#1 Sakha

2.5K 346 6
                                    

#1

Sakha's POV

"Maaf ya dia memang agak pemalu gitu," ujar sang pemilik kafe yang bernama Detha.

"Wah sayang banget padahal temen gue pengen kenalan," dan si kampret Mischa narik lengan gue.

Padahal gue lagi fokus ngelihatin seorang cewek berbaju ungu dengan kerah baju yang terbuka, eh bukan terbuka sih tapi emang gak ada kerah bajunya, menampakan tulang selangkanya yang menonjol. Kenapa gue ngerasa pernah ketemu sama dia ya?

"Namanya Sahara, dia single and ready to mingle kok for your information," si pemilik kafe berceletuk, "Dia owner dari The Sha's Mask yang aku ceritain itu."

Karena rasa penasaran gue udah gak terbendung lagi, gue mutusin untuk menghampirinya.

"Eh mau ke mana?" si Mischa lagi-lagi narik lengan gue.

"PDKT," jawab gue singkat.

Dia kelihatan salah tingkah begitu gue mendekat dan ambil tempat di sebelahnya, terlihat dari caranya yang buru-buru menyeruput minumannya dan mengalihkan pandangannya dari gue. Dari jarak sedekat ini gue baru bisa melihat wajah sedikit kearab-araban miliknya. Matanya dalam dengan riasan mata yang cukup tebal. Gue masih belum yakin karena cewek yang pernah gue temuin dulu dandanannya gak seheboh ini.

Cewek yang gue temuin di Venesia cantik, tapi dia juga gak kalah cantik kok dengan dandanan yang begini.

"Hai," sapa gue dan dia membalasnya. "Kamu temannya Detha?"

"Iya, kamu temannya Mischa?" dia balik bertanya. Beda banget dengan dandanannya yang terlihat dewasa, suaranya imut dan bikin gue lagi-lagi keinget dengan cewek itu.

"Katanya kamu yang supply topeng-topeng ini ya?" ujar gue mencoba membuka percakapan.

Dari model topeng-topeng yang dibuatnya makin mengingatkan gue tentang Venesia.

"Iya, kebetulan memang punya bisnis itu," dia mengeluarkan selembar kertas persegi empat berukuran kecil yang ternyata adalah kartu nama.

The Sha's Mask

Sahara Freyasha
no tlp: +628123456789
email: saharafreya@gmail.com
IG: @theshasmask.official
LINE: saharafreyasha

Ah, gila ya dunia sempit banget. Gue tersenyum senang. Tapi dia kok gak ngenalin gue ya? Apa jangan-jangan dia udah lupa? Terus gue tersadar kalau sekarang lagi pakai topeng buatannya, pantes aja dia gak kenal.

"Baru sekelas UKM gitu sih, tapi udah ekspor ke luar negeri," terangnya.

Eh? kita lagi bicarain bisnisnya ya tadi? Kebetulan banget, gue bakal coba peruntungan kali ini.

"Keren-keren, next week saya ada seminar buat para pebisnis muda yang mau mengembangkan usahanya, jadi bisnis tuh harus dibarengi sama teknologi, kalau gak bakalan mati, kayak ojek pangkalan, gampangnya."

"Wah, acara dimana tuh?" gue lihat dia jadi tertarik dengan percakapan kami, bagus lah.

"Deket kok, Senayan, mau datang?" please bilang mau. "Tenang gak akan dipungut biaya apa pun pas acara, pembicaranya juga keren-keren."

"Mau banget."

Yes! Rasanya pengen gue lepas ini topeng dan kasih tahu ke dia identitas gue yang sebenarnya. Tapi gue kurang suka aja sih, gak ada kejutannya, mendingan biarin sampai pertemuan kita selanjutnya. Biar wah aja gitu.

It Starts With Broken HeartWhere stories live. Discover now