PROLOG

19.7K 1.1K 21
                                    

Studio pemotretan tersebut tampak masih ramai dengan beberapa pekerjaan yang memang tidak pernah ada habisnya.

"Jinho-ssi, peluk Rosè lebih dekat lagi padamu." Sang fotografer mengitruksikan sang model pria tersebut.

"Ah, Ne."

Dengan sekali tarik, Rosè sudah masuk ke dalam pelukan pria itu dan sang fotografer mulai memainkan kameranya pada dua orang itu.

Berbagai macam pose telah mereka lakukan hingga tidak terasa waktu berjalan hampir 2 jam.

"Kalian berdua sudah bekerja keras."

"Ne, anda juga sudah bekerja keras." Sang fotografer tersebut pun meninggalkan Rosè dengan pria itu.

"Rosè-ssi, kau sudah bekerja keras."

Jinho menghampiri Rosè dan mengulurkan tangannya pada Rosè. Rosè hanya menatap datar tangan Jinho setelahnya menatap wajah pria itu.

"Ne, aku memang selalu bekerja keras. Tidak seperti dirimu, memelukku saja tidak bisa. Aku penasaran bagaimana bisa kau menjadi seorang model. Hanya wajah tampan dan tubuh yang tinggi tidak cukup untuk menjadikanmu seorang model."

Setelah mengatakan itu, Rosè berlalu dari hadapan Jinho yang memendam amarahnya.

"Oppa, eonni, cepatlah. Aku sudah sangat lelah."

Rosè langsung pergi begitu saja setelah meneriaki manajer dan juga stylist-nya.

.

.

Seorang pria dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya keluar dari bandara dengan membawa kopernya. Namun, langkahnya terhenti saat menyadari ada dua orang pria bertubuh tegap dan besar sedang berdiri di bagian lobby bandara. Pria tersebut mendecak kesal dan berjalan berlawanan arah agar tidak terlihat oleh mereka.

"Tuan Muda Jimin!!"

"Ck, sial."

Dengan cepat, Jimin berlari dengan membawa kopernya dan dua orang itu langsung mengejar Jimin setelah melihat Tuan Muda mereka berlari dengan cepat.

Jimin langsung memberhentikan sebuah taksi dan langsung memasukinya beserta dengan kopernya.

"Anda mau kemana, Tuan?"

"Jalan saja terlebih dahulu. Nanti aku akan memberitahumu."

Supir taksi tersebut hanya menurut dan mulai menjalankan mobilnya. Jimin membuka jendela mobilnya dan menjulurkan lidahnya, mengejek pada dua orang yang mengejarnya tersebut.

Jimin kembali menutup jendela mobil tersebut dan duduk kembali di tempatnya setelah dengan keras tadi dirinya menertawakan kedua orang tersebut yang merupakan bawahan ayahnya.

Drrt....Drrt...

Jimin merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang bergetar. Ia menghela nafas kasar saat melihat kontak nama yang menelponnya. Jimin dengan malas mulai mengangkat panggilan itu.

"YA, BOCAH TENGIK!! APA KAU AKAN MENGHINDAR DARIKU TERUS?"

Jimin sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar suara bentakan ayahnya yang memekikkan telinga.

"Abeoji, aku tidak tuli. Jadi jangan berteriak. Kau juga harus pikirkan kesehatanmu."

"Bagaimana aku bisa sehat kalau kau terus saja membuat masalah? Cepat pulang ke rumah. Jennie sudah datang kesini. Dia datang kesini setelah mendengar kau akan pulang ke Seoul."

mistake ❌ jiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang