#3 Sahara

2.3K 324 2
                                    

#3

Sahara's POV

Sakha yang berdiri di depan panggung itu adalah pria yang aku temui di Venesia. Kalau bukan karena kacamata bulatnya yang masih sama mungkin aku bakal lupa, gaya rambutnya juga gak banyak berubah. Aku gak ngerti kenapa dia ngundang aku ke acara ini, kenapa dia gak bilang aja waktu kami bertemu di cafe Detha siapa sebenarnya dia itu. Pantesan aja rela keluar duit mahal buat bayarin seat di depan gini, buat menebus permintaan maaf?

Dia ngoceh di depan membicarakan bisnisnya yang bernama Buddy Brand. Aku cukup tahu apikasi canggihnya itu, tapi gak nyangka ternyata dia yang punya. Terus kalau sudah begini aku harus apa?

Sahara: Ta, Sakha itu cowok yang gue temuin di Venesia...

Akhirnya aku kirim pesan singkat ke Detha. Tapi yang dia jawab malah...

Detha Natashya: Bagus lah, langsung minta kawin aja besok

Sahara: Gila

Detha Natashya: Ya terus mau apa babe? Lari? Gak mau coba sama yang udah bela-belain nemenin jalan di Venesia? Dia itu pasti romantis JAHARA! Lo yang bilang sendiri, suamiable! Coba dulu sana, kalau gak sreg lo boleh deh angkat kaki.

Aku menghela nafas, sebenarnya sudah tahu apa yang bakal Detha katakan. Nyesel dulu pernah bangga-banggain Sakha di hadapannya, berharap kisah cintaku bakal seromantis film thailand yang satu itu. Tadinya aku memang berencana pulang meskipun Detha ngotot agar aku coba jalanin semuanya dulu, tapi niatku itu batal karena ternyata Sakha nelfon dan nanyain apa aku udah pulang. Sebagai tamu yang gak mau kurang ajar, akhirnya aku beralasan lagi nunggu Detha, padahal katanya Detha ke sini bareng Mischa, klien yang dia bilang lagi ada urusan itu. Ribet kan.

*

"Ra, Sakha beneran cowok yang ngajak lo jalan-jalan di Venesia?" ujar Detha yang sibuk memperhatikanku memilah-milih pita satin.

"Iya, kenapa? mau dikenalin?"

Seminggu sekali atau jika persediaan bahan baku sudah habis aku akan berangkat ke pusat perbelanjaan aksesoris di Mayestik. Sebuah toko sempit dengan seabrek craft material yang disusun terorganisir sesuai warna menjadi tujuan utamaku. Di sini barangnya lengkap, meski terbilang harganya lebih mahal tapi ingin mencari apa saja pasti ada. Mulai dari kancing, kain flanel, aneka benang, dan berbagai macam jenis pita dengan range warna beragam dan bahan berbeda-beda pun tersedia.

Siap-siap kalap jika kalian orang yang gak tahan lihat barang lucu. Hampir semua benda yang ada di sini ingin aku borong. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memilih pita atau kancing sebagai bahan aksesoris topeng, sampai pegawai-pegawai di sana hafal tampangku karena sering bolak-balik.

"Galak amat lo, takut banget peliharaannya direbut," Detha melemparkan bungkusan pita yang sudah terpotong ke arahku.

"Dih, siapa lagian yang melihara manusia."

"Sensi banget Mbak Sahara, tapi kayaknya Sakha itu tipe yang setia deh, buktinya dia tetep mau sama lo tuh pas gue cium pipinya."

"Apa hubungannya? lagian lo ngapain sih cium-cium dia segala, gak enak kan jadinya."

"Mau ngetes aja beb, siapa tahu abis itu dia kecantol sama gue, nah lo kudu jauhin deh cowok yang begitu."

Aku hanya menjawab dengan putaran bola mata.

Hari ini Detha menemaniku karena ingin mencicipi sate padang yang terkenal enak di food courtnya. Saat sampai di depan toko craft yang kumaksud dia meremehkan tampilan depannya yang memang kecil. Hanya sebuah pintu dengan plang yang tergantung di atasnya. Begitu dia masuk ke dalam, Detha tak kunjung berhenti berdecak melihat ribuan barang yang dipajang di sepanjang lorong. Meskipun pada akhirnya dia mengeluhkan make up-nya yang meleleh akibat tempat yang sempit dan terlalu banyak pengunjung.

It Starts With Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang