUNAEDI BERENGSEEEEK!" teriak wanita itu sambil melepas earphone yang dikenakannya kemudian menelungkupkan kepala pada kedua tangan yang terlipat di meja. Bahunya mulai naik turun seirama dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya akibat memikirkan Jun. Mantan kekasihnya.

"Ehem..."

"Gila! Cowok gak tau diri, cupu, berengsek!" Sahara masih memaki-maki sambil menangis seseggukkan.

Rencana move on-nya hancur sudah. Ia tidak bisa menyingkirkan Jun barang sedetik pun dari otaknya. Buku motivasi yang diberikan Detha tidak mempan mempengaruhi dirinya. Sahara tidak kuat dengan serangan Jun yang begitu gencar meramaikan timeline semua media sosialnya, seakan pria itu ingin membuktikan bahwa hidupnya jauh lebih baik tanpa Sahara. Pesta di Singapore bersama wanita-wanita cantik, bahkan sampai minum-minum. Jun tidak pernah menunjukkan sisi liarnya itu saat bersama Sahara.

Ya, Sahara akui, Jun menang. Lihatlah dirinya sekarang, seorang diri di negara asing dengan alasan liburan padahal tidak memiliki travel plan yang jelas. Bahkan masih menangisi Jun setelah memesan makanan lokal seharga 6 euro yang belum sempat dicicipinya.

"Ehem..."

Sebuah deheman pelan membuat Sahara terpaksa mendongak. Pasti salah satu pelanggan merasa terganggu dengan teriakannya serta tangisannya tadi.

It Starts With Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang